Endometriosis, si Penyebab Nyeri Hebat Saat Menstruasi

Senin, 26 Agustus 2024

RSPI Facebook linkRSPI twitter linkRSPI Linkedin link
RSPI link

Endometriosis ditandai dengan nyeri panggul, nyeri buang air kecil/besar, mual dan muntah, perut kembung, hingga siklus menstruasi tidak teratur.

Endometriosis, si Penyebab Nyeri Hebat Saat Menstruasi

Nyeri haid adalah sakit atau kram di perut yang dialami pada saat menjelang atau selama haid. Umumnya, nyeri haid disebabkan oleh kontraksi otot untuk meluruhkan lapisan dalam rahim selama proses menstruasi. Namun, nyeri haid dikatakan tidak normal bila terasa sangat parah, atau tidak membaik setelah mengonsumsi obat antinyeri, bahkan menghambat aktivitas penderitanya.


Salah satu penyebab nyeri haid yang tidak normal ini adalah endometriosis. Apa itu endometriosis? Apakah kondisi ini berbahaya dan apakah endometriosis dapat disembuhkan? Simak penjelasan terkait endometriosis pada artikel berikut ini.


Mengenal Endometriosis

Endometriosis adalah kondisi yang ditandai dengan pertumbuhan jaringan endometrium di luar rahim. Endometrium sendiri merupakan jaringan yang melapisi dinding rahim untuk menjadi tempat menempelnya sel telur yang telah dibuahi.


Pada endometriosis, jaringan tersebut bisa tumbuh pada organ lain di dalam panggul atau perut, yang kemudian dapat menyebabkan perdarahan, infeksi, dan nyeri panggul.


Nyeri akibat endometriosis dapat berupa rasa sakit, kram, dan perasaan terbakar, yang terasa ringan, bahkan sangat parah hingga menurunkan kualitas hidup.


Penyebab dan Faktor Risiko Endometriosis

Hingga kini, penyebab utama endometriosis belum diketahui secara pasti. Akan tetapi, ada beberapa kondisi medis yang diduga meningkatkan risiko terjadinya endometriosis, yakni:


  • Faktor genetik, memiliki anggota keluarga dengan riwayat endometriosis
  • Menstruasi pertama (menarche) terjadi lebih dini
  • Berbaliknya aliran darah menstruasi (retrograde menstruation)
  • Siklus menstruasi yang pendek
  • Gangguan sistem kekebalan tubuh maupun kadar hormon estrogen yang memicu perubahan sel peritoneum menjadi sel endometrium
  • Bentuk organ reproduksi, seperti vagina, leher rahim, atau rahim, yang tidak normal sehingga membuat siklus menstruasi terhambat dan menjadi penyebab endometriosis



Gejala Endometriosis

Gejala endometriosis yang paling utama adalah rasa nyeri atau kram hebat di bagian bawah perut atau panggul (dismenore). Rasa nyeri ini akan terasa paling parah menjelang dan selama menstruasi. Selain itu, endometriosis juga dapat menimbulkan gejala seperti:


  • Nyeri panggul
  • Nyeri saat berhubungan seksual
  • Nyeri saat buang air kecil dan buang air besar
  • Mual dan muntah
  • Perut kembung
  • Volume darah menstruasi yang berlebihan
  • Mengalami perdarahan di luar siklus menstruasi
  • Siklus menstruasi tidak teratur


Gejala endometriosis bisa berbeda-beda, tergantung riwayat kesehatan, penyakit lain yang diderita, dan kondisi masing-masing penderitanya. Bagi Anda yang mengeluhkan nyeri haid sangat parah hingga mengganggu aktivitas, sebaiknya periksakan diri ke dokter spesialis kebidanan dan kandungan untuk memastikan penyebab dan mendapatkan penanganan yang sesuai.


Tahapan Endometriosis

Berikut ini beberapa tahapan endometriosis dilihat dari tingkat keparahan kondisinya:


Tahap 1: Endometriosis Minimal

Terbentuknya jaringan endometrium yang kecil dan dangkal di indung telur. Peradangan juga dapat terjadi di sekitar rongga panggul. Adanya jaringan ini menyebabkan rasa sakit dan disfungsi organ.


Tahap 2: Endometriosis Ringan

Ada jaringan endometrium yang kecil dan dangkal di indung telur serta dinding panggul. Kondisi ini dapat menyebabkan iritasi selama ovulasi dan atau nyeri panggul.


Tahap 3: Endometriosis Menengah

Muncul beberapa jaringan endometrium yang cukup dalam di indung telur. Pada tahap ini disebut sebagai kista cokelat, karena setelah beberapa waktu, darah di dalam kista menjadi berwarna merah dan cokelat tua. Apabila kista pecah, dapat menyebabkan sakit perut dan peradangan ekstrem di sekitar panggul.


Tahap 4: Endometriosis Berat

Pada tahap ini, jaringan endometrium yang tumbuh mengalami perlekatan terjadi cukup parah. Endometriosis dapat tumbuh sangat besar dan ditemukan di indung telur, dinding panggul, saluran indung telur, maupun usus.


Baca juga: Menstruasi Tak Teratur, Hati-hati PCOS


Kesuburan dan Endometriosis

Tak dapat dipungkiri, endometriosis dapat menyebabkan komplikasi berupa gangguan kesuburan. Kelainan anatomi dan perlekatan yang disebabkan oleh endometriosis, terutama pada kasus sedang hingga berat, dapat menyebabkan infertilitas yang mengurangi peluang terjadinya kehamilan alami.


Hal ini terjadi akibat adanya lebih banyak perlekatan pada ovarium yang dapat mengganggu pelepasan sel telur, sehingga sel telur tidak dapat mencapai saluran telur (tuba).


Namun, bagi wanita dengan endometriosis ringan, peluang terjadinya kehamilan secara alami masih cukup tinggi. Apalagi, jika didukung kondisi sperma suami yang sehat dan optimal.


Baca juga: Seputar Gangguan Kesuburan, Apa Saja yang Perlu Diketahui?


Diagnosis Endometriosis

Dokter kandungan konsultan fertilitas, endokrinologi, dan reproduksi biasanya akan melakukan beberapa pemeriksaan untuk memastikan diagnosis endometriosis, antara lain:



Setelah pemeriksaan dilakukan, barulah dokter dapat menilai keparahan endometriosis yang sangat penting dan diperlukan untuk menentukan penanganan yang tepat.


Baca juga: Nyeri Haid: Kenali yang Normal dan Tidak Normal



Penanganan Endometriosis

Endometriosis memang tidak dapat disembuhkan secara menyeluruh dan hanya dapat ditangani sesuai dengan tahapannya. Pengobatan endometriosis dapat dilakukan dengan konsumsi obat pereda nyeri, obat hormonal, penyesuaian gaya hidup, ataupun operasi pada kasus yang sudah berat. 


Penanganan Endometriosis Mandiri

Penanganan endometriosis secara mandiri dapat dimulai dengan perubahan gaya hidup. Menerapkan gaya hidup sehat dapat membantu mengurangi rasa nyeri yang dirasakan sekaligus menghambat pertumbuhan jaringan endometrium di luar rahim.


Penyesuaian gaya hidup dapat dimulai dari pemilihan asupan makanan yang tepat. Ada beberapa makanan yang sebaiknya dihindari oleh penderita endometriosis, seperti makanan olahan, produk olahan dari susu sapi (dairy product), serta makanan yang mengandung gluten dan kedelai.


Penderita endometriosis juga disarankan menghentikan kebiasaan merokok dan minuman beralkohol, serta mengurangi asupan kafein. Sebaiknya, perbanyak konsumsi makanan berserat seperti buah-buahan dan sayur-sayuran, makanan yang kaya omega-3 seperti ikan kembung dan ikan salmon, serta makanan yang mengandung magnesium tinggi, seperti alpukat, pisang, dan sayuran hijau.


Baca juga: Jangan Anggap Sepele Gangguan Menstruasi


Penanganan Endometriosis dengan Tindakan Bedah

Penanganan endometriosis dengan tindakan bedah dapat dibedakan menjadi dua jenis, yakni:


Bedah Ablasi

Bedah ablasi yakni ‘membakar’ permukaan jaringan endometrium yang tumbuh di luar rahim menggunakan laser panas. Namun, karena ‘pembakaran’ ini hanya dilakukan di permukaan dan meninggalkan akarnya, maka jaringan endometrium sangat mungkin dapat muncul kembali. Selain itu, tindakan ini juga memiliki risiko lebih tinggi untuk merusak jaringan yang dibakar. Meski demikian, bedah ablasi membutuhkan waktu pemulihan yang cukup singkat, dan banyak dokter yang dapat melakukan tindakan ini.


Bedah Eksisi

Bedah eksisi yakni ‘menyekop’ jaringan endometrium sampai ke akarnya. Tindakan bedah ini dilakukan dengan alat bedah seperti laser dengan metode laparoskopi. Jaringan endometrium yang diangkat dapat diperiksa patologisnya di laboratorium. Namun, tindakan ini membutuhkan masa pemulihan yang lebih lama dan tidak semua dokter dapat melakukan tindakan ini.


Dari kedua teknik tindakan bedah tersebut, teknik eksisi biasanya lebih dianjurkan untuk dilakukan karena memiliki angka kekambuhan yang lebih rendah. Walaupun demikian, endometriosis masih dapat kambuh meski telah dilakukan pembedahan.


Maka itu, wanita dengan endometriosis tetap harus rutin kontrol ke dokter. Terapi hormonal jangka panjang dapat mengurangi kekambuhan setelah tindakan pembedahan.


Di sisi lain, tindakan pembedahan yang dilakukan berkali-kali karena kekambuhan endometriosis juga sebaiknya dihindari, karena setiap kali operasi endometriosis (terutama untuk kasus kista ovarium) menimbulkan penurunan cadangan ovarium.


Karenanya, keputusan tindakan operasi pada endometriosis harus didiskusikan terlebih dahulu dengan dokter spesialis kebidanan dan kandungan untuk menentukan waktu yang tepat. Penanganan endometriosis membutuhkan perencanaan jangka panjang yang mempertimbangkan fungsi reproduksi (rencana hamil).


Endometriosis memang tidak dapat disembuhkan karena selalu ada risiko terjadinya kekambuhan. Namun, deteksi dan diagnosis secara dini sangatlah penting untuk memudahkan penanganan, serta mencegah endometriosis berkembang ke organ lain di dalam tubuh.


FAQ Endometriosis


Apakah Endometriosis Bisa Sembuh?

Meskipun tidak ada obat yang bisa menyembuhkannya, gejala endometriosis bisa diredakan dengan perawatan medis seperti obat penghilang rasa sakit, terapi hormon (seperti pil KB), dan operasi. Tujuan perawatan adalah untuk mengendalikan gejala, meningkatkan kualitas hidup, dan membantu wanita mengelola kondisi ini secara efektif, serta mencegah terjadinya komplikasi. Meskipun endometriosis mungkin tidak bisa sembuh sepenuhnya, perawatan yang tepat dapat mengurangi gejala yang dikeluhkan.


Apakah Endometriosis Berbahaya?

Endometriosis tidak bisa diabaikan, karena kondisi ini bisa menyebabkan komplikasi, seperti infertilitas, kanker ovarium, dan radang panggul. Sayangnya, nyeri haid yang sering menjadi gejala awal endometriosis sering diabaikan. Akibatnya, endometriosis terlambat dideteksi dan upaya mengatasi endometriosis pun jadi lebih rumit. Padahal, endometriosis yang dideteksi dan ditangani sedini mungkin akan jauh lebih mudah ditangani.


Apa yang Terjadi Jika Endometriosis Dibiarkan?

Jika endometriosis dibiarkan tanpa penanganan, kondisi ini dapat menyebabkan nyeri kronis, gangguan kesuburan, serta komplikasi seperti pembentukan kista ovarium dan jaringan parut. Selain itu, endometriosis juga dapat mempengaruhi kualitas hidup sehari-hari akibat nyeri yang intens dan gangguan fungsi organ reproduksi serta pencernaan.


Apa Pantangan Bagi Penderita Endometriosis?

Penderita endometriosis disarankan untuk menghindari makanan yang dapat memicu peradangan, seperti makanan olahan, gula, dan lemak trans. Selain itu, mereka sebaiknya membatasi konsumsi kafein dan alkohol, karena dapat memperburuk gejala. Mengelola stres dan menjaga pola makan sehat yang kaya akan sayuran, buah-buahan, dan asam lemak omega-3 juga penting untuk membantu mengurangi gejala endometriosis.