Seputar Gangguan Kesuburan, Apa Saja yang Perlu Diketahui?

Selasa, 05 Maret 2024

RSPI Facebook linkRSPI twitter linkRSPI Linkedin link
RSPI link

Gangguan kesuburan atau infertilitas merupakan salah satu hal yang paling ditakuti oleh pasutri

Seputar Gangguan Kesuburan, Apa Saja yang Perlu Diketahui?

Pasalnya, gangguan kesuburan sangat berhubungan dengan kesehatan reproduksi. Namun, benarkah dalam kasus gangguan kesuburan, perempuan menjadi faktor utama penyebabnya?


Infertilitas merupakan sebuah kondisi di mana pasangan mengalami kesulitan dalam mendapatkan kehamilan. Dapat dikatakan mengalami gangguan kesuburan apabila sepasang pasutri tidak juga mengalami kehamilan setelah kurun satu tahun, padahal secara teratur melakukan aktivitas seksual tanpa alat kontrasepsi.


Kurun waktu satu tahun pertama adalah waktu yang krusial untuk mengalami kehamilan. Maka, jika dalam waktu satu tahun pasutri tidak mengalami kehamilan, pasutri dianjurkan untuk segera berkonsultasi dengan dokter spesialis kebidanan dan kandungan.


Apalagi bila pasutri mengalami kondisi tertentu, seperti:


  1. Pada pasangan yang melewati batas usia ideal kehamilan. Cadangan ovarium pada wanita di atas 35 tahun semakin berkurang, mengakibatkan potensi menghasilkan ovum yang baik berkurang
  2. Siklus menstruasi istri tidak teratur
  3. Kasus endometriosis yang bergejala nyeri haid


Menurut statistik, peluang pasangan mengalami kehamilan pada enam bulan pertama adalah 75 persen, bertambah lagi 10 persen pada kurun waktu setahun pertama menjadi 85 persen pasangan.


Dari persentase tersebut dapat disimpulkan bahwa sebanyak 15 persen pasangan mengalami gangguan kesuburan. Bahkan menurut World Health Organization (WHO), satu dari empat pasutri di negara berkembang mengalami infertilitas.


Selain gangguan pada masing-masing pihak pasangan, infertilitas juga dapat disebabkan oleh kombinasi gangguan pada keduanya. Adalah sebuah mitos bahwa perempuan merupakan faktor dominan pada kasus infertilitas.


Hal ini dapat ditunjukkan dengan persentase laki-laki sebagai faktor penyebab infertilitas yang mencapai 35-40 persen dan unexplained case (tidak dapat dijelaskan secara medis) dengan persentase sebanyak 10-15 persen.


Selain gangguan secara biologis, gaya hidup juga merupakan salah satu ancaman terjadinya infertilitas pada pasangan. Rokok salah satunya. Rokok dapat menyebabkan kerusakan sperma pada laki-laki dan kerusakan indung telur pada perempuan.


Selain itu, rokok juga berisiko meningkatkan sumber radikal bebas yang dapat mengakibatkan kerusakan materi genetik sel telur, penuaan reproduksi berlanjut yang dapat menyebabkan tingginya mortalitas sel telur. Paparan tinggi terhadap sinyal telepon genggam juga disinyalir menyebabkan gangguan infertilitas pada pria.


Infertilitas Bukan Jalan Buntu 

Teknologi mutakhir yang kini tersedia memudahkan para ahli dalam mendiagnosis dan menangani gangguan kesuburan. Prosedur pemeriksaan dapat dilakukan dengan:


  1. Pemeriksaan sperma dan DFI pada laki-laki, dan pemeriksaan siklus menstruasi pada perempuan
  2. Pemeriksaan USG Transvaginal untuk melihat kondisi rahim dan dinding rahim bagian dalam (endometrium)
  3. Pemeriksaan HSG menggunakan X-ray untuk memeriksa kondisi tuba
  4. Pemberian antibiotik profilaksis untuk pencegahan chlamydia, dan pemberian asam folat untuk persiapan kehamilan


Setelah pemeriksaan dilakukan, penanganan infertilitas barulah dapat dilakukan sesuai dengan masalahnya. Penanganan infertilitas yang terarah dan diawasi dengan baik dapat meningkatkan peluang pasangan untuk mengalami kehamilan.


Mitos & Fakta Penyebab Infertilitas

Secara medis, infertilitas dapat disebabkan oleh masing-masing perempuan dan laki-laki, yakni:


Perempuan

  1. Gangguan pematangan sel telur, ditandai dengan gangguan haid
  2. Gangguan endometrium, biasanya disebabkan oleh tumbuhnya polip dan miom di dinding rahim yang mengakibatkan embrio tidak dapat tumbuh dengan baik
  3. Gangguan pada saluran telur akibat penyumbatan
  4. Gangguan pada rongga panggul. Kasus ini dapat disebabkan oleh infeksi dan gangguan endometriosis.
  5. Berkurangnya cadangan ovarium


Laki-laki

  1. Gangguan pada sperma. Sperma dapat dikategorikan mengalami kelainan apabila jumlah sel pada cairan sperma yang dihasilkan kurang dari 39 juta perejakulasi, pergerakan sperma (motilitas) kurang dari 32 persen, dan bentuk sperma (morfologi) normal kurang dari 4 persen
  2. Kerusakan sperma pada level materi genetik. Apabila DNA Fragmentation Index (DFI) melebihi 30 persen, dapat diasumsikan bahwa kemampuan membuahi sel telur rendah


Bagaimana Mencegahnya? 

Tindakan dalam rangka mengurangi risiko infertilitas erat kaitannya dengan gaya hidup. Gaya hidup yang dimaksud mencakup makanan dan minuman yang dikonsumsi serta kebiasaan sehari-hari. Berikut tips yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko infertilitas:


Laki-Laki

  1. Kurangi aktivitas yang menuntut tubuh terpapar suhu tinggi dan mengurangi pemakaian celana ketat. Testis membutuhkan suhu rendah dalam proses spermatogenesis (produksi sperma). Kedua hal tersebut memengaruhi proses tersebut. Aktivitas lainnya seperti sauna dan berkendara dengan motor berkapasitas 1.000-1.500 cc, juga memperkecil potensi testis untuk menghasilkan sperma dengan baik.
  2. Hentikan diet dan konsumsi rokok, alkohol, serta narkotika. Pola makan yang menyebabkan hipertensi, diabetes mellitus, dan obesitas dapat mengakibatkan aliran nutrisi pada testis terganggu.
  3. Hindari hubungan seksual multipartner. Hubungan seksual multipartner meningkatkan terjadinya penyakit menular seksual yang merusak organ genitalia.


Perempuan

  1. Hindari hubungan seksual multipartner. Hubungan seksual multipartner meningkatkan risiko penularan chlamydia. Chlamydia adalah bakteri yang hidup berkoloni. Koloni bakteri ini dapat merusak tuba perempuan yang mengakibatkan peradangan hingga infeksi pada tuba.
  2. Perbaiki dan tingkatkan metabolisme tubuh. Dengan mengatur diet, aktivitas dan gaya hidup, maka risiko gangguan yang berhubungan dengan gangguan metabolism dapat dicegah. Terutama pada perempuan dengan latar belakang genetik obesitas, hipertensi, diabetes melitus. Obesitas mmenyebabkan resistensi insulin yang dapat mengakibatkan gangguan pematangan telur (polycystic ovary syndrome).
  3. Catat siklus menstruasi. Pencatatan secara teratur dapat menunjukkan manakala tubuh mengalami siklus menstruasi yang tidak wajar. Pada situasi seperti ini, seseorang dapat mengonsultasikan diri kepada dokter spesialis kebidanan dan kandungan.