Hiperhidrosis adalah kondisi tubuh ketika mengeluarkan keringat secara berlebih, namun tidak terkait dengan suhu udara sekitar atau aktivitas fisik.
Hiperhidrosis berarti keringat berlebihan. Keringat adalah fungsi tubuh normal yang dikendalikan oleh sistem saraf otonom. Kelenjar keringat terdapat pada kulit seluruh tubuh, namun dalam jumlah yang lebih besar pada kulit tangan, kaki, ketiak, dan area genital.
Berkeringat merupakan respon fisiologis normal tubuh ketika suhu badan naik. Terpapar sinar matahari atau situasi stres dapat merangsang sistem saraf otonom yang kemudian meningkatkan produksi keringat oleh kelenjar dan sangat terkonsentrasi di tangan, kaki, atau daerah lain.
Pada kebanyakan orang, respon otonom kelenjar keringat saat stres tidak berlebihan. Sayangnya pada pasien dengan hiperhidrosis, stimulasi otonom dari kelenjar keringat menjadi hiperaktif sebagai respon dari stres.
Hal ini mengakibatkan terganggunya aktivitas sehari-hari, seperti mengemudi kendaraan bermotor, memegang sesuatu, atau menjabat tangan seseorang.
Sekitar satu persen orang dewasa menderita hiperhidrosis. Biasanya keringat berlebih dimulai pada masa kanak-kanak atau remaja semakin meningkat pada masa pubertas dan dewasa.
Pada banyak pasien dengan gejala ringan hiperhidrosis tidak mengganggu kegiatan sosial. Palmar hyperhidrosis atau telapak tangan berkeringat adalah manifestasi yang paling umum dan paling mengganggu secara sosial.
Orang dengan penyakit ini biasanya takut situasi yang mungkin memerlukan kontak tangan. Ini berdampak pada kemampuan seseorang untuk berinteraksi secara efektif di tempat kerja dan dapat memiliki efek buruk pada interaksi sosial seseorang.
Dalam banyak kasus, hiperhidrosis tidak diketahui secara jelas penyebabnya dan dianggap sebagai bagian gangguan dari sistem saraf yang mengontrol berkeringat. Hal ini dikenal sebagai hiperhidrosis primer.
Hiperhidrosis yang memiliki penyebab yang dapat teridentifikasi dikenal sebagai hiperhidrosis sekunder.
Penyebab hiperhidrosis sekunder di antaranya:
Beberapa pasien dengan hiperhidrosis memiliki gejala ringan sehingga tidak diperlukan tindakan operasi. Terapi konservatif penting untuk memastikan bahwa gejala klinis bukan disebabkan dari fungsi endokrin atau ketidakseimbangan hormon.
Pasien dengan gejala berat yang gagal merespon pengobatan dapat dirujuk untuk tindakan operasi.Tujuan dari operasi adalah untuk menghilangkan rangsangan saraf otonom kelenjar keringat dan tetap menjaga fungsi saraf simpatik lainnya, serta meminimalkan trauma pada jaringan sekitarnya. Hal ini paling baik dilakukan dengan endoskopik torasik simpatektomi (ETS).
ETS dilakukan melalui dua sayatan kecil pada ketiak. Prosedur ini dilakukan dengan anestesi umum dan anestesi lokal ke dalam kulit dan jaringan lunak untuk meminimalkan rasa sakit pasca-operasi. Kemudian dimasukkan dua instrumen kecil ke dalam rongga dada: teleskop dengan kamera pembesar dan instrumen bedah. Tujuannya adalah saraf simpatis yang mempersarafi daerah kelenjar keringat.
Saraf simpatik tersebut dipisahkan dari jaringan sekitarnya dengan instrumen bedah di daerah dimana saraf tersebut melintas di atas tulang rusuk. Setelah didapat, saraf tersebut di klem dengan penjepit dan kemudian dibakar dengan menggunakan pisau harmonik.
Setelah prosedur selesai dilakukan, paru-paru kembali dikembangkan dan kedua sayatan ditutup. Lama prosedur ini kurang lebih 30 menit tiap sisinya. Kemudian pasien terbangun dari efek anestesi dan dipindah ke ruang pemulihan.
Statistik jangka panjang menunjukkan bahwa tidak semua pasien dengan hiperhidrosis adalah sama, untuk itu operasi yang dilakukan disesuaikan dengan masing-masing individu.
Karena dilakukan dengan anestesi umum, maka risiko yang bisa terjadi adalah risiko dari anestesi umum dan risiko prosedur bedah, seperti misalnya reaksi terhadap obat-obat anestesi, perdarahan, atau infeksi dan pneumothorak (akumulasi sisa udara dalam rongga dada).