Kenal Lebih Dekat dengan Endometriosis

Selasa, 19 Maret 2024

RSPI Facebook linkRSPI twitter linkRSPI Linkedin link
RSPI link

Satu dari sepuluh wanita di dunia diduga menderita endometriosis. Waspadai gejalanya. Penanganan yang tepat dapat meredakan rasa nyeri dan mengembalikan produktivitas Anda, serta meningkatkan peluang Anda untuk memiliki buah hati

Kenal Lebih Dekat dengan Endometriosis

Pernahkah Anda merasakan sakit yang luar biasa pada bagian perut dan pinggul saat menstruasi? Jika rasa sakit ini berlangsung setiap kali Anda menstruasi, ada kemungkinan Anda menderita endometriosis.


Endometriosis adalah suatu kondisi ginekologis ketika jaringan yang membentuk lapisan dalam dinding rahim, atau endometrium, tumbuh di luar rahim dan tempat lain yang bukan semestinya.


Jaringan endometrium ini dapat tumbuh di indung telur, tuba fallopi (saluran telur), vagina, rahim, usus, saluran kencing, dan lapisan dalam dinding perut.


Dalam kondisi normal, jaringan dinding rahim akan menebal ketika seorang wanita menuju masa ovulasi. Hal ini terjadi sebagai upaya untuk mempersiapkan kondisi rahim yang kondusif bagi bakal janin jika terjadi pembuahan pada sel telur.


Jika pembuahan tidak terjadi, maka endometrium yang telah menebal akan luruh dan keluar dari tubuh dalam bentuk darah menstruasi.


Baca juga: Waspadai Nyeri Perut Saat Haid


Pada wanita dengan endometriosis, jaringan endometrium yang tumbuh di luar rahim akan ikut meluruh saat ia mengalami menstruasi. Sayangnya, karena tumbuh di lokasi yang tidak seharusnya, jaringan endometrium tersebut tidak dapat keluar melalui vagina seperti pada kondisi normal, dan justru mengendap di sekitar organ reproduksi.


Setelah sekian lama, endapan ini dapat menyebabkan peradangan, kista, jaringan parut, dan akhirnya menimbulkan berbagai gangguan lain. Dalam kasus langka, jaringan endometriosis bahkan dapat ditemukan di paru-paru, mata, tulang belakang, dan otak.


Hasil penelitian memperkirakan setidaknya 10 persen dari populasi wanita di dunia menderita endometriosis. Berarti, ada sekitar 176 juta wanita di dunia yang hidup dengan penyakit ini. Endometriosis memang menjadi salah satu gangguan kesuburan yang banyak dialami oleh pasien program bayi tabung


Kecenderungan Sistemik

Rasa sakit akibat menstruasi seringkali dianggap sebagai hal yang biasa. Padahal, nyeri haid luar biasa itu adalah gejala endometriosis yang paling umum. Kecenderungan sistemik dalam menyepelekan gejala ini tak hanya berlaku di Indonesia, tapi di seluruh dunia. Kurangnya kesadaran ini menghambat tenaga medis untuk menentukan diagnosis yang tepat. Padahal, perawatan sedini mungkin dapat mencegah penyebaran endometriosis ke organ lain.


Baca juga: Nyeri Haid: Kenali yang Normal dan Tidak Normal


Pemeriksaan Endometriosis

Beberapa tes yang sering dilakukan untuk mendiagnosis endometriosis:


  • Pemeriksaan pelvis, untuk memeriksa adanya kelainan pada pelvis, seperti kista pada organ reproduksi atau luka di belakang rahim.
  • Ultrasonografi (USG), untuk melihat kondisi bagian dalam tubuh. Walau dokter mungkin tidak mengetahui kondisi persis Anda, dengan ultrasound imaging, dokter dapat mengenali kista yang terkait dengan penyakit ini.
  • Laparoskopi, untuk melihat bagian dalam tubuh dengan lebih jelas. Dengan tindakan metode laparoskopi ini, dokter dapat mengetahui lokasi, ukuran, dan jenis kista serta jaringan parut akibat endometriosis, untuk membantu memilih opsi penanganan terbaik.


Tak Ada Cara Instan

Hingga saat ini, belum ada metode dan pendekatan yang pasti untuk menyembuhkan endometriosis secara menyeluruh. Namun, mengingat endometriosis dipengaruhi oleh hormon estrogen, maka terapi hormon menjadi salah satu solusi awal yang ditawarkan. Meski tak menyembuhkan, metode ini setidaknya dapat membantu meredakan rasa sakit akibat kondisi ini.


Selain itu, penggunaan obat pereda rasa sakit (painkiller) juga kerap menjadi pilihan, walaupun bersifat simtomatik, yakni hanya meredakan gejalanya saja. Penting untuk diingat, bahwa penggunaan obat-obatan pereda nyeri ini tetap harus dilakukan dalam pengawasan dokter untuk menghindari dampak buruk yang mungkin terjadi, jika digunakan secara berlebihan dalam jangka waktu lama.


Baca juga: Jangan Anggap Sepele Gangguan Menstruasi


Bedah Invasif Minimal untuk Ringankan Endometriosis

Operasi merupakan opsi tindakan medis paling akhir untuk menangani endometriosis, jika berbagai metode pengobatan lainnya tidak berjalan maksimal. Teknik bedah yang umum dilakukan adalah minimally invasive laparoscopy, yang dilakukan untuk mengangkat kista ataupun menghancurkan jaringan parut akibat endometriosis.


Operasi untuk meringankan gejala endometriosis dilakukan apabila ukuran kista sudah terlalu besar, atau jika endometriosis mengganggu fungsi organ lain, seperti gangguan pada ginjal dan menimbulkan sumbatan pada usus.


Operasi juga dapat menjadi pertimbangan jika wanita yang memiliki endometriosis ingin merencanakan kehamilan. Meskipun operasi telah dilakukan, kista cokelat akibat endometriosis tetap dapat muncul kembali di masa yang akan datang, dan mungkin akan kembali perlu diangkat.


Oleh karena itu, dokter spesialis kebidanan dan kandungan akan melakukan berbagai pertimbangan sebelum menyarankan tindakan operasi.


Dalam kasus yang lebih parah, operasi histerektomi (pengangkatan rahim) dan ooforektomi (pengangkatan indung telur) merupakan pilihan solusi terbaik. Sayangnya, kedua operasi ini akan membuat Anda tidak dapat memiliki keturunan, sehingga umumnya menjadi opsi bagi wanita yang tidak memiliki rencana untuk hamil lagi.


Namun, apabila Anda dan pasangan berencana untuk memiliki keturunan, jangan ragu untuk segera berkonsultasi dengan dokter spesialis kebidanan dan kandungan konsultan fertilitas, endokrinologi, dan reproduksi RS Pondok Indah IVF Centre agar masalah endometriosis Anda dapat segera ditangani dan meningkatkan peluang Anda dalam memiliki buah hati.