The Science of Hope: Menguak Perencanaan Keluarga melalui Metode Bayi Tabung (IVF)

Senin, 07 Juli 2025

RSPI Facebook linkRSPI twitter linkRSPI Linkedin link
RSPI link

Perjuangan pasangan lewat IVF demi memiliki buah hati, dimana 1 dari 10 alami infertilitas. Temukan penyebab PCOS, endometriosis & solusi bayi tabung untuk wujudkan impian keluarga.

The Science of Hope: Menguak Perencanaan Keluarga melalui Metode Bayi Tabung (IVF)

Di ruang tunggu klinik yang tenang, seorang wanita duduk menggenggam tangan pasangannya, matanya menatap jam seolah berharap waktu bergerak lebih cepat. Mereka telah melalui ini sebelumnya — konsultasi, suntikan, pemeriksaan yang tak ada habisnya — tetapi harapan untuk menggendong bayi mereka sendiri membuat mereka terus kembali menjalani proses tersebut. Bagi pasangan seperti mereka, impian menjadi orang tua adalah salah satu tonggak terpenting dalam hidup. Sementara sebagian orang memilih untuk tidak memiliki anak, yang lain mencari solusi ke reproduksi berbantu seperti Fertilisasi In Vitro (IVF) atau metode bayi tabung, sebuah keputusan yang selalu dipenuhi dengan kegelisahan dan antisipasi.

 

Seberapa umumkah kasus gangguan kesuburan/infertilitas di Indonesia? Apa penyebab paling umum yang Anda temui, Dok?


Infertilitas merupakan masalah yang berkembang di Indonesia, dengan perkiraan 10-15% pasangan usia subur mengalami kesulitan untuk hamil secara alami, menurut Perhimpunan Fertilisasi In Vitro Indonesia (PERFITRI). Ini berarti bahwa sekitar 1 dari 10 pasangan menghadapi tantangan dalam memulai sebuah keluarga. Penyebab paling umum yang saya temui meliputi gangguan menstruasi, seperti periode menstruasi tidak teratur atau masalah ovulasi, yang sering dikaitkan dengan kondisi seperti PCOS (Sindrom Ovarium Polikistik), endometriosis, dan faktor yang berkaitan dengan pria, terutama kualitas sperma yang buruk.

 

Apa yang biasanya memotivasi pasangan untuk berkonsultasi atau mempertimbangkan menjalani program bayi tabung? Pasangan yang mempertimbangkan program bayi tabung umumnya sangat termotivasi oleh keinginan kuat untuk memiliki anak, yang didorong oleh beberapa faktor:


  • Membangun keluarga atau melanjutkan garis keturunan
  • Tekanan sosial dan budaya
  • Diagnosis masalah infertilitas yang tidak dapat diatasi melalui metode yang kurang invasif seperti kualitas sperma yang bermasalah (oligospermia atau azoospermia), tuba falopi yang tersumbat, PCOS, atau kasus endometriosis yang parah
  • Upaya sebelumnya yang gagal untuk hamil secara alami
  • Kekhawatiran terkait usia, terutama bagi mereka yang menikah di usia lanjut dan merasa sangat ingin memiliki anak sebelum kesuburan menurun


Baca juga: Apa Perbedaan Inseminasi dan Bayi Tabung?


 

Q: Saat ini, ada tren di mana orang memilih untuk menjalani hidup tanpa anak. Sebagai spesialis fertilitas, apa perspektif Anda tentang fenomena ini? Apakah jumlah permintaan terhadap program kehamilan terpengaruh oleh tren ini?

 

A: Sebagai seorang dokter, peran utama kami adalah menghormati pilihan pasien kami dan memberikan informasi atau layanan yang relevan berdasarkan kebutuhan mereka. Fenomena tanpa anak di Indonesia belum berdampak signifikan terhadap jumlah pasien yang mencari program bayi tabung, tidak seperti di beberapa negara maju di Asia, seperti Singapura, Korea Selatan, atau Jepang. Di negara-negara ini, gaya hidup tanpa anak semakin meningkat, yang dapat memengaruhi permintaan perawatan kesuburan. Namun, di Indonesia, keinginan untuk memiliki anak dan membangun keluarga tetap kuat di berbagai kelompok usia, dan banyak pasangan terus mencari bantuan bayi tabung ketika menghadapi tantangan dalam pembuahan.


Q: Banyak pasangan yang harus menunggu lama dan mencoba berbagai metode untuk memiliki anak. Bagaimana Anda membantu mereka selama proses tersebut?

 

A: Sebagai spesialis obstetri, ginekologi, dan endokrinologi reproduksi, mendukung pasangan yang sedang berjuang untuk memiliki anak memerlukan pendekatan holistik yang menangani aspek medis dan emosional. Secara medis, hal ini melibatkan pemeriksaan menyeluruh, menjelaskan kemungkinan penyebab infertilitas, dan memberikan pilihan pengobatan yang dapat meningkatkan peluang kehamilan. Di sisi emosional, mendengarkan secara aktif sangatlah penting — memahami kekhawatiran dan harapan pasien tanpa menghakimi, dan membangun kepercayaan sehingga pasien merasa nyaman untuk berbagi pengalaman mereka. Dukungan emosional juga ditingkatkan melalui kolaborasi dengan profesional perawatan kesehatan lainnya, seperti konselor dan perawat, yang memastikan bahwa setiap pasangan merasa didukung dan tenang selama proses berlangsung.


Baca juga: Gangguan Kesuburan Primer dan Sekunder, Apa Bedanya?

 

Q: Apakah ada teknologi medis yang dapat meningkatkan keberhasilan perawatan kesuburan, khususnya IVF?

 

A: Kemajuan teknologi medis memainkan peran penting dalam meningkatkan tingkat keberhasilan perawatan kesuburan, khususnya IVF. Beberapa teknologi utama yang meningkatkan hasil kehamilan meliputi:


1. Preimplantation Genetic Testing for Aneuploidy (PGT-A)

Pengujian ini memeriksa kromosom embrio sebelum ditanamkan ke dalam rahim. Pemeriksaan ini meningkatkan peluang kehamilan dengan memilih embrio dengan kromosom normal, yang sangat membantu bagi wanita berusia di atas 35 tahun atau pasangan dengan riwayat keguguran berulang atau kegagalan IVF sebelumnya.


2. Time-Lapse Imaging

Teknologi ini memungkinkan pemantauan berkelanjutan terhadap perkembangan embrio dalam inkubator. Teknologi ini membantu embriolog memilih embrio terbaik untuk dipindahkan dengan menganalisis pola perkembangan optimalnya. Time-Lapse imaging membantu mengurangi risiko kerusakan embrio dengan menghilangkan kebutuhan penanganan embrio di luar inkubator.


3. Intracytoplasmic Morphologically Selected Sperm Injection (IMSI)

Menggunakan mikroskop canggih, teknik ini memungkinkan pemilihan sperma berkualitas tinggi sebelum menyuntikkannya ke dalam sel telur. Teknologi ini meningkatkan tingkat pembuahan dan kualitas embrio, terutama bagi pasangan yang menghadapi faktor infertilitas pria.


4. Artificial Intelligence (AI) dalam IVF

AI digunakan untuk menganalisis data embrio dan memprediksi tingkat keberhasilan. Di masa mendatang, AI diharapkan dapat membantu embriolog dan dokter dalam membuat keputusan yang lebih akurat saat memilih embrio dengan potensi keberhasilan kehamilan tertinggi.


Baca juga: 6 Inovasi Teknologi Bayi Tabung untuk Menambah Kesuksesan Program Hamil


 

Q: Berapa success rate IVF bagi pasangan? Apakah ada kisah berkesan dari pasien yang berhasil memiliki anak melalui IVF?

 

Tingkat keberhasilan IVF bervariasi tergantung pada beberapa faktor, seperti usia wanita, kualitas embrio, lapisan rahim (endometrium), dan kesehatan secara keseluruhan. Umumnya, tingkat keberhasilan IVF lebih tinggi untuk wanita di bawah usia 35 tahun, sedangkan peluangnya menurun untuk wanita di atas usia 40 tahun karena penurunan alami kualitas sel telur seiring bertambahnya usia wanita.

 

Faktor-faktor utama yang memengaruhi keberhasilan meliputi kondisi rahim dan endometrium, serta kualitas sperma dan sel telur. Bagi wanita dengan kondisi seperti PCOS atau endometriosis, IVF dapat menawarkan solusi yang layak, tetapi sering kali memerlukan upaya dan perawatan tambahan. Sel telur dan sperma berkualitas tinggi secara signifikan meningkatkan peluang untuk mendapatkan embrio normal, yang pada gilirannya meningkatkan kemungkinan kehamilan yang berhasil.


Baca juga: Kenali Sejak Dini, Jenis Gangguan Kesuburan yang Mengintai

 

Salah satu kasus yang paling berkesan bagi saya adalah pasangan yang awalnya tidak memiliki harapan untuk hamil karena kondisi bawaan sang istri — ia tidak pernah mengalami menstruasi seumur hidupnya dan tidak memiliki perkembangan seksual sekunder yang normal. Kondisi ini, yang dikenal sebagai amenore primer, membuat mereka merasa putus asa setelah perawatan medis sebelumnya gagal. Namun, setelah pemeriksaan, ditemukan bahwa ia masih memiliki sejumlah sel telur yang layak, dan kualitas sperma suaminya juga optimal. Dengan bantuan IVF, dikombinasikan dengan terapi hormon untuk menggantikan hormon endogen yang tidak ada, mereka mampu hamil dan akhirnya melahirkan bayi yang sehat. Kisah-kisah seperti ini selalu sangat bermanfaat dan mengingatkan kita tentang kekuatan intervensi medis dalam mewujudkan mimpi yang tampaknya mustahil.

 

Di tengah gerakan tanpa anak yang berkembang, banyak pasangan terus menghadapi tantangan emosional dan fisik dalam memulai sebuah keluarga. Bagi mereka yang memimpikan menjadi orang tua, RS Pondok Indah IVF Centre menawarkan jalan yang mendukung ke depan. Dengan tim spesialis kesuburan yang ahli, teknologi medis mutakhir, dan program yang dipersonalisasi, RS Pondok Indah IVF Centre didedikasikan untuk mewujudkan mimpi tersebut. Ambil langkah pertama menuju perjalanan Anda menjadi orang tua.

 

Hubungi Konselor IVF di RS Pondok Indah IVF Centre hari ini.

 

RS Pondok Indah - Pondok Indah

South Wing Lantai 6

Jalan Metro Duta Kav. UE, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12310 Indonesia

+62 822 6161 3223

 

Artikel ini telah ditampilkan dalam majalah Wonderwhy Magazine Issue 2: Childfree Neighbor