Tangani Kelainan Sperma, Wujudkan Harapan Miliki Buah Hati

Senin, 15 Juli 2024

RSPI Facebook linkRSPI twitter linkRSPI Linkedin link
RSPI link

Kelainan sperma menjadi salah satu gangguan fertilitas yang kerap terjadi. Simak penjelasan mengenai masalah ini, dimulai dari jenis hingga cara penanganannya!

Tangani Kelainan Sperma, Wujudkan Harapan Miliki Buah Hati

Salah satu faktor penyebab tertundanya kehamilan adalah usia. Pasangan yang berusia 30 tahun misalnya, akan mengalami penurunan kesehatan sekitar 2-3 persen setiap tahunnya.


Faktor usia juga akan berdampak pada kualitas dan produksi sperma. Sel sperma yang sehat tidak hanya menunjukkan kesehatan organ reproduksi pria, tetapi juga dapat meningkatkan peluang terjadinya kehamilan. Oleh karena itu, dibutuhkan terapi yang dibarengi dengan perubahan gaya hidup untuk meningkatkan kualitas sperma.


Jika Anda atau pasangan berusia lebih dari 30 tahun, sebaiknya konsultasikan dengan dokter spesialis kebidanan dan kandungan konsultan fertilitas, endokrinologi, dan reproduksi, setelah melakukan hubungan seksual rutin setiap 2 hari sekali selama 4 bulan, tetapi istri tak kunjung hamil. Jadi, tidak perlu menunggu sampai satu tahun untuk melakukan pemeriksaan, ya.


Pada saat konsultasi dan pemeriksaan, dokter akan melihat apakah terdapat kondisi yang perlu dimodifikasi dari sisi suami, istri, atau keduanya.


Apabila ada gangguan kesuburan dari sisi pria, maka dokter spesialis kebidanan dan kandungan konsultan fertilitas, endokrinologi dan reproduksi akan mengarahkan pasien untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis andrologi dan seksologi. 


Baca juga: Kenali Gangguan Kesuburan pada Pria


Analisis Kelainan Sperma

Penanganan kelainan sperma dimulai dari penelusuran jenis dan penyebab kelainan sperma itu sendiri. Penyebabnya bisa bermacam-macam, mulai dari gangguan hormonal, faktor usia, obesitas, autoimun, masalah seksual, ejakulasi terbalik, udara yang panas, lingkungan yang beracun (toxic), pemakaian obat-obatan terlarang, sertai gaya hidup yang kurang sehat, seperti merokok dan kurang aktif bergerak maupun berolahraga. 


Pertama-tama, dokter akan merujuk pasien melakukan pemeriksaan analisis sel sperma. Apabila hasilnya kurang baik atau bermasalah, biasanya dokter akan meminta pasien untuk melakukan tes untuk kedua kalinya.


Jika hasilnya masih sama, analisis sperma dapat dilakukan sampai tiga kali, dengan jarak tidak lebih dari tiga minggu. Setelah itu, barulah dokter dapat menentukan jenis kelainan sperma, penyebab, serta penanganan yang tepat. 


Baca juga: Kenali Sejak Dini, Jenis Gangguan Kesuburan yang Mengintai



Berbagai Jenis Kelainan Sperma dan Penanganannya

Berikut ini adalah beberapa jenis kelainan sperma yang mungkin dialami pria dan bagaimana dokter akan menanganinya:


1. Aglutinasi Sperma

Aglutinasi sperma adalah kondisi perlengketan yang membuat sperma jadi menggumpal, sehingga gerak sperma terhambat dan tidak bisa bertemu bahkan membuahi sel telur. Kondisi ini biasanya ditandai dengan air mani yang sangat kental saat dikeluarkan.


Kelainan pada sperma ini terjadi ketika sistem kekebalan tubuh menganggap spermanya sendiri sebagai benda asing, sehingga antibodi saling menyerang dan menggumpal.


Kondisi ini juga bisa terjadi karena perubahan kadar hormon dan infeksi bakteri pada saluran reproduksi. Cara mengatasi aglutinasi sperma akan disesuaikan dengan penyebabnya. Apabila aglutinasi disebabkan oleh infeksi bakteri, maka dokter akan memberikan antibiotik untuk mengatasinya. 


2. Hematospermia

Hematospermia adalah kondisi di mana air mani bercampur dengan darah. Kondisi ini ditandai dengan warna cairan mani yang kemerah-merahan, rasa nyeri ketika ejakulasi dan berkemih, serta adanya darah dalam urine (hematuria).


Penyebab paling umum dari hematospermia adalah infeksi dan peradangan pada saluran reproduksi. Untuk mengatasi penyebab infertilitas ini, dokter biasanya akan meresepkan antibiotik.


Baca juga: Gangguan Kesuburan Primer dan Sekunder, Apa Bedanya?


3. Leukospermia

Leukospermia (air mani berwarna putih atau bercampur dengan darah putih), biasanya disebabkan oleh infeksi di kelenjar prostat. Dokter akan memberikan obat antibiotik untuk menangani kondisi ini.


4. Oligozoospermia

Suhu yang terlalu panas pada testis, tempat di mana sperma diproduksi, dapat menyebabkan gangguan pada produksi sperma dan membuat pria mengalami oligozoospermia atau oligospermia.


Oligospermia adalah kondisi di mana konsentrasi sperma kurang dari 15 juta sel sperma per milliliter. Kondisi testis panas ini dapat disebabkan oleh lingkungan kerja yang beracun (toxic) seperti di pabrik pelebur besi, bekerja di dapur (misalnya sebagai koki), ataupun akibat sering memakai celana yang terlalu ketat.


Solusinya, pria tersebut harus menghindari udara/lingkungan yang panas, dan menggunakan celana yang longgar. 


Sementara itu, pria yang hasil pemeriksaannya menunjukkan kurang dari 5 juta sperma (oligospermia berat), biasanya disebabkan oleh faktor hormonal. Dokter akan merujuk pasien untuk menjalani terapi hormonal atau mengubah gaya hidup. Setelah 3 bulan menjalani terapi, pasien dapat mengulang pemeriksaan hormon reproduksi. Pemeriksaan ini juga diperlukan apabila jumlah sperma di atas 5 juta tetapi volumenya hanya 1 sentimeterkubik, dan hubungan suami-istri tidak dilakukan secara teratur.


5. Azoospermia

Kondisi azoospermia adalah situasi tidak adanya sel sperma sama sekali saat ejakulasi. Masalah ini dapat dikategorikan menjadi dua jenis, yakni azoospermia obstruktif dan azoospermia non-obstruktif.


Azoospermia obstruktif terjadi akibat adanya penyumbatan di saluran organ reproduksi pria. Kondisi ini dapat disebabkan oleh cedera, infeksi, kista, efek samping operasi panggul, dan ejakulasi retrograde. Di sisi lain, azoospermia non-obstruktif terjadi akibat adanya gangguan hormon atau faktor genetik.


Dalam beberapa kasus, masalah ini masih dapat ditangani dengan obat. Namun, apabila gangguan sudah sampai menghambat keluarnya sperma saat ejakulasi/obstruksi ejakulasi, maka diperlukan tindakan operasi.


Tindakan operasi yang dapat dilakukan di antaranya ialah MESA, PESA, TESA, TESE:


  • MESA (microepididymal sperm aspiration) dilakukan pada pria yang mengalami sumbatan pada epididimis.
  • PESA (percutaneous epididymal sperm aspiration) dianjurkan dilakukan pada seseorang yang mengalami azoospermia obstruksif. Tindakan ini dilakukan dengan membuka penyumbatan pada saluran pengeluaran sperma dari testis ke penis. 
  • TESA (testicular sperm aspiration) dapat digunakan pada kelainan azoospermia, dengan menggunakan metode jarum halus untuk mengambil sperma dari testis. 
  • TESE (testicular sperm extraction) juga dapat membantu kelainan azoospermia. Dilakukan dengan membuat sayatan kecil pada testis untuk mengambil sperma. 


Jika pasien tidak menginginkan operasi tetapi ingin memiliki keturunan, maka program bayi tabung merupakan solusi yang sesuai.


Baca juga: Memastikan Kesuburan Anda


6. Asthenozoospermia

Kondisi asthenospermia atau asthenozoospermia adalah kondisi di mana sperma yang bergerak maju hanya 32 persen saat memasuki tubuh perempuan. Kondisi yang menyebabkan asthenospermia bermacam-macam, mulai dari masalah genetik, obesitas, sampai masalah gaya hidup yang kurang sehat, salah satunya kebiasaan merokok.


Penanganan yang dapat dilakukan untuk gangguan ini adalah dengan memodifikasi gaya hidup dengan berolahraga teratur, menurunkan berat badan, mengurangi penggunaan telepon untuk mengurangi paparan radiasi, mengurangi konsumsi alkohol, serta berhenti merokok. Konsumsi suplemen juga dapat menjadi solusi untuk kondisi ini.


7. Teratozoospermia

Sperma yang mengalami kelainan bentuk atau teratozoospermia, bisa saja memiliki bentuk kepala, bagian tengah, dan ekor sperma yang tidak normal. Kondisi ini sangat memengaruhi pergerakan sperma dan kemampuannya menembus permukaan sel telur. Teratozoospermia dapat disebabkan oleh faktor stres, trauma testis, penyakit kronis, dan diabetes.


Solusinya pun sama dengan solusi pada kondisi asthenospermia, yakni dengan memodifikasi gaya hidup menjadi lebih baik. 


8. Gabungan Beberapa Isu

Selain itu, infertilitas juga bisa disebabkan oleh gabungan dari beberapa isu di atas. Sebagai contoh, pada kasus oligoteratoasthenozoospermia di mana jumlah, gerak, dan bentuk sperma bermasalah, maka penanganannya harus disesuaikan dari penyebab ketiga masalahnya.


Baca juga: Kenali Jenis Pemeriksaan dan Metode Program Kehamilan



Tingkatkan Kualitas Sperma

Jangan khawatir, ada berbagai cara untuk meningkatkan kualitas sperma dan menangani kelainan sperma. Hal sederhana yang bisa dilakukan adalah dengan menerapkan pola hidup sehat, termasuk berolahraga rutin serta mengonsumsi makanan bergizi seimbang.


Olahraga yang cukup sebaiknya dilakukan minimal 5 kali dalam seminggu, dengan durasi minimal 30 menit setiap harinya. Pilihan olahragan untuk pria yang berusia lebih 40 tahun adalah olahraga kardio low impact, seperti olahraga jalan cepat atau bersepeda santai. Hindari olahraga berintensitas tinggi seperti basket, bulu tangkis, atau HIIT, karena dapat meningkatkan detak jantung yang justru berbahaya bagi kesehatan. 


Target detak jantung optimal ketika berolahraga adalah 120-220 kali per menit, dipotong usia, dan dikalikan 90 persen. Upayakan untuk mencapai target kisaran denyut jantung ini agar olahraga tersebut efektif.

Penanganan kelainan sperma perlu disesuaikan dengan penyebab salah satu penyebab dengan diimbangi perubahan pola hidup.


Untuk mengetahui informasi lebih lanjut seputar kesuburan pria, jadwalkan konsultasi dengan dokter spesialis andrologi di RS Pondok Indah. Dengan demikian, dokter dapat menjawab dan merekomendasikan saran yang sesuai. Selain itu, Anda dan pasangan juga dapat mengunjungi RS Pondok Indah IVF Centre untuk mewujudkan program hamil.


Dengan dukungan tim dokter spesialis andrologi dan dokter spesialis bedah urologi di RS Pondok Indah IVF Centre, masalahan kesuburan Anda bisa teratasi. Selain itu, keberhasilan program hamil yang Anda dan pasangan tengah jalani bisa optimal. Sebab selama program hamil, Anda dan pasangan akan selalu didampingi tim IVF yang sudah berpengalaman.