Tangani Kelainan Sperma, Wujudkan Harapan Miliki Buah Hati

Jumat, 15 Maret 2024

RSPI Facebook linkRSPI twitter linkRSPI Linkedin link
RSPI link

Agar terjadi kehamilan, diperlukan sel telur dan sperma berkualitas tinggi, serta saluran reproduksi perempuan yang berfungsi dengan baik

Tangani Kelainan Sperma, Wujudkan Harapan Miliki Buah Hati

Salah satu penyebab sulitnya terjadi kehamilan pada pasangan suami istri adalah faktor usia. Pada pasangan berusia 30 tahun misalnya, penurunan kesehatan memang kerap terjadi sekitar 2-3 persen setiap tahunnya.


Hal ini akan berdampak juga pada penurunan kualitas produksi sperma. Oleh karenanya, pria pada kondisi tertentu membutuhkan terapi pengobatan atau modifikasi gaya hidup agar kualitas sperma menjadi lebih baik.


Jika Anda atau pasangan telah berusia lebih dari 30 tahun, Anda dan pasangan dapat berkonsultasi dengan dokter spesialis kebidanan dan kandungan konsultan fertilitas, endokrinologi, dan reproduksi, setelah melakukan hubungan seksual rutin setiap 2 hari sekali selama 4 bulan tetapi istri tak kunjung hamil. Jadi, tidak perlu menunggu sampai satu tahun untuk melakukan pemeriksaan, ya.


Pada saat konsultasi dan pemeriksaan, dokter akan melihat apakah terdapat kondisi yang perlu dimodifikasi dari sisi suami, istri, atau keduanya. Apabila ada masalah pada kesuburan dari sisi pria, maka dokter spesialis kebidanan dan kandungan konsultan fertilitas, endokrinologi dan reproduksi akan mengarahkan pasien untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis andrologi dan seksologi. 


Baca juga: Kenali Gangguan Kesuburan pada Pria


Penanganan kelainan sperma dimulai dari penelusuran jenis dan penyebab kelainan sperma itu sendiri. Penyebabnya bisa bermacam-macam, mulai dari faktor hormonal, usia, obesitas, autoimun, masalah hormon, masalah seksual, ejakulasi terbalik, udara yang panas, lingkungan yang beracun/toxic, pemakaian obat-obatan terlarang, sampai gaya hidup yang kurang sehat, seperti merokok dan kurang bergerak/olahraga. 


Pertama-tama, dokter akan merujuk pasien melakukan pemeriksaan analisis sperma. Apabila hasilnya kurang baik atau bermasalah, biasanya dokter akan meminta pasien untuk melakukan tes untuk kedua kalinya. Jika hasilnya masih sama, analisis sperma dapat dilakukan sampai tiga kali, dengan jarak tidak lebih dari tiga minggu. Setelah itu, barulah dokter dapat menentukan jenis kelainan sperma, penyebab, serta penanganan yang tepat. 


Baca juga: Kenali Sejak Dini, Jenis Gangguan Kesuburan yang Mengintai


Berikut ini penjelasannya:


  • Kasus aglutinasi (perlengketan antar sperma), hematospermia (warna air mani kemerah-merahan/bercampur dengan darah), dan leukospermia (air mani berwarna putih/bercampur dengan darah putih), biasanya disebabkan oleh infeksi di kelenjar prostat. Dokter akan memberikan obat antibiotik untuk menghilangkan infeksi tersebut. 


  • Suhu terlalu panas pada testis, tempat di mana sperma diproduksi, dapat menyebabkan produksi sperma menurun dan membuat pria berisiko mengalami oligospermia (jumlah sperma kurang dari 15 juta per milliliter). Kondisi testis panas ini dapat disebabkan oleh lingkungan kerja yang beracun/toxic seperti di pabrik pelebur besi, bekerja di dapur (misalnya sebagai koki), ataupun akibat sering memakai celana yang terlalu ketat. Solusinya, pria tersebut harus menghindari udara/lingkungan yang panas, dan menggunakan celana yang longgar. 


Sementara itu, kondisi pria dengan jumlah sperma di bawah 5 juta (disebut dengan oligospermia berat), biasanya disebabkan oleh faktor hormonal. Dokter akan merujuk pasien untuk menjalani terapi hormonal atau mengubah gaya hidup. Setelah sekitar 3 bulan menjalani terapi, pasien dapat kembali melakukan pemeriksaan hormon reproduksinya. Pemeriksaan ini juga diperlukan apabila jumlah sperma di atas 5 juta tetapi volumenya hanya 1 sentimeterkubik, dan hubungan suami-istri tidak dilakukan secara teratur.


  • Pada kondisi azoospermia, yaitu tidak adanya sel sperma sama sekali saat ejakulasi, beberapa pasien masih dapat ditangani dengan obat. Namun, apabila gangguan sudah sampai menghambat keluarnya sperma saat ejakulasi/obstruksi ejakulasi, maka diperlukan tindakan operasi. Jika pasien tidak menginginkan operasi tetapi ingin memiliki keturunan, maka program bayi tabung dapat menjadi solusi.


Baca juga: Memastikan Kesuburan Anda


Tindakan operasi yang dapat dilakukan di antaranya ialah MESA, PESA, TESA, TESE:


  1. MESA (microepididymal sperm aspiration) dilakukan pada pria yang mengalami sumbatan pada epididimis.
  2. PESA (percutaneous epididymal sperm aspiration) dianjurkan dilakukan pada seseorang yang terkena azoospermia obstruksif. Tindakan ini akan membuka penyumbatan pada tabung yang bertugas untuk membawa sperma dari testis ke penis. 
  3. TESA (testicular sperm aspiration) dapat digunakan pada kelainan azoospermia, dengan menggunakan metode jarum halus untuk mengambil sperma dari testis. 
  4. TESE (testicular sperm extraction) juga dapat membantu kelainan azoospermia. Dilakukan dengan membuat sayatan kecil pada testis untuk mengambil sperma. 


  • Kondisi asthenospermia, yaitu sperma yang bergerak maju hanya 32 persen saat memasuki tubuh perempuan, penyebabnya dapat bermacam-macam, mulai dari masalah genetik, obesitas, sampai masalah gaya hidup yang kurang sehat, salah satunya adalah kebiasaan merokok. Penanganan yang dapat dilakukan yakni dengan memodifikasi gaya hidup/kebiasaan seperti berolahraga yang teratur, menurunkan berat badan ke berat yang ideal, mengurangi penggunaan telepon untuk mengurangi paparan radiasi, mengurangi konsumsi alkohol, serta berhenti merokok. Konsumsi suplemen juga dapat membantu terapi pengobatan.


  • Kondisi sperma teratozoospermia, yaitu bentuk kepala, bagian tengah, dan ekor sperma normal hanya ada kurang dari 4 persen, dapat disebabkan oleh faktor stres, trauma testis, penyakit kronis, dan diabetes. Solusinya pun sama dengan solusi pada kondisi asthenospermia, yakni dengan memodifikasi gaya hidup menjadi lebih baik. 


  • Sementara pada kasus oligoteratoasthenozoospermia di mana jumlah, gerak, dan bentuk spermanya bermasalah, maka penanganannya harus disesuaikan dari penyebab ketiga masalahnya.


Baca juga: Gangguan Kesuburan Primer dan Sekunder, Apa Bedanya?


Tingkatkan Kualitas Sperma

Jangan khawatir, ada berbagai cara untuk meningkatkan kualitas sperma dan menangani kelainan sperma. Hal sederhana yang bisa dilakukan adalah dengan modifikasi gaya hidup menjadi lebih sehat, misalnya dengan berolahraga serta mengonsumsi makanan bergizi dan seimbang.


Banyak yang berasumsi kegiatan olahraga setiap akhir pekan adalah porsi olahraga yang cukup, padahal olahraga sebaiknya dilakukan minimal 5 kali dalam seminggu dengan durasi minimal 30 menit sehari.


Pada pria berusia di atas 40 tahun, olahraga yang tepat dilakukan adalah olahraga kardio low impact, seperti olahraga jalan cepat atau bersepeda santai. Hindari olahraga berintensitas tinggi seperti basket, bulu tangkis, atau HIIT, karena dapat membuat detak jantung berdegup sangat cepat yang dapat membahayakan. 


Sedangkan hitungan efektivitas olahraga lari adalah detak jantung pria minimal 120 kali per menit dan maksimal 220 kali per menit, dipotong usia, dan dikalikan 90 persen. Hasilnya adalah detak jantung optimal yang seharusnya pria dapatkan saat sedang berolahraga lari.


Apabila sudah mencapai kisaran ini, dapat dikatakan olahraga tersebut efektif.


Penanganan kelainan sperma akan lebih optimal jika dimulai dari peningkatan kualitas hidup. Kualitas hidup yang baik tentu akan berdampak positif pada kualitas sperma yang sehat.