Rentannya daya tahan tubuh lansia membuat kuman mycobacterium tuberculosis penyebab infeksi tuberkulosis paru, mudah masuk ke dalam tubuh. Apabila tidak ditangani dengan cepat, penyakit dapat menetap dan pengobatannya dapat berlangsung lama.
Menurut data WHO pada 2019, lebih dari 800 ribu kasus baru infeksi tuberkulosis terjadi per tahunnya di Indonesia. Angka kematian karena kasus ini mencapai 98 ribu per tahun. Indonesia menjadi negara ketiga terbesar dengan jumlah penderita tuberkulosis paru terbanyak. Sekitar 75 persen penduduk Indonesia yang terkena infeksi tuberkulosis paru adalah kelompok usia produktif 15 – 55 tahun. Hal ini disebabkan karena tingginya mobilitas kelompok produktif, yang kemudian membuat kuman mudah hinggap dan masuk ke jaringan tubuh paling dalam.
Namun, jumlah penduduk lansia di Indonesia yang meningkat setiap tahunnya, membuat kelompok ini sama rentannya dengan kelompok produktif. Apalagi kelompok lansia di atas 60 tahun kerap mengalami penurunan daya tahan tubuh yang membuat fungsi organ, termasuk organ pernapasan, menurun. Selain itu, perilaku kurang sehat seperti tidak menutup mulut saat batuk dan bersin dan tidak menjaga higienitas tubuh dengan baik, seperti rajin mencuci tangan, juga menjadi faktor penentu. Asupan gizi menurun, menurunnya mobilitas yang berkurang, serta kerap menetap di ruangan yang gelap dan lembab menjadi alasan lain mengapa kelompok lansia rentan terhadap infeksi ini.
Gejala tuberkulosis paru
Tuberkulosisis adalah penyakit infeksi yang berasal dari kuman Mycobacterium tuberculosis (M. tb). Infeksi yang 80 persen terjadi di organ paru ini juga dapat terjadi di organ lain, antara lain di leher, perut, otak, selaput otak, mata, tenggorokan, usus, ginjal, kandung kemih, organ reproduksi, tulang, jari, sampai tangan, dan beberapa organ lainnya.
Penyakit ini menyebar melalui udara, maka itu organ paru-paru menjadi organ yang paling banyak terkena kuman ini. Ketika kuman sampai paru-paru, kuman akan menghasilkan sekret atau dahak yang selanjutnya menimbulkan gejala batuk. Batuk berdahak inilah yang menjadi gejala utama infeksi ini. Batuk biasanya berlangsung selama dua sampai tiga minggu, yang bila diobati dengan obat batuk biasa atau antibiotik sering tidak mempan. Gejala penyerta lainnya seperti menurunnya nafsu makan, sering berkeringat, dan mudah lelah. Berat badan kelompok lansia pun akan menurun drastis karena nafsu makan berkurang dan mengalami keletihan yang luar biasa.
Risiko pada kelompok lansia
Terjangkitnya infeksi tuberkulosis paru pada seseorang termasuk lansia, dapat dibagi ke dalam beberapa tahapan:
Diagnosis infeksi tuberkulosis paru
Ada beberapa cara dalam mendiagnosis penyakit infeksi tuberkulosis paru pada seseorang termasuk lansia, yaitu:
Penanganan pada kelompok lansia
Penanganan infeksi TB mencakup dua lini. Pada lini pertama, dokter akan memberikan obat-obatan sesuai kebutuhan pasien. Biasanya obat yang diberikan adalah obat untuk mematikan kuman yang diderita. Proses pengobatan ini berlangsung kurang lebih selama 2-4 bulan.
Sementara lini kedua diperuntukkan untuk kelompok pasien dengan TB kebal obat (mengidap penyakit ekstra paru). Dokter akan memberikan obat racikan khusus. Proses penyembuhan pada pasien ini bisa berlangsung selama 9 – 12 bulan.
Kedua lini ini dapat dilakukan pada semua usia, namun, kelompok lansia lebih tinggi risikonya mengalami kompleksitas penyakit. Biasanya penyakit yang diderita tidak hanya satu, sehingga penyembuhan harus dilakukan secara bertahap. Sebagai contoh, bila penderita memiliki penyakit diabetes melitus maka ia harus dapat mengontrol kadar gula darah dalam tubuh terlebih dahulu, baru mengobati infeksi tuberkulosis paru. Contoh lain, bila penderita memiliki gangguan ginjal, maka harus meminum obat dengan jenis yang tidak mengganggu fungsi ginjal. Intinya bila penyakit lainnya tidak dikendalikan, maka TB akan sulit untuk sembuh.
Permasalahan yang sering muncul pada kelompok lansia adalah ketika penderita tidak menjalani terapi sesuai dengan yang seharusnya. Penderita terkadang terlupa untuk meminum obat, atau tidak menjaga higienitasnya sehingga pengobatan menjadi lebih lama atau gagal. Oleh karena itu, dokter selalu menyarankan agar pasien selalu didampingi pendamping selama menjalani pengobatan.
Jaga paru tetap sehat kini dan nanti
Sebetulnya penyakit TB dapat diantisipasi sejak awal, dimulai dari vaksinasi BCG (Bacille Calmette-Guérin) yang dapat dilakukan mulai dari bayi berusia di bawah 1 bulan. Meskipun penyakit ini dapat disembuhkan, namun, ada baiknya Anda yang berada di usia produktif tetap menjalani gaya hidup sehat supaya tidak terkena infeksi ini di kemudian hari. Tak lupa juga, jaga kesehatan paru orangtua Anda. Lakukan hal-hal berikut ini untuk menjaga paru tetap sehat, khususnya untuk para lansia:
Kepatuhan minum obat merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan pengobatan infeksi TB. Konsultasikan kondisi Anda ke dokter spesialis paru dan pernapasan bila Anda atau orangtua Anda memiliki gejala TB atau mengalami kesulitan dalam proses menjalani pengobatan TB.
Spesialis Paru & Pernapasan Konsultan Penyakit Infeksi
RS Pondok Indah - Bintaro Jaya