Menjaga Kesehatan Pernapasan

Rabu, 06 Maret 2024

RSPI Facebook linkRSPI twitter linkRSPI Linkedin link
RSPI link

Bernapas merupakan salah satu kebutuhan primer manusia agar dapat bertahan hidup. Karenanya, menjaga kesehatan organ pernapasan merupakan hal yang tidak dapat ditolerir

Menjaga Kesehatan Pernapasan

Bernapas merupakan salah satu kebutuhan primer manusia agar dapat bertahan hidup. Karenanya, menjaga kesehatan organ pernapasan merupakan hal yang tidak dapat ditolerir. 


Sayangnya, lingkungan serta gaya hidup yang dijalani terkadang justru memberi dampak merugikan bagi kondisi organ pernapasan utama, yaitu paru. Bahaya penyakit punmengancam, termasuk kanker paru. 


Secara garis besar, faktor risiko munculnya kanker paru dapat dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu:


  1. Kebiasaan buruk (perokok aktif maupun pasif atau bekerja di tempat yang mengandung zat kimia yang bersifat terinspiratif/terhirup) 
  2. Genetik (memiliki riwayat keluarga yang menderita kanker, meski bukan kanker paru)


Berada di jalur pernapasan, sel kanker di paru dapat berkembang dalam waktu yang sangat cepat. 


Pasalnya, sel buruk ini berada di organ yang paling awal mendapat asupan oksigen—yang dibutuhkan untuk mengembangkan sel. Maka itu, penderita kanker paru memiliki angka harapan hidup yang kecil. 


Terlebih, penyakit ini tidak menunjukkan gejala berarti di tahap awal, sehingga sulit sekali terdeteksi. Gejala biasanya baru muncul bila stadium telah lanjut. Gejala yang umumnya dirasakan adalah:


  • Batuk berdarah (menandakan sel kanker sudah berada pada saluran pernapasan di paru),
  • Penurunan berat badan.
  • Sesak napas (karena volume paru mengecil akibat massa kanker itu sendiri atau timbul cairan (efusi pleura) yang mengisi rongga paru). 


Menakutkan? Memang. Karenanya, mencegah agar jangan sampai sel kanker tumbuh merupakan pilihan terbaik.


Beberapa hal dapat dilakukan agar terhindar dari risiko tumbuhnya sel kanker paru. 


  1. Hindari rokok. Bila masih merokok, ikuti tips berhenti merokok di klinik dokter spesialis paru dan pernapasan
  2. Menjalani pola hidup sehat, terutama tidak merokok
  3. Gunakan masker jika bekerja di tempat berpolusi atau dengan paparan zat kimia yang terhirup. Penggunaan masker dapat mengurangi masuknya zat yang bersifat karsinogenik (memiliki bawaan untuk menjadi kanker)
  4. Jika memiliki faktor keturunan, lakukan deteksi dini dan rutin
  5. Konsumsi makanan dengan kandungan antioksidan tinggi
  6. Buat saluran udara di tempat dengan paparan zat kimia yang bersifat karsinogenik, dengan tetap menggunakan masker


Selain itu, pemeriksaan rutin pun merupakan tindakan preventif yang perlu dilakukan.


Ada beberapa jenis pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk mendiagnosa keberadaan sel kanker paru. 

  1. Rontgen paru (foto toraks). Pemeriksaan ini dilakukan sekali setahun, terutama bagi perokok, perokok pasif, atau pekerja dengan pajanan silika (tambang, semen, pabrik kaca, batubara, konstruksi, pajanan radon tinggi, dan lain-lain). 
  2. CT-scan toraks. Pemeriksaan lebih lanjut jika didapat kecurigaan dari hasil rontgen.
  3. Biopsi. Pemeriksaan lanjutan untuk mencari jenis kanker paru.
  4. Jika hasil biopsi memastikan kecurigaan yang didapat merupakan kanker, maka akan dilakukan pemeriksaan lanjutan untuk mendiagnosis secara lengkap jenis kanker, stadium, serta kondisi pasien (performance status). Selain itu, dilakukan pula PET Scan untuk memastikan penyebaran sel kanker. Karena biasanya kanker paru menyebar ke tulang, otak, dan hati, maka scan tulang, scan otak, serta USG hati juga dapat dilakukan.


Menjalani gaya hidup sehat, menjauhi faktor risiko, dan melakukan pemeriksaan rutin merupakan pilihan terbaik untuk terus menjaga kualitas hidup. Setelah terdiagnosis, terapi kanker paru tergantung pada jenis kanker dan stadium.


Pengobatan kanker paru dapat berupa bedah, radioterapi, kemoterapi, targeted therapy, dan immunotherapy.


Dalam diagnosis dan pemilihan terapi, dokter spesialis paru dan pernapasan akan memilihkan terapi secara personalized, sesuai dengan marker genetik pasien, termasuk asuhan paliatif, seperti tatalaksana nyeri, sesak, dan batuk untuk meningkatkan kualitas hidup penderita kanker paru.