Nyeri Dada: Penyebab, Gejala, dan Tips Mengatasinya

Oleh Tim RS Pondok Indah

Jumat, 28 Juni 2024

RSPI Facebook linkRSPI twitter linkRSPI Linkedin link
RSPI link

Cara mengatasi nyeri dada dapat diatasi dengan bernafas teratur, membaringkan tubuh dengan kepala lebih tinggi, jangan makan ataupun minum selama relaksasi.

Nyeri Dada: Penyebab, Gejala, dan Tips Mengatasinya

Nyeri dada merupakan keluhan yang pernah dialami oleh hampir semua orang. Keluhan ini dapat dirasakan pada dada sebelah kiri maupun dada sebelah kanan, dengan tingkat keparahan yang juga beragam. Mengingat jantung juga terletak dalam rongga dada, keluhan pada bagian ini secara tidak langsung bisa menjadi gejala adanya masalah pada organ yang memiliki peran penting bagi kelangsungan hidup.


Nyeri dada seringkali, bahkan masih, identik dengan penyakit atau gangguan pada jantung. Keluhan nyeri dada bahkan menjadi penyebab tertinggi kedua pasien memeriksakan diri ke Instalasi Gawat Darurat (IGD). Namun, keluhan ini sebenarnya tidak selalu disebabkan oleh masalah pada jantung dan belum tentu berisiko mengancam nyawa. 


Penanganan yang tepat dan cepat sesuai dengan penyebab nyeri dada akan meningkatkan angka keberhasilan pengobatan serta kelangsungan hidup penderitanya. Oleh karena itu, ketahui berbagai informasi mengenai gejala nyeri dada, serta kapan perlu memeriksakannya ke dokter.


Penyebab Nyeri Dada

Ada banyak organ yang berada di dada, selain jantung. Nyeri dada memang kebanyakan disebabkan oleh jantung, tetapi bisa juga disebabkan oleh organ lain yang berada dalam dada, maupun lokasinya berdekatan dengan dada.


Secara umum, penyebab nyeri dada bisa dibedakan menjadi 2, yakni karena kondisi medis dan gangguan kesehatan yang berkaitan dengan jantung dan tidak terkait dengan jantung. Berikut ini adalah penjelasan singkat dan contoh kondisi penyebab nyeri dada:


1. Terkait dengan Jantung


  • Berkurangnya aliran darah ke jantung (angina)
  • Penyakit jantung koroner
  • Serangan jantung
  • Peradangan pada otot jantung (miokarditis)
  • Peradangan pada selaput tipis pembungkus jantung (perikarditis)
  • Gangguan katup jantung
  • Robeknya (diseksi) arteri koroner


2. Tidak Terkait dengan Jantung


  • Gangguan pada paru-paru: peradangan selaput pembungkus paru (pleuritis), radang paru-paru (pneumonia) atau kumpulan nanah di paru (abses paru), penumpukan udara bebas di selaput pembungkus paru (pneumotoraks), sumbatan darah pada paru (emboli paru), asma, penyakit paru obstruktif kronis (PPOK)
  • Gangguan pada sistem pencernaan: penyakit asam lambung (GERD), masalah pada esofagus, tukak lambung, hernia hiatus, peradangan pankreas (pankreatitis), batu empedu
  • Gangguan pada jaringan pembentuk dada: meliputi otot, tulang rusuk, saraf: retak atau patah tulang iga, tarikan pada otot dada, herpes zoster
  • Psikis: serangan panik dan gangguan kecemasan


Nyeri dada bisa disebabkan oleh berbagai faktor, pemeriksaan langsung oleh dokter spesialis jantung dan pembuluh darah dapat membantu memastikan penyebab dari keluhan yang Anda rasakan saat ini.


Baca juga: Siaga Satu Serangan Jantung!



Diagnosis Nyeri Dada

Untuk memastikan penyebab dan penanganan yang sesuai bagi gejala nyeri dada yang Anda alami, dokter akan melakukan tanya jawab medis (anamnesis), sebelum melakukan pemeriksaan fisik. 


Anamnesis yang dilakukan dokter biasanya bertujuan untuk mengetahui karakter nyeri dada, termasuk durasi, keparahan, hal yang meringankan atau memperparah nyeri, nyeri menetap atau hilang timbul, terasa seperti ditusuk-tusuk atau dihimpit beban berat, serta menunjukkan lokasi nyeri.


Selain itu, dokter juga akan melakukan anamnesis untuk mengetahui faktor risiko sakit jantung yang Anda miliki, termasuk riwayat tekanan darah tinggi, kadar kolesterol, kadar gula darah, kebiasaan merokok, kurang aktif bergerak terlebih berolahraga secara rutin, tidak menjaga pola makan, berusia lebih dari 45 tahun, dan memiliki keluarga dengan riwayat penyakit jantung maupun pembuluh darah.


Dokter kemudian akan melakukan pemeriksaan fisik, terutama pemeriksaan suara jantung dan pernapasan, untuk membantu proses diagnosis nyeri dada. Guna memastikan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik, dokter juga bisa menyarankan pemeriksaan penunjang berupa EKG, treadmill atau stress test, rontgen dada, CT-Scan jantung, tes darah, angiografi maupun kateterisasi. 


Baca juga: Kegunaan MRI untuk Diagnosis Penyakit Jantung


Apakah Nyeri Dada Bisa Sembuh?

Nyeri dada bisa sembuh, asalkan penyebab yang mendasarinya diidentifikasi dan diobati dengan tepat. Penting untuk segera mencari pertolongan medis jika mengalami nyeri dada, karena beberapa penyebabnya bisa mengancam nyawa. Dengan diagnosis yang tepat dan penanganan yang sesuai, banyak kondisi yang menyebabkan nyeri dada bisa dikelola atau disembuhkan, memungkinkan pasien untuk kembali menjalani kehidupan yang sehat dan produktif.


Cara Mengatasi Nyeri Dada

Pada dasarnya, nyeri dada akan diatasi sesuai dengan penyebab yang mendasarinya, baik dengan peresepan obat maupun tindakan medis, yang dibarengi dengan penerapan pola hidup sehat.


Perilaku yang termasuk dalam pola hidup sehat adalah menerapkan pola makan sehat dan bergizi seimbang, rutin berolahraga, tidak merokok dan konsumsi alkohol, menjaga berat badan ideal, serta memastikan tekanan darah maupun kadar kolesterol tetap normal.


6 Tips Cara Meredakan Nyeri Dada di Rumah

Saat mengalami nyeri dada, Anda dapat menerapkan beberapa tips berikut untuk meredakan nyeri dada:

  • Tetap tenang dan bernafaslah dengan teratur, akan lebih baik jika Anda mengetahui serta bisa menerapkan teknik relaksasi
  • Atur posisi tubuh agar lebih nyaman
  • Segera hentikan semua kegiatan yang sedang dilakukan dan beristirahatlah
  • Berbaring dengan posisi kepala lebih tinggi, bisa dengan menumpuk 2 bantal
  • Longgarkan kerah, dasi, baju, maupun pakaian yang bisa membuat sesak napas
  • Jangan makan maupun minum


Baca juga: Perkembangan Pengobatan Penyakit Jantung Koroner


Tindakan Medis untuk Nyeri Dada

Bila tidak membaik setelah menerapkan beberapa penanganan nyeri dada di rumah, sebaiknya periksakan diri ke dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan pertolongan lebih lanjut. Dokter mungkin meresepkan obat-obatan untuk meredakan nyeri tersebut.


Jika nyeri dada tidak membaik dengan obat-obatan yang diresepkan oleh dokter, tindakan medis bisa saja disarankan. Beberapa tindakan medis tersebut, meliputi:


  • Pemasangan ring jantung, untuk melebarkan pembuluh darah yang tersumbat
  • Operasi bypass jantung, untuk membuat jalan pintas sebagai solusi pembuluh darah jantung yang tersumbat total atau parah
  • Reinflasi paru-paru, atau tindakan untuk mengembangkan kembali paru-paru ke bentuk semula, dilakukan pada kasus paru-paru yang mengempis akibat PPOK maupun gangguan paru yang lain
  • Perbaikan diseksi aorta, atau memperbaiki pembuluh darah aorta yang robek


Pilihan penanganan terbaik untuk nyeri dada yang Anda alami hanya bisa dipastikan oleh dokter spesialis jantung dan pembuluh darah, setelah melakukan pemeriksaan langsung. Sebab, penanganan yang diberikan oleh dokter perlu disesuaikan dengan riwayat kesehatan serta keparahan kondisi Anda. 



Gejala Serangan Jantung Selain Nyeri Dada

Meski tidak selalu disebabkan oleh kondisi yang berbahaya, nyeri dada tidak bisa diabaikan. Segera pergi ke IGD rumah sakit terdekat jika Anda curiga nyeri dada yang terjadi merupakan gejala dari serangan jantung. Beberapa gejala serangan jantung selain nyeri dada, antara lain:


  • Dada terasa sesak, seperti diremas, dihimpit, atau sakit yang hebat di bawah tulang dada
  • Nyeri dada menjalar hingga ke rahang, lengan, dan pundak kiri
  • Nyeri dada yang terasa tajam dan terjadi secara tiba-tiba, dengan disertai sesak napas, terutama setelah beristirahat untuk waktu yang lama
  • Mual, pusing, jantung berdebar-debar, frekuensi napas meningkat, merasa linglung atau bingung, wajah terlihat pucat hingga keabu-abuan, atau keringat berlebih
  • Denyut jantung sangat lambat atau tekanan darah sangat rendah


Anda tetap dianjurkan untuk memeriksakan diri ke dokter jika mengalami nyeri dada yang disertai dengan batuk, pilek, demam, maupun menggigil, serta tidak membaik setelah mengonsumsi obat anti nyeri. Pemeriksaan rutin ke dokter spesialis jantung dan pembuluh darah juga diwajibkan untuk Anda yang memiliki faktor risiko penyakit jantung. 


Baca juga: Deteksi Dini Kelainan Jantung pada Dewasa Muda



Ditinjau oleh:

dr. Alexandra Gabriella, Sp.J.P, FIHA

Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah



Referensi:

  1. Writing Committee Members, Gulati, M., et al,. 2021 AHA/ACC/ASE/CHEST/SAEM/SCCT/SCMR guideline for the evaluation and diagnosis of chest pain: a report of the American College of Cardiology/American Heart Association Joint Committee on Clinical Practice Guidelines. Journal of the American College of Cardiology. 2021. (https://www.jacc.org/doi/epdf/10.1016/j.jacc.2021.07.053). Diakses pada 6 Mei 2024.
  2. American Heart Association. Angina (Chest Pain). (https://www.heart.org/en/health-topics/heart-attack/angina-chest-pain). Revisi terakhir 8 November 2021. Diakses pada 3 Mei 2024.
  3. Health Direct Australia. Chest Pain (https://www.healthdirect.gov.au/chest-pain#waiting-ambulance). Revisi terakhir Desember 2023. Diakses pada 6 Mei 2024.
  4. Cleveland Clinic. Chest Pain. (https://my.clevelandclinic.org/health/symptoms/21209-chest-pain). Revisi terakhir pada 21 Juni 2023. Diakses pada 3 Mei 2024. 
  5. Mayo Clinic. Chest pain. (https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/chest-pain/symptoms-causes/syc-20370838). Revisi terakhir 3 Mei 2023. Diakses pada 3 Mei 2024. 
  6. WebMD. What’s Causing my Chest Pain? (https://www.webmd.com/pain-management/whats-causing-my-chest-pain). Revisi terakhir 2 Mei 2023. Diakses pada 3 Mei 2024.