Semakin banyak orang terkena penyakit ini. Penyakit autoimun terjadi ketika sistem kekebalan tubuh seseorang menyerang sel-sel dalam tubuhnya sendiri. Benarkah penyakit autoimun tidak dapat disembuhkan?

Semakin banyak orang terkena penyakit ini. Penyakit autoimun terjadi ketika sistem kekebalan tubuh seseorang menyerang sel-sel dalam tubuhnya sendiri. Benarkah penyakit autoimun tidak dapat disembuhkan? Lalu, bagaimana menangani penyakitnya? 


Seseorang dikatakan mengalami gangguan autoimun ketika sistem kekebalan tubuhnya yang seharusnya berfungsi menyerang dan mengeliminasi kuman yang masuk ke dalam tubuh, justru menyerang sel-sel tubuhnya sendiri. "Serangan" sel-sel tubuh ini akhirnya menimbulkan gejala sistemik yang melibatkan berbagai macam organ.


Seiring berkembangnya waktu dan pola hidup, saat ini penyakit autoimun tidak hanya menyerang masyarakat yang hidup di negara non-tropis saja namun juga masyarakat tropis yang salah satunya adalah Indonesia.


Di negara non–tropis memiliki musim dingin di mana tidak ada matahari yang cukup menyinari sehingga penduduk kerap mengalami "winter depression". Bagi mereka yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang kurang, depresi jenis ini dapat membuat keadaan imunnya semakin memburuk.


Untuk terhindar dari penyakit autoimun, mereka dianjurkan mengonsumsi vitamin D, menggantikan cahaya matahari yang kurang terserap oleh tubuh. Beda halnya di negara tropis, di mana sinar matahari bersinar hampir sepanjang musim.


Seharusnya asupan vitamin D orang yang hidup di negara tropis dapat mencukupi. Namun, ternyata faktor semakin buruknya udara, lingkungan, tingginya tingkat stres, pola makan yang buruk, dan tidak sempatnya melakukan aktivitas fisik karena kesibukan yang padat, kemudian meningkatkan risiko penyakit autoimun ini. 


Baca juga: Vitamin D: Sering Dilupakan, tapi Bermanfaat untuk Muskuloskeletal


Gejala dan Penyebab Umum 

Gejala penyakit autoimun sangat bervariasi. Karena mayoritas penyakit autoimun sifatnya sistemik, tentu gejala yang timbul tergantung organ yang terkena. Jika organ yang terkena darah, maka sel darah merah dapat berkurang jumlahnya, timbul anemia, dan kita merasa mudah letih dan mengantuk.


Jika organ yang terkena sendi, maka gejala yang timbul berupa nyeri dan bengkak pada sendi-sendi baik sendi kecil ataupun besar. Pada kondisi yang berat, penyakit autoimun seperti lupus bisa menyerang otak sehingga bisa timbul kejang, atau menyerang ginjal yang dapat menyebabkan ginjal mengalami kerusakan berat. 


Penyebab penyakit autoimun sampai saat ini belum diketahui pasti. Namun, faktor individu dan lingkungan memerankan hal yang penting. Faktor individu dari kerentanan genetik dan diturunkan ke generasi berikutnya.


Faktor lingkungan, seperti pola makan yang tidak sehat, stres psikologis, sampai intensitas bekerja yang berlebihan juga dapat mencetuskan munculnya penyakit autoimun pada individu yang rentan tersebut. 


Baca juga: Tubuh Ideal, Kadar Gula Terjaga


Apakah Penyakit Autoimun Bisa Disembuhkan? 

Pada dasarnya penyakit autoimun tidak dapat disembuhkan sama seperti hipertensi ataupun diabetes. Namun, penyakit autoimun dapat dikontrol dengan baik. Jika terkontrol dengan baik, maka penderita autoimun akan tetap bisa menjalani aktivitas sehari-hari laiknya orang normal yang sehat.


Sehingga untuk mencapai tingkat kontrol yang baik, perlu usaha yang sungguh-sungguh, komitmen, dan ketelatenan dari penderita autoimun, seperti makan obat teratur, pola makan yang sehat, dan berolahraga yang cukup.


Baca juga: Nutrisi Tepat untuk Pegiat Olahraga


Jenis-jenis Penyakit Autoimun

Penyakit autoimun memiliki variasi yang sangat banyak. Diketahui penyakit autoimun mencapai 100 jenis. Namun, jenis yang cukup sering kita temui antara lain, lupus eritematosus sistemik, sindrom sjogren, anemia hemolitik autoimun, reumatoid artritis, skleroderma, dan sebagainya.


Salah satu penyakit autoimun yang memiliki jumlah kasus yang cukup sering adalah lupus eritematosus sistemik. Penyakit ini umumnya menyerang wanita, usia muda, dan menimbulkan gejala multi organ.


Penyakit lain yang cukup sering ditemukan adalah reumatoid artritis, yang umumnya menyerang wanita, dengan gejala-gejala yang timbul pada sendi-sendi, dapat sendi kecil ataupun sendi besar. Gejala yang timbul adalah nyeri dan bengkak pada sendi.


Selain itu, penyakit autoimun yang juga banyak menyerang perempuan adalah lupus eritematosus yang dapat menyerang berbagai macam organ. 


Penyakit autoimun juga dapat menyerang anak-anak. Salah satu yang sering menyerang anak adalah juvenile idiopathic arthritis (JIA). Penyakit autoimun ini menyerang sendi-sendi anak. Gejala yang timbul dapat berupa nyeri dan bengkak pada lebih dari satu sendi, baik sendi kecil ataupun besar.


Penyakit lain yang dapat menyerang anak adalah idiopathic thrombocytopenic purpura (ITP). Penyakit autoimun ini menyerang sel-sel keping darah atau trombosit pada tubuh anak, dan menyebabkan berkurangnya jumlah trombosit dan pada kondisi berat dapat menyebabkan timbulnya pendarahan, seperti gusi berdarah dan mudah lebam. 


Lebih lanjut sebenarnya jika penyakit autoimun dikontrol dengan baik, maka tidak ada yang berbahaya. Namun, yang diwaspadai adalah jika penyakit autoimun ini tidak dikontrol dan flare (kambuh).


Pada kondisi ini dapat timbul bermacam-macam komplikasi. Seperti pada lupus bisa menyebabkan kerusakan otak, timbul kejang-kejang, penurunan kesadaran. Pada ginjal bisa menyebabkan penurunan fungsi ginjal berat sampai cuci darah, jika terkena jantung dapat menyebabkan gangguan pompa jantung. 


Baca juga: Hindari Penyakit Ginjal Kronis


Dampak Penyakit Autoimun pada Tubuh 

Ada banyak dampak dari penyakit autoimun bagi tubuh. Tergantung organ yang terkena. Jika penyakit autoimunnya menyerang sistem darah, maka dampaknya dapat menyebabkan mudah lelah, mudah terkena infeksi, sampai mudah mengalami perdarahan.


Jika penyakit autoimunnya menyerang kulit maka bisa timbul ruam-ruam, seperti pada lupus bisa timbul ruam di wajah seperti kupu-kupu. Jika ia menyerang sendi maka timbul rasa nyeri dan bengkak pada sendi.


Jika menyerang ginal, maka dapat timbul bocor ginjal dan pada waktu lama dapat menyebabkan gagal ginjal kronis dan penurunan fungsi ginjal yang berat, dan sebagainya. 


Baca juga: Cegah Penyakit Ginjal Diabetes


Penanganan Penyakit Autoimun

Penderita autoimun harus berobat ke dokter. Seringkali untuk menegakkan diagnosis pertama kali pada penderita autoimun cukup sulit sehingga perlu ditangani dokter spesialis yang ahli dalam bidang autoimun.


Setelah diagnosis ditegakkan, penderita harus menjalani pola hidup sehat, makan teratur, dan bergizi seimbang, mengurangi stres psikologis, olahraga teratur, mengonsumsi obat teratur, dan kontrol rutin ke dokter. 


Baca juga: Jaga dan Perkuat Imun Tubuh Anda di Masa Pancaroba


Pencegahan Penyakit Autoimun

Cara mencegah agar penyakit autoimun tidak datang adalah dengan menerapkan pola hidup sehat. Makan bergizi seimbang dan teratur, mengurangi konsumsi makanan yang mengandung gluten, seperti yang terdapat di tepung terigu, tepung gandum, dan oatmeal, olahraga secara rutin, mengurangi stres psikologis, menjaga berat badan ideal.


Jika perlu, lakukan deteksi dini dan konsultasi ke dokter spesialis penyakit dalam konsultan alergi dan imunologi untuk mencegah timbulnya penyakit autoimun terutama pada individu yang memiliki kerentanan genetik.