Tekanan Darah Rendah, Kenali Gejalanya dan Kapan Harus Waspada

By Tim RS Pondok Indah

Wednesday, 09 July 2025

RSPI Facebook linkRSPI twitter linkRSPI Linkedin link
RSPI link

Darah rendah umumnya ditandai dengan pusing, mudah lelah, serta pandangan berkunang-kunang. Kondisi ini tidak selalu berbahaya, tetapi bukan berarti bisa diabaikan. 

Tekanan Darah Rendah, Kenali Gejalanya dan Kapan Harus Waspada

Darah rendah atau hipotensi merupakan kondisi yang cukup umum terjadi. Secara global, prevalensi penderita darah rendah mencapai 40%. Kondisi ini tidak selalu merupakan gangguan kesehatan, misalnya pada atlet atau orang yang rutin berolahraga, tekanan darah rendah merupakan suatu mekanisme normal tubuh. 


Karena sering kali tidak bergejala, banyak penderita darah rendah yang tidak menyadari kondisi ini. Orang dengan darah rendah biasa baru menyadari ketika sudah terjadi komplikasi. Agar penanganan tidak terlambat, Anda perlu mengetahui kondisi darah rendah yang memerlukan perhatian lebih. Dengan begitu, pemeriksaan dan penanganan dokter bisa segera didapatkan jika darah rendah tergolong berbahaya. 

  

Apa Itu Tekanan Darah Rendah?

Darah rendah (hipotensi) adalah kondisi di mana tekanan darah berada di bawah normal, atau kurang dari 90/60 mmHg. Normalnya, tekanan darah orang dewasa adalah sekitar 90/60mmHg hingga 120/80 mmHg.


Tekanan darah rendah memang tidak selalu menunjukkan gejala. Namun, ketika penderitanya mengalami keluhan, baik yang merupakan gejala darah rendah atau komplikasi dari kondisi ini, penanganan medis perlu diberikan.


Baca juga: Cara Agar Tekanan Darah Normal dan Terjaga



Jenis-Jenis Hipotensi

Berikut ini adalah beberapa jenis hipotensi yang perlu Anda ketahui:


1. Hipotensi Ortostatik

Perubahan posisi bisa menyebabkan terjadinya tekanan darah rendah, yang dikenal dengan hipotensi ortostatik. Biasanya tekanan darah akan turun secara tiba-tiba saat seseorang bangkit dari posisi duduk atau berbaring, dan berlangsung sementara saja. Hipotensi ortostatik biasanya menyerang mereka yang termasuk lanjut usia, penderita dehidrasi, atau ibu hamil. 


2. Hipotensi Postprandial

Kondisi darah rendah yang satu ini terjadi setelah makan, biasanya 1–2 jam setelah makan. Biasanya, hipotensi postprandial dialami oleh lansia atau penderita penyakit Parkinson. 


3. Hipotensi Vasovagal

Hipotensi yang disebut juga dengan neurally mediated hypotension (NMH) terjadi akibat gangguan sinyal antara jantung dan otak. Biasanya, gejala darah rendah ini muncul setelah berdiri dalam waktu lama. Kondisi ini sering dialami oleh anak-anak dan remaja. 


Baca juga: Ambulatory Blood Pressure Monitoring (ABPM), Si Pencegah Komplikasi Hipertensi


Gejala Darah Rendah

Darah rendah umumnya tidak bergejala. Namun, ketika menimbulkan gejala, kondisi ini akan dikeluhkan sebagai:


  • Pusing atau kliyengan, terutama saat bangkit dari duduk maupun berbaring 
  • Lemas
  • Pandangan kabur, buram, atau berkunang-kunang
  • Mual atau muntah
  • Kulit tampak pucat dan terasa dingin 
  • Napas cepat dan dangkal
  • Kebingungan dan sulit berkonsentrasi
  • Jantung berdebar cepat tapi terasa lemah
  • Seperti akan pingsan, bahkan hingga pingsan


Baca juga: 15 Makanan untuk Darah Rendah yang Patut Dicoba


Penyebab Darah Rendah 

Hasil pemeriksaan tekanan darah memang berfluktuasi sepanjang hari, tergantung posisi tubuh, , kondisi fisik, stres, maupun konsumsi makanan, minuman, dan obat-obatan tertentu. Namun, ada beberapa kondisi yang bisa menyebabkan tekanan darah menurun, di antaranya: 


  • Berkurangnya volume cairan tubuh, seperti dehidrasi
  • Kehilangan darah akibat luka atau perdarahan internal
  • Kekurangan nutrisi tertentu, seperti vitamin B12, zat besi, dan folat
  • Gangguan jantung, misalnya aritmia
  • Diabetes
  • Penyakit Parkinson
  • Gangguan hormon, seperti penyakit Addison
  • Reaksi akibat syok anafilaksis atau infeksi berat
  • Konsumsi obat-obatan tertentu, contohnya obat diuretik, obat penurun tekanan darah, dan antidepresan 
  • Perubahan fisiologis, seperti yang dialami oleh atlet maupun selama kehamilan


Baca juga: Kenali Jenis Sakit Kepala Anda


Faktor Risiko Darah Rendah

Darah rendah rentan dialami oleh orang dengan faktor risiko berikut ini:


  • Berusia lanjut
  • Memiliki riwayat penyakit tertentu, seperti diabetes, penyakit Parkinson, gangguan jantung, dan gangguan saraf
  • Jarang minum air putih atau menjalani pola makan rendah garam yang ekstrim
  • Mengonsumsi obat-obatan tertentu, seperti obat diuretik maupun penurun tekanan darah


Kapan Harus ke Dokter?

Tidak semua kasus darah rendah berbahaya dan memerlukan pemeriksaan dokter. Namun, ketika kondisi ini menimbulkan keluhan, Anda perlu segera memeriksakan diri ke dokter. Sebab jika dibiarkan, kondisi ini bisa menyebabkan komplikasi, seperti keterbatasan aktivitas sehari-hari, menurunnya kadar oksigen, hingga kerusakan organ. 


Oleh karena itu, segera jadwalkan janji temu dengan dokter spesialis penyakit dalam di RS Pondok Indah cabang terdekat ketika Anda mengalami gejala darah rendah. Terlebih bila sebelumnya Anda telah terdiagnosa menderita penyakit tertentu, seperti diabetes, penyakit jantung, dan gangguan tiroid, untuk mendapatkan pemeriksaan serta penanganan yang tepat. 


Baca juga: Makanan Super untuk Pasien Jantung



Diagnosis Darah Rendah

Dalam mendiagnosis darah rendah, dokter spesialis penyakit dalam umumnya melakukan serangkaian pemeriksaan, meliputi wawancara (anamnesis), pemeriksaan firisk (terutama tekanan darah yang merupakan pemeriksaan tanda-tanda vital), serta pemeriksaan penunjang, bila diperlukan. 


Pemeriksaan tekanan darah dilakukan menggunakan tensimeter. Apabila hasilnya menunjukkan tekanan darah rendah, dokter akan melanjutkan wawancara untuk menggali informasi seputar kemunculan gejala, riwayat penyakit, pola makan, serta obat apa saja yang sedang dikonsumsi. 


Apabila dokter mencurigai adanya penyakit penyerta, pemeriksaan penunjang, seperti tes darah, EKG, atau tes tilt table, akan dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis. 


Baca juga: 20 Makanan Penurun Kolesterol Tinggi yang Mudah Ditemui


Pengobatan Darah Rendah

Pengobatan darah rendah sebenarnya bisa berbeda-beda untuk setiap individu, tergantung penyebab dan keparahan kondisi. Misalnya, jika darah rendah disebabkan karena dehidrasi, dokter akan memberikan terapi cairan untuk memastikan tubuh terhidrasi. Begitupun bila disebabkan oleh penggunaan obat tertentu, dokter akan menyesuaikan dosis obat ataupun mengganti obat untuk mengatasi darah rendah yang terjadi. 


Untuk memaksimalkan pengobatan darah rendah, dokter juga akan melakukan beberapa upaya penanganan berikut ini:


  • Pemberian obat-obatan untuk meningkatkan tekanan darah, khususnya pada kasus hipotensi ortostatik
  • Mengonsumsi makanan tinggi natrium (garam) sesuai dengan arahan dokter
  • Mengonsumsi lebih banyak cairan, untuk meningkatkan volume cairan tubuh dan mencegah dehidrasi
  • Menggunakan stoking kompresi, dengan tujuan untuk meningkatkan aliran darah ke jantung 


Baca juga: Apakah Penyakit Jantung Bisa Sembuh? Penyakit Jantung dan Upaya Pencegahannya


Komplikasi Darah Rendah

Tanpa penanganan yang tepat, darah rendah dengan gejala berat bisa menimbulkan berbagai komplikasi, seperti:


  • Cedera karena terjatuh 
  • Gangguan jantung
  • Syok
  • Deep vein thrombosis
  • Stroke
  • Kerusakan organ


Baca juga: Deteksi Dini Kelainan Jantung pada Dewasa Muda


Pencegahan Darah Rendah 

Ada beberapa langkah mudah yang dapat Anda terapkan sebagai pencegahan darah rendah, di antaranya: 


  • Memenuhi kebutuhan cairan harian 
  • Mengonsumsi makanan bergizi seimbang  
  • Makan dalam porsi kecil, tetapi lebih sering 
  • Melakukan perubahan posisi secara perlahan, terumata berdiri setelah duduk atau berbaring
  • Tidak berdiri terlalu lama
  • Berolahraga secara rutin, setidaknya 30 menit per hari atau 150 menit per minggu


Selain itu, Anda juga sangat disarankan untuk melakukan konsultasi dengan dokter jika mengalami gejala darah rendah berulang, terutama bila memiliki faktor risikonya. 


Untuk itu, segera jadwalkan janji temu dengan dokter spesialis penyakit dalam di RS Pondok Indah cabang terdekat guna mendapatkan pemeriksaan serta penanganan yang sesuai, supaya gejala hipotensi tidak kambuh dan Anda pun bisa kembali beraktivitas dengan nyaman. Dokter spesialis berpengalaman di RS Pondok Indah akan memberikan penanganan dengan dukungan fasilitas medis berteknologi terkini demi hasil yang optimal.


Baca juga: 13 Gejala Serangan Jantung yang Harus Diwaspadai


 

FAQ

Tekanan Darah 70/60 Apakah Normal?

Tidak, tekanan darah 70/60 termasuk kategori hipotensi (tekanan darah rendah). Tekanan darah yang normal adalah sekitar 120/80 mmHg. Tekanan darah yang terlalu rendah bisa menyebabkan gejala seperti pusing, lemas, dan pingsan.


Apa Bedanya Darah Rendah dan Kurang Darah?

Darah rendah (hipotensi) adalah keadaan tekanan darah yang rendah, sedangkan kurang darah (anemia) adalah kekurangan sel darah merah atau hemoglobin.


Sekilas, gejala keduanya bisa mirip, seperti pusing dan lemas. Oleh sebab itu, jika Anda mengalami gejala yang dicurigai mengarah ke hipotensi atau anemia, penting untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis penyakit dalam untuk diagnosis yang tepat.


Apa Efek Jika Darah Rendah?

Darah rendah bisa menyebabkan pusing, lemas, dan pandangan kabur. Dalam kasus yang lebih parah, tekanan darah rendah juga bisa menyebabkan penurunan kesadaran, sesak napas, dan bahkan menyebabkan syok.


Jika Memiliki Darah Rendah, Apa yang Harus Dilakukan?

Jika Anda mengalami darah rendah (hipotensi), ada beberapa langkah yang bisa Anda lakukan, yakni:


  • Hentikan aktivitas fisik
  • Segera duduk atau berbaring untuk mengurangi risiko terjatuh
  • Hindari bergerak secara mendadak
  • Perhatikan hidrasi dan minum air putih


Jika Anda mengalami gejala seperti pusing, pandangan kabur, mual, atau penurunan kesadaran yang tidak kunjung membaik, segera hubungi IGD rumah sakit terdekat untuk mendapatkan bantuan medis.




Referensi:

  1. Huang L, Li S, et al,. Prevalence of postprandial hypotension in older adults: a systematic review and meta-analysis. Age and Ageing. 2024. (https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/38411408/). Diakses pada 4 Juli 2025. 
  2. Meng L. Heterogeneous impact of hypotension on organ perfusion and outcomes: a narrative review. British Journal of Anaesthesia. 2021. (https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/34392972/). Diakses pada 4 Juli 2025. 
  3. National Health Service UK. Low blood pressure (hypotension). (https://www.nhs.uk/conditions/low-blood-pressure-hypotension/). Direvisi terakhir 11 Juli 2023. Diakses pada 4 Juli 2025. 
  4. National Heart, Lung, and Blood Institute. Low Blood Pressure. (https://www.nhlbi.nih.gov/health/low-blood-pressure). Direvisi terakhir 24 Maret 2022. Diakses pada 4 Juli 2025. 
  5. Cleveland Clinic. Low Blood Pressure (Hypotension). (https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/21156-low-blood-pressure-hypotension#symptoms-and-causes). Direvisi terakhir 10 Juli 2023. Diakses pada 4 Juli 2025. 
  6. Mayo Clinic. Low blood pressure (hypotension). (https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/low-blood-pressure/diagnosis-treatment/drc-20355470). Direvisi terakhir 13 Juni 2024. Diakses pada 4 Juli 2025.