Apakah Perlemakan Hati Bisa Sembuh? Jawabannya Ada di Sini

By Tim RS Pondok Indah

Wednesday, 27 August 2025

RSPI Facebook linkRSPI twitter linkRSPI Linkedin link
RSPI link

Perlemakan hati (fatty liver) bisa diatasi dengan penanganan tepat. Keberhasilan penanganannya dipengaruhi oleh perubahan gaya hidup dan penanganan medis yang tepat.

Apakah Perlemakan Hati Bisa Sembuh? Jawabannya Ada di Sini

Perlemakan hati (fatty liver) adalah kondisi medis di mana lemak menumpuk secara berlebihan di sel-sel hati. Kondisi ini umumnya tidak menimbulkan gejala, tetapi pada beberapa orang bisa muncul keluhan perut terasa penuh, perut terasa tidak nyaman, nyeri tumpul di perut kanan atas, atau mudah lelah.


Perlemakan hati terbagi menjadi dua jenis, yaitu alkoholik (akibat minum alkohol berlebihan), dan non-alkoholik (berkaitan dengan gaya hidup tidak sehat seperti obesitas, diabetes, atau kolesterol tinggi). Jika tidak ditangani, perlemakan hati bisa menyebabkan resistensi insulin yang membuat kadar gula darah meningkat, maupun berkembang menjadi peradangan hati, sirosis, penurunan fungsi hati, hingga gagal hati.


Apakah Perlemakan Hati bisa Sembuh?

Perlemakan hati atau fatty liver dapat diatasi, terutama jika masih berada pada tahap awal dan belum terjadi komplikasi, seperti sirosis. Meskipun hingga saat ini belum tersedia obat khusus untuk mengatasi kondisi ini, perlemakan hati dapat diatasi dengan perubahan gaya hidup.


Pada kasus tertentu, dokter juga dapat meresepkan terapi tambahan untuk mengelola kondisi penyerta seperti diabetes, kadar kolesterol tinggi, atau tekanan darah tinggi, yang berkontribusi terhadap penumpukan lemak di hati.


Dengan pemantauan rutin dan komitmen jangka panjang, kadar lemak di organ hati dapat berkurang secara signifikan, bahkan menghilang sepenuhnya.


Baca juga: Tes Fungsi Hati, Langkah Awal Menentukan Kesehatan Hati



Penanganan Fatty Liver

Langkah pertama untuk pengobatan perlemakan hati adalah mengidentifikasi penyebab dan tingkat keparahan kondisi secara akurat. Salah satu pemeriksaan yang dapat membantu adalah body composition analysis dengan Dexa Scan.


Pemeriksaan ini mampu mengukur persentase lemak tubuh secara detail, termasuk distribusi lemak di area perut yang berhubungan dengan risiko perlemakan hati non-alkoholik.


Setelah itu, penanganan difokuskan pada perubahan gaya hidup jangka panjang. Dokter akan menyarankan langkah-langkah penanganan seperti:


  • Menerapkan gaya hidup sehat, dengan menerapkan pola makan rendah lemak dan karbohidrat, serta tinggi protein
  • Menghindari makanan tidak sehat, seperti makanan tinggi lemak, kolesterol, dan gula tambahan
  • Menurunkan berat badan, sebanyak 3–5%, terutama dari lemak perut, dapat menurunkan penumpukan lemak di hati, salah satunya dengan rutin berolahraga selama 30 menit sebanyak 5 kali dalam seminggu
  • Menghentikan konsumsi alkohol, baik pada penderita perlemakan hati yang disebabkan oleh alkohol maupun tidak
  • Mengelola penyakit penyerta, dengan mengonsumsi obat-obatan yang sesuai, termasuk konsumsi suplemen vitamin E untuk mencegah kerusakan sel hati
  • Menjalani transplantasi hati, jika perlemakan hati sudah menyebabkan komplikasi berat


Kunci utamanya kesembuhan fatty liver adalah komitmen menjalani gaya hidup sehat dan memantau kondisi hati secara berkala. Pemeriksaan Dexa Scan dapat membantu menilai distribusi lemak tubuh yang berkaitan dengan risiko fatty liver, sehingga penanganan bisa lebih tepat sasaran. Selain itu, DEXA Scan juga bisa memantau keberhasilan penanganan yang diberikan oleh dokter untuk mengatasi perlemakan hati.


Jadi, jika Anda mengalami gejala yang mengarah ke perlemakan hati, atau memiliki faktor risiko penyakit hati, seperti obesitas, diabetes, atau kolesterol tinggi, segera konsultasikan dengan dokter spesialis penyakit dalam di RS Pondok Indah. Pemeriksaan menyeluruh dan penanganan sedini mungkin akan meningkatkan peluang kesembuhan secara optimal.


Baca juga: Kunci Hindari Kanker Hati: Pemeriksaan Rutin dan Pencegahan



FAQ

Perlemakan Hati Apakah Berbahaya?

Perlemakan hati adalah kondisi yang berbahaya, terutama jika dibiarkan tanpa penanganan. Meskipun awalnya tidak langsung merusak organ hati, perlemakan hati yang tidak mendapatkan penanganan tepat akan terus berkembang. Lama-kelamaan, kondisi ini bisa menyebabkan jaringan parut (fibrosis), sirosis hati, penurunan fungsi hati, dan gagal hati. Tidak hanya demikian, fatty liver disease juga dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker hati.


Apa Pantangan Perlemakan Hati?

Penderita perlemakan hati dianjurkan untuk memperhatikan pantangan-pantangan berikut ini:


  • Konsumsi makanan dan minuman manis, seperti soda, jus kemasan, kue, dan nasi putih berlebihan
  • Konsumsi makanan tinggi lemak jenuh, seperti gorengan, kulit ayam, dan fast food
  • Konsumsi minuman beralkohol
  • Gaya hidup sedenter, termasuk duduk diam terlalu lama


Apakah Fatty Liver Harus Menurunkan Berat Badan?

Penurunan berat badan biasanya disarankan untuk penderita fatty liver disease yang kelebihan berat badan atau obesitas. Penurunan berat badan sebesar 3–5% saja sudah cukup baik untuk mengurangi penumpukan lemak di hati. Untuk mendukung proses ini, terapkanlah pola makan yang sehat dikombinasikan dengan olahraga teratur, minimal 150 menit setiap minggunya atau setara dengan 30 menit yang dilakukan sebanyak 5 kali dalam seminggu.


Apakah Fatty Liver Bisa Menjadi Kanker?

Tidak semua kasus fatty liver berkembang menjadi kanker hati. Akan tetapi, fatty liver disease yang tidak ditangani, bahkan diabaikan, bisa saja berkembang menjadi sirosis. Kondisi inilah yang dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker hati secara signifikan.


Oleh sebab itu, jika Anda diduga memiliki kondisi fatty liver, sangat disarankan untuk rutin memeriksakan diri ke dokter spesialis penyakit dalam. Perubahan gaya hidup dan pengobatan yang sesuai dapat membantu memulihkan fungsi hati dan mencegah terjadinya komplikasi, seperti sirosis dan kanker.


Bisakah Perlemakan Hati Kembali Normal?

Perlemakan hati atau fatty liver dapat kembali normal, terutama jika cepat terdeteksi dan ditangani dengan tepat. Apabila penderita belum mengalami sirosis, perubahan gaya hidup secara permanen sangatlah efektif untuk mengatasi penumpukan lemak dan peradangan hati.


Akan tetapi, bila kondisi ini sudah berkembang menjadi sirosis, maka pengobatan tidak bisa menyembuhkan organ hati yang sudah rusak seperti sedia kala. Meski demikian, pengobatan dan perubahan gaya hidup pada tahap ini tetap diperlukan untuk mencegah kerusakan hati lebih lanjut.



Referensi:

  1. Paternostro, R., & Trauner, M. Current treatment of non‐alcoholic fatty liver disease. Journal of internal medicine. 2022. (http://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC9546342/). Diakses pada 7 Agustus 2022.
  2. Tan, C., Chan, K. E., et al. DEXA Scan Body Fat Mass Distribution in Obese and Non-Obese Individuals and Risk of NAFLD—Analysis of 10,865 Individuals. Journal of Clinical Medicine. 2022. (https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC9605163/). Diakses pada 7 Agustus 2025.
  3. Cleveland Clinic. DXA Scan (Bone Density Test)(https://my.clevelandclinic.org/health/diagnostics/10683-dexa-dxa-scan-bone-density-test). Diakses pada 14 Agustus 2025.
  4. Cleveland Clinic. Steatotic (Fatty) Liver Disease. (https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/15831-fatty-liver-disease#management-and-treatment). Direvisi terakhir 27 September 2023. Diakses pada 7 Agustus 2025.
  5. Mayo Clinic. Nonalcoholic fatty liver disease. (https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/nonalcoholic-fatty-liver-disease/symptoms-causes/syc-20354567). Direvisi terakhir 4 April 2024. Diakses pada 7 Agustus 2025.