Meningitis, Gejala Hingga Penanganannya

Oleh Tim RS Pondok Indah

Kamis, 10 Oktober 2024

•
RSPI Facebook linkRSPI twitter linkRSPI Linkedin link
RSPI link

Meningitis adalah radang selaput otak yang berbahaya, dengan memiliki gejala awal yang menyerupai flu seperti demam dan sakit kepala. Waspadai gejalanya!

Meningitis, Gejala Hingga Penanganannya

Meningens adalah suatu selaput lapisan pelindung otak dan sumsum tulang belakang. Selaput otak berfungsi sebagai pelindung otak serta tulang belakang dari cedera maupun menjaga bentuk kedua organ vital tubuh ini. Untuk menjalankan fungsinya, terdapat saraf, pembuluh darah dan cairan serebrospinal pada meningens.


Adanya peradangan pada meningens, yang juga dikenal sebagai meningitis, tentunya akan mengganggu fungsi selaput ini. Kondisi ini dapat menyebabkan kecacatan, bahkan kematian, jika tidak ditangani dengan tepat.


Apa Itu Meningitis?

Penyakit meningitis adalah kondisi yang menggambarkan adanya peradangan pada selaput pelapis otak. Pemberian vaksin meningitis dapat mencegah penyakit ini, serta komplikasinya, yang dapat berujung dengan kematian.


Gejala Meningitis

Penderita meningitis seringkali tidak menyadari bahwa dirinya mengalami kondisi ini, karena tidak mengalami gejala yang khas, kebanyakan mengeluhkan gejala yang menyerupai gejala flu. Selain itu, gejala meningitis bisa berbeda pada tiap pasien, tergantung keparahan, usia, dan jenisnya. Namun, secara umum, berikut ini adalah beberapa gejala meningitis yang sering dikeluhkan penderitanya:



Gejala meningitis bayi lebih spesifik, yakni berupa benjolan di kepala dan bayi lebih sering menangis atau lebih rewel. Jika anak lebih sulit dibangunkan, segera bawa ia ke rumah sakit terdekat untuk penanganan lebih lanjut dari dokter spesialis anak.


Baca juga: Kenali Jenis Sakit Kepala Anda



Penyebab Meningitis

Penyakit meningitis dapat disebabkan oleh banyak hal. Pada kebanyakan kasus, radang selaput otak ini disebabkan karena infeksi, baik oleh virus, bakteri, dan jamur, maupun parasit lain. Namun, kondisi-kondisi tertentu, seperti melemahnya daya tahan tubuh, cedera, kanker, dan penggunaan obat tertentu, juga bisa menginfeksi selaput otak. 


Berikut ini adalah beberapa contoh penyebab meningitis sesuai penggolongannya secara umum:


  • Bakteri: Streptococcus pneumoniae, Neisseria meningitidis, dan Haemophilus influenza
  • Virus: enterovirus, virus herpes simplex, dan virus HIV.
  • Jamur: cryptococcus, blastomyces, histoplasma, dan coccidioides
  • Parasit: Angiostrongylus cantonensis, Baylisascaris procyonis, dan Naegleria fowleri
  • Non-Infeksi: Lupus, kanker, cedera kepala, operasi otak, maupun penggunaan obat-obatan khusus, termasuk OAINS dan antibiotik 


Faktor Risiko Meningitis

Ada beberapa kondisi yang meningkatkan risiko seseorang mengalami meningitis. Beberapa faktor risiko meningitis yang dimaksud, meliputi:


1. Usia

Meningitis virus lebih banyak dialami oleh balita, atau anak yang berusia kurang dari 5 tahun.


2. Kekebalan Tubuh

Mereka yang memiliki kekebalan tubuh lemah (termasuk penderita diabetes maupun HIV/AIDS) akan lebih berisiko mengalami meningitis, karena tidak mampu menjaga daya tahan tubuh dan melindungi diri dari infeksi, yang merupakan salah satu penyebab meningitis.


3. Faktor Lingkungan atau Tempat Tinggal

Tinggal di lingkungan padat penduduk (termasuk di pondok pesantren, asrama, maupun penjara) akan meningkatkan risiko seseorang mengalami meningitis.


4. Status Vaksinansi

Mereka yang tidak mendapatkan vaksin meningitis akan lebih rentan mengalami kondisi ini. Vaksin meningitis adalah salah satu kunci pencegahan penyakit meningitis. Apabila Anda belum mendapatkan vaksinasi meningitis, Anda bisa melengkapi status vaksinasi Anda di Executive Health Check Up RS Pondok Indah cabang terdekat.


5. Mengalami Kondisi Medis Khusus

Mereka yang sedang hamil, merupakan pecandu minuman alkohol, mengalami gangguan limpa atau sudah menjalani operasi pengangkatan limpa, mengalami anemia sel sabit, mengalami kebocoran cairan serebrospinal, mengalami infeksi telinga maupun pneumonia kronis, mengalami cedera kepala atau tulang belakang, serta menderita sepsis.


6. Riwayat Berpergian

Berpergian ke daerah endemik meningitis juga akan meningkatkan risiko seseorang mengalami meningitis.


Baca juga: Penyebab Sering Sakit Kepala



Jenis Meningitis

Jenis meningitis bisa dibedakan berdasarkan penyebabnya dan berdasarkan lama terjadinya. Berdasarkan penyebabnya, secara umum meningitis dibedakan menjadi infeksi dan non-infeksi, tetapi kondisi ini dibedakan lagi lebih spesifik, menjadi:


  • Meningitis virus
  • Meningitis bakteri
  • Meningitis jamur
  • Meningitis parasit
  • Meningitis amebic primer (PAM)
  • Drug-induced aseptic meningitis (DIAM)


Sedangkan berdasarkan lama terjadinya, meningitis dapat dibedakan menjadi:


  • Meningitis akut, peradangan yang baru terjadi atau kurang dari 1 bulan, dan umumnya keluhan lebih parah
  • Meningitis kronis, bila kondisi sudah terjadi lebih dari 1 bulan


Diagnosis Meningitis

Agar penanganan dapat dilakukan dengan tepat, dokter spesialis neurologi akan terlebih dahulu memastikan diagnosis meningitis, termasuk keparahan dan penyebab meningitis, serta faktor risiko, juga kondisi medis pasien secara umum. 


Dokter akan mengawali dengan proses anamnesis yang kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan neurologis, termasuk refleks babinski, dilakukan untuk mendiagnosis meningitis. Untuk menegakkan diagnosis, dokter akan melakukan pemeriksaan penunjang meningitis, berupa tes darah, CT-Scan, MRI, tes PCR, serta pungsi lumbal atau pemeriksaan cairan serebrospinal.


Baca juga: Kenal Lebih Dekat dengan Tension Type Headache



Penanganan Meningitis

Pengobatan meningitis akan disesuaikan dengan kondisi umum pasien, keparahan gejalanya, dan penyebab meningitis. Berdasarkan penyebabnya, berikut ini adalah penanganan meningitis yang umumnya dilakukan dokter spesialis spesialis neurologi:


1. Meningitis Bakteri

Apabila meningitis disebabkan oleh infeksi bakteri, dokter akan meresepkan antibiotik sesuai dengan bakteri penyebabnya, dengan atau tanpa pemberian kortikosteroid yang bertujuan untuk mempercepat proses penyembuhan. Pemberian antibiotik ini juga bisa mencegah terjadinya komplikasi meningitis, seperti kejang maupun pembengkakan otak.


2. Meningitis Virus

Umumnya meningitis yang disebabkan oleh infeksi virus tidak memerlukan penanganan khusus, karena dapat sembuh dengan sendirinya. Pada kasus infeksi virus yang berat, dokter akan meresepkan acyclovir maupun obat antivirus lainnya.


3. Meningitis Jamur 

Untuk mengatasi meningitis akibat infeksi jamur, dokter akan meresepkan obat antijamur, seperti fluconazole. Sedangkan untuk mengatasi meningitis secara umum, dokter akan menyarankan:


  • Persepan obat antinyeri
  • Perbanyak istirahat
  • Pastikan kebutuhan cairan terpenuhi
  • Terapi cairan
  • Konsumsi makanan bergizi


Komplikasi Meningitis

Jika tidak segera diobati, meningitis berpotensi menyebabkan kerusakan permanen pada otak dan saraf. Selain itu, ada berbagai komplikasi meningitis yang mungkin terjadi. Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut ini:



Baca juga: Lengkapi Vaksin Meningitis untuk Melindungi Kesehatan



FAQ Meningitis


Kapan Gejala Meningitis Muncul?

Gejala meningitis biasanya muncul dalam waktu 2 - 10 hari setelah terinfeksi. Gejala awal meliputi demam, sakit kepala parah, leher kaku, mual, dan muntah. Pada beberapa kasus, penderitanya juga bisa mengalami kejang, kebingungan, dan sensitivitas terhadap cahaya. Jika muncul gejala-gejala ini, segera cari bantuan medis karena meningitis dapat mengancam nyawa jika tidak ditangani dengan cepat.


Meningitis Menyerang Organ Apa?

Meningitis menyerang meninges, yaitu selaput otak dan sumsum tulang belakang. Gejala umum termasuk sakit kepala, demam tinggi, dan leher kaku.


Siapa Yang Rentan Terkena Meningitis?

Orang yang rentan terkena meningitis meliputi bayi, anak-anak, dan individu dengan sistem kekebalan tubuh lemah, seperti penderita HIV/AIDS, pengguna obat imunosupresif. Orang yang tinggal di lingkungan padat penduduk atau bepergian ke daerah endemik juga lebih rentan terhadap penyakit ini.


Meningitis Apakah Turunan?

Meningitis bukanlah penyakit turunan, melainkan disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, jamur, atau parasit yang menyerang selaput otak dan sumsum tulang belakang. Namun, beberapa kondisi kesehatan yang diwariskan bisa meningkatkan risiko terkena infeksi penyebab meningitis.


Apakah Penyakit Meningitis Bisa Kambuh Lagi?

Sayangnya, meningitis bisa kambuh, terutama jika penyebabnya adalah infeksi virus maupun bakteri yang belum sepenuhnya sembuh atau diobati hingga tuntas. Untuk mencegah kekambuhan, penderita meningitis wajib menjalani pengobatan yang diberikan oleh dokter spesialis neurologi sampai tuntas serta menjalankan pola hidup sehat.


Dengan menerapkan upaya pencegahan infeksi, termasuk rutin mencuci tangan menggunakan sabun, dan melengkapi status vaksin meningits, Anda dapat mengurangi risiko mengalami peradangan pada selaput otak ini. Menerapkan pola hidup sehat juga bisa menjadi upaya pencegahan meningitis yang dapat Anda lakukan.


Anda dapat memeriksakan diri ke Executive Health Check Up di RS Pondok Indah cabang terdekat untuk mendapatkan saran, termasuk jadwal vaksin meningitis. Bila memiliki faktor risiko, dokter spesialis neurologi akan melakukan pemeriksaan yang komprehensif dan memberikan penanganan yang sesuai bagi Anda. Jadi, tunggu apa lagi? Segera daftarkan diri Anda, maupun orang tersayang, di RS Pondok Indah cabang terdekat!


Referensi:

  1. Donovan J, Bang ND, et al,. Adjunctive dexamethasone for tuberculous meningitis in HIV-positive adults. New England Journal of Medicine. 2023. (https://www.nejm.org/doi/full/10.1056/NEJMoa2216218). Diakses pada 1 Oktober 2024.
  2. McHale TC, Boulware DR, Kasibante J, Ssebambulidde K, Skipper CP, Abassi M. Diagnosis and management of cryptococcal meningitis in HIV-infected adults. Clinical microbiology reviews. 2023. (https://journals.asm.org/doi/abs/10.1128/cmr.00156-22). Diakses pada 1 Oktober 2024.
  3. Wunrow HY, Bender RG, et al,. Global, regional, and national burden of meningitis and its aetiologies, 1990–2019: a systematic analysis for the Global Burden of Disease Study 2019. The Lancet Neurology. 2023. (https://www.thelancet.com/journals/laneur/article/PIIS1474-4422(23)00195-3/fulltext). Diakses pada 1 Oktober 2024.
  4. World Health Organization. Meningitis. (https://www.who.int/health-topics/meningitis#tab=tab_1). Direvisi terakhir . Diakses pada 1 Oktober 2024.
  5. Centers for Disease Control and Prevention. About Meningitis. (https://www.cdc.gov/meningitis/about/index.html). Direvisi terakhir 12 Februari 2024. Diakses pada 1 Oktober 2024.
  6. Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan - Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Meningitis. (https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/164/meningitis). Direvisi terakhir 6 Juli 2022. Diakses pada 1 Oktober 2024.
  7. Cleveland Clinic. Meningitis. (https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/14600-meningitis). Direvisi terakhir 22 Agustus 2022. Diakses pada 1 Oktober 2024.
  8. Mayo Clinic. Meningitis. (https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/meningitis/symptoms-causes/syc-20350508 ). Direvisi terakhir 4 Oktober 2023. Diakses pada 1 Oktober 2024.