DVT adalah kondisi terbentuknya gumpalan darah di pembuluh vena yang letaknya lebih dalam. Kondisi ini perlu ditangani sejak dini sebelum menyebabkan komplikasi.
DVT bukanlah kondisi yang jarang ditemui. Kondisi ini dapat muncul pada usia berapa pun, meski lebih sering dialami oleh orang dewasa dan lansia, terutama mereka yang memiliki gaya hidup sedenter.
Yang perlu diperhatikan, DVT kerap berkembang tanpa gejala yang jelas. Padahal, bila didiamkan, kondisi ini berpotensi menyebabkan komplikasi serius yang dapat mengancam jiwa. Oleh karena itu, kesadaran untuk memahami kondisi ini menjadi penting agar risiko komplikasi bisa diminimalkan.
Penyakit DVT (Deep Vein Thrombosis), atau trombosis vena (venous thromboembolism), adalah kondisi terbentuknya gumpalan darah di pembuluh darah vena yang letaknya lebih dalam. Pembentukan gumpalan ini paling sering muncul pada pembuluh darah vena di tungkai kaki atau paha, tetapi dapat juga terjadi di lengan maupun area lain tubuh.
Penggumpalan darah sendiri memang merupakan salah satu mekanisme alami tubuh untuk menghentikan perdarahan saat cedera. Namun, pada penderita trombosis vena, gumpalan ini terbentuk secara spontan tanpa adanya cedera. Akibatnya, gumpalan atau bekuan darah ini justru menghambat aliran darah, bahkan dapat memicu terjadinya serangan jantung ketika darah trombus menyumbat pembuluh darah di jantung.
Baca juga: Trombosis dan DVT, Si Darah Beku Penyebab Kematian
Penyakit DVT sering kali tidak menimbulkan tanda yang jelas pada awalnya. Namun, pada beberapa kasus, gejalanya bisa terasa ringan. Berikut ini adalah gejala DVT yang perlu diketahui:
Pada sebagian orang, penyakit trombosis vena baru diketahui setelah gumpalan darah berpindah ke paru-paru dan menimbulkan emboli paru, yang ditandai dengan nyeri dada, sesak napas, batuk berdarah, pusing, hingga pingsan.
Baca juga: Varises, Kenali Penyebab dan Penanganannya
DVT terjadi ketika terbentuk bekuan atau gumpalan darah di pembuluh darah vena dalam. Terdapat tiga hal yang dapat menyebabkan terbentuknya gumpalan darah tersebut.
Pertama, DVT dapat terjadi karena adanya kondisi yang mengganggu aliran darah. Contohnya, akibat tidur atau duduk dalam waktu lama, seperti saat perjalanan jauh atau bed rest pasca operasi. Kondisi medis yang mengganggu aliran darah, seperti kerusakan katup vena atau irama jantung yang tidak teratur, juga dapat meningkatkan risiko terbentuknya gumpalan darah di vena.
Selanjutnya, kerusakan pada dinding pembuluh darah vena juga dapat menyebabkan terjadinya DVT. Kerusakan dinding vena sendiri bisa terjadi akibat cedera, patah tulang, atau operasi, terutama yang melibatkan tubuh bagian bawah.
Terakhir, hiperkoagulabilitas atau kecenderungan darah lebih mudah membeku adalah salah satu faktor utama penyebab DVT. Kondisi ini bisa terjadi akibat faktor genetik, kehamilan, ataupun penggunaan obat-obatan tertentu.
Baca juga: Periksa Varises ke Dokter Apa?
Beberapa kondisi dapat meningkatkan risiko DVT pada seseorang, antara lain:
Baca juga: EVLA di Jakarta dan Tangerang, untuk Hasil Efektif dan Pemulihan yang Lebih Cepat
Segera periksakan diri ke rumah sakit terdekat untuk mendapat perawatan dari dokter spesialis bedah vaskular, bila mengalami tanda atau keluhan berikut:
Baca juga: Kaki Sehat Tanpa Varises
Diagnosis DVT ditegakkan melalui pemeriksaan fisik untuk menilai adanya pembengkakan, nyeri, atau perubahan warna kulit. Selain itu, dokter spesialis bedah vaskular juga mungkin dapat melakukan tes penunjang, seperti:
Baca juga: Mengenal EVLA untuk Penanganan Varises
Tujuan utama pengobatan DVT adalah mencegah gumpalan membesar, mencegah gumpalan baru terbentuk, serta mengurangi risiko komplikasi. Beberapa pilihan terapi meliputi:
Baca juga: Mengenal Penyakit Buerger, Kondisi yang Harus Diwaspadai oleh Pengguna Tembakau
Jika tidak ditangani dengan baik, DVT dapat menimbulkan komplikasi serius, antara lain:
Baca juga: Sayatan Minim Atasi Gangguan Pembuluh Darah Vaskular
DVT dapat dicegah dengan menjaga kesehatan pembuluh darah dan aliran darah tetap lancar. Beberapa langkah yang dianjurkan, antara lain:
DVT perlu ditangani dengan tepat agar tidak menimbulkan komplikasi serius. Jika Anda mengalami gejala atau berisiko terkena DVT, segera konsultasikan dengan dokter spesialis bedah vaskular di RS Pondok Indah untuk mendapatkan penanganan menyeluruh.
RS Pondok Indah juga didukung dengan fasilitas diagnostik lengkap, termasuk USG Doppler sebagai gold standard untuk diagnosis DVT, serta teknologi pencitraan medis modern lain yang membantu memastikan akurasi hasil pemeriksaan.
Baca juga: 8 Cara Efektif untuk Melakukan Olahraga di Tengah Kepadatan Aktivitas
Trombosis vena bisa terjadi di berbagai pembuluh darah vena di seluruh tubuh. Namun, trombosis vena dalam (DVT) paling sering terjadi pada vena dalam di kaki bagian bawah, paha, atau panggul.
Trombosis vena dalam (DVT) adalah penyakit serius yang yang berpotensi mengancam jiwa. Apabila gumpalan darah di pembuluh vena lepas dan beredar hingga ke paru-paru, kemudian menyumbat pembuluh darah pada organ tersebut, gumpalan darah tersebut bisa menyebabkan emboli paru, yang dapat berakhir dengan kematian.
Selain itu, DVT juga dapat menyebabkan komplikasi jangka panjang berupa sindrom pasca-trombotik (PTS), yang menyebabkan nyeri kronis, pembengkakan, perubahan warna kulit, maupun luka terbuka (ulkus).
Dehidrasi merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya DVT. Sebab dehidrasi menyebabkan pembuluh darah menyempit dan darah menjadi lebih kental sehingga memudahkan terbentuknya gumpalan yang menyumbat vena. Meskipun dehidrasi jarang menjadi penyebab tunggal DVT, kondisi ini dapat menjadi faktor risiko yang signifikan.
Kaki bengkak sebelah merupakan salah satu gejala klinis klasik DVT, terutama jika terjadi secara tiba-tiba atau akut. Selain itu, kaki yang bengkak juga bisa terasa nyeri atau kram, kulit terasa sedikit hangat, dan tampak agak kemerahan.
Meskipun demikian, kaki bengkak sebelah juga bisa disebabkan oleh kondisi medis lain, seperti cedera. Jadi, apabila Anda mengalami gejala ini, sebaiknya konsultasikan dahulu dengan dokter spesialis bedah vaskular untuk medapatkan pemeriksaan dan diagnosis yang tepat.
Referensi: