Oleh Tim RS Pondok Indah
Alergi makanan pada bayi dapat menyebabkan ruam kulit, rewel, muntah, hingga sesak napas, yang dapat mengancam nyawanya. Kenali gejala dan penanganannya di sini!
Alergi makanan pada bayi bisa terjadi di segala usia. Pada bayi berusia kurang dari 6 bulan yang mendapatkan ASI eksklusif, alergi makanan bisa disebabkan oleh makanan yang dikonsumsi oleh sang ibu dan masuk ke dalam ASI. Sementara bagi bayi yang mengonsumsi susu formula, alergi ini bisa berasal dari protein yang terkandung di dalam susu sapi. Sedangkan pada bayi yang berusia lebih dari 6 bulan, atau sudah mendapatkan MPASI, alergi yang dialami bisa berasal dari makanan yang dikonsumsinya.
Alergi makanan pada bayi umumnya bisa membaik dengan sendirinya, tetapi alergi yang parah dapat menyebabkan bayi sesak napas sehingga membutuhkan penanganan dari dokter secepat mungkin karena bisa mengancam nyawa bayi.
Alergi makanan pada bayi adalah reaksi berlebihan dari sistem imun bayi yang menganggap protein suatu makanan (alergen) menjadi ancaman. Bisa dikatakan sistem imun bayi salah mengenali protein makanan, yang seharusnya tidak berbahaya, dianggap sebagai suatu zat yang berbahaya.
Karena kesalahan ini, tubuh bayi akan membentuk antibodi IgE. Terbentuknya antibodi IgE akan menyebabkan tubuh bayi melepaskan histamin yang menimbulkan gejala reaksi alergi, seperti gatal dan ruam kulit, muntah, sampai sesak napas.
Baca juga: Kenali Alergi pada Bayi dan Potensi Allergic March
Gejala atau tanda alergi makanan pada bayi bisa bersifat ringan hingga sedang, meliputi:
Dalam kasus yang lebih serius, alergi terhadap makanan juga dapat menyebabkan reaksi anafilaksis yang ditandai dengan gejala, meliputi:
Reaksi alergi makanan pada bayi bisa bersifat ringan sampai berat. Gejala alergi makanan pada bayi yang ringan, seperti ruam kulit yang gatal. Namun, gejala alergi makanan pada bayi yang berat, seperti muntah berkali-kali hingga sesak napas, merupakan kondisi medis serius yang membutuhkan penanganan dokter anak sesegera mungkin.
Baca juga: Manfaat Menyusui untuk Si Kecil dan Kesehatan Ibu
Penyebab alergi makanan pada bayi adalah kesalahan sistem imun dalam merespons protein pada suatu makanan (alergen). Kesalahan respons ini mengakibatkan tubuh bayi memproduksi antibodi IgE. Akibatnya, tubuh melepaskan histamin dan menimbulkan gejala alergi, seperti kulit gatal dan muncul ruam, sakit perut, muntah, sampai sulit bernapas.
Umumnya, ada banyak jenis makanan (alergen) yang dapat menyebabkan alergi makanan pada bayi, yaitu:
Baca juga: Dermatitis Kontak, Penyebab Kulit Gatal Setelah Terpapar dengan Suatu Pemicu
Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya alergi makanan pada bayi meliputi:
Bila bayi mengalami alergi, sekalipun alergi yang muncul gejalanya ringan, tetap harus diperiksakan ke dokter anak. Sebab, reaksi alergi ringan bisa saja menjadi lebih parah di kemudian hari.
Dokter spesialis anak dapat membantu mengidentifikasi zat pemicu alergi (alergen) dan mengatasinya, serta mencegah komplikasi serius sekaligus mencegah kambuhnya reaksi alergi.
Selain itu, kenali ciri alergi parah (gejala reaksi anafilaksis) yang mengharuskan bayi segera dibawa ke IGD untuk diperiksa dokter spesialis anak, sebagai berikut ini:
Baca juga: Pentingnya Menjaga Kesehatan Saluran Cerna Anak
Untuk mendiagnosa alergi makanan pada bayi, dokter spesialis anak akan melakukan wawancara pada orang tua, terkait makanan apa saja yang dikonsumsi bayi di hari itu atau makanan apa saja yang dikonsumsi oleh ibu yang masih menyusui bayinya.
Dokter pun akan menanyakan kepada orang tua terkait riwayat alergi di keluarga. Dokter juga akan menanyakan beragam gejala yang muncul pada bayi dan durasi munculnya gejala tersebut.
Selanjutnya, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik pada bayi, seperti memeriksa ruam di kulit, napas berbunyi, juga muntah atau diare yang bayi alami.
Untuk menegakkan diagnosa, dokter akan melakukan tes penunjang, meliputi:
Saat ini, belum ada obat untuk menyembuhkan alergi makanan pada bayi secara permanen. Pengobatan alergi makanan hanya bertujuan untuk mencegah reaksi alergi dan mengatasi gejala yang muncul.
Untuk mengatasi gejala ringan, seperti kulit gatal, dokter mungkin meresepkan obat antihistamin. Sementara untuk mengatasi gejala yang parah (gejala anafilaksis), bayi perlu mendapatkan suntikan obat epinefrin dari dokter di rumah sakit. Oleh sebab itu, bayi perlu dibawa ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan penanganan segera dari dokter spesialis anak karena gejala alergi yang parah bisa mengancam nyawa buah hati.
Baca juga: Bayi Diare: Penyebab, Ciri-ciri, dan Cara Mengatasi
Alergi makanan pada bayi yang tidak segera diatasi dengan cara yang tepat bisa menimbulkan komplikasi, berupa:
Alergi makanan yang tidak ditangani berpotensi membahayakan nyawa si Kecil. Oleh sebab itu, segera konsultasikan dengan dokter spesialis anak apabila buah hati Anda mulai menunjukkan gejala alergi.
Lalu, adakah tindakan pencegahan alergi makanan pada bayi? Ya, tentu ada. Berikut beragam cara pencegahan alergi makanan pada bayi:
Bila sudah memiliki alergi makanan, maka alergi ini tidak bisa dihilangkan secara total, tetapi bisa dicegah kekambuhannya. Pemberian obat-obatan dari dokter hanya untuk mencegah reaksi alergi dan mengatasi saat gejala alergi muncul. Cara terbaik untuk mencegah alergi adalah dengan menghindari makanan pemicu alergi.
Meski begitu, sebagian kasus alergi makanan pada bayi dan anak bisa berkurang atau justru menghilang dengan sendirinya seiring bertambah usia buah hati, khususnya ketika anak berusia 6 tahun lebih.
Untuk mengendalikan gejala dan mengurangi kekambuhan alergi makanan pada bayi, Anda perlu membawa Si Kecil melakukan pemeriksaan ke dokter spesialis anak di RS Pondok Indah cabang terdekat.
Melalui serangkaian pemeriksaan, dokter bisa menemukan makanan pemicu alergi pada anak sehingga Anda bisa membatasi atau menghindari untuk memberikan makanan tersebut kepada bayi. Dokter pun akan memberikan solusi pengobatan terbaik agar alergi makanan pada bayi Anda bisa terkontrol dengan baik dan mengurangi potensi kekambuhan yang akan terjadi.
Baca juga: Ingin Anak Doyan Makan Sayur & Buah? Ini Rahasianya!
Tanda-tanda reaksi alergi pada bayi meliputi ruam kulit, gatal-gatal, bengkak di wajah atau mulut, muntah, diare, sulit bernapas, lemas, dan pucat. Jika gejala-gejala ini muncul, segera cari pertolongan medis ke IGD rumah sakit terdekat.
Reaksi alergi biasanya dapat muncul dalam waktu beberapa menit hingga 2 jam setelah bayi mengonsumsi makanan pemicu atau alergen. Tidak semua reaksi alergi dapat langsung terlihat jelas. Oleh sebab itu, penting bagi orang tua untuk memantau bayi selama beberapa jam setelah mengenalkan makanan baru pada buah hati.
Jika bayi mulai menunjukkan gejala yang mengindikasikan reaksi alergi makanan, segera hentikan pemberian makanan yang diduga menyebabkan reaksi. Kemudian, segera bawa bayi ke dokter spesialis anak untuk penanganan maupun pengobatan yang tepat.
Apabila bayi menunjukkan gejala alergi yang parah, seperti sulit bernapas, pembengkakan, atau muntah hebat, segera bawa bayi ke IGD rumah sakit terdekat. Jangan memberikan makanan atau minuman lain tanpa konsultasi dokter dan tetap tenang sambil menunggu bantuan medis.
Reaksi alergi biasanya berlangsung dari beberapa jam hingga beberapa hari tergantung tingkat keparahan dan pengobatan. Reaksi ringan, seperti ruam kulit dan pembengkakan, mungkin dapat hilang dalam waktu 24-48 jam setelah pengobatan yang tepat.
Alergi berpotensi diturunkan dari orang tua ke anak, meskipun tidak selalu. Jika salah satu atau kedua orang tua memiliki riwayat alergi, maka anak pun berpotensi lebih tinggi untuk mengalami alergi juga. Meskipun demikian, jenis alergi anak bisa saja berbeda dengan jenis alergi orang tuanya.
Referensi: