Gastroenteritis yang disebut juga penyakit diare akut menjadi gangguan kesehatan yang cukup banyak terjadi di negara tropis seperti Indonesia
Gastroenteritis yang disebut juga penyakit diare akut menjadi gangguan kesehatan yang cukup banyak terjadi di negara tropis seperti Indonesia. Penyakit diare ini tidak mengenal usia, dapat dialami juga oleh si kecil. Lebih berbahaya, karena ketahanan tubuh si kecil yang lebih lemah dibandingkan bila terjadi pada usia dewasa.
Berdasarkan Riskesdas 2013, diare merupakan penyebab kematian tertinggi dan penyebab gagal tumbuh balita di Indonesia. Lima provinsi dengan kejadian diare tertinggi adalah Aceh, Papua, DKI Jakarta, Sulawesi Selatan, dan Banten.
Penyakit diare di dunia merupakan penyebab kematian kedua tertinggi pada anak balita, dan menyebabkan 1,5 – 2 juta kematian setiap tahun.
Diare adalah gangguan buang air besar (BAB) dengan konsistensi lembek atau cair dan frekuensinya lebih sering (biasanya tiga kali atau lebih) dalam sehari. Pada bayi yang mendapat ASI, seringkali frekuensi BAB melebihi 3 – 4 kali sehari, keadaan ini masih fisiologis atau normal.
Selama berat badan bayi meningkat dengan baik, hal ini tidak tergolong diare, tetapi merupakan intoleransi laktosa sementara, akibat belum sempurnanya perkembangan saluran cerna. Bayi dengan ASI eksklusif dikatakan diare apabila frekuensi BAB meningkat atau konsistensinya menjadi cair yang tidak seperti biasanya.
Anak yang BAB kurang dari tiga kali sehari namun konsistensinya cair sudah dapat dikatakan mengalami diare.
Baca juga: Yuk, Kenali Penyakit yang Rentan Terjadi pada Balita!
Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokkan dalam enam golongan besar yaitu:
Anak yang meninggal dunia akibat diare seringkali mengalami malnutrisi, yang menyebabkan mereka lebih rentan terkena diare. Sebaliknya, setiap episode diare membuat malnutrisi menjadi lebih parah. Diare adalah penyebab utama malnutrisi pada anak di bawah 5 tahun.
Pemeriksaan darah lengkap pada diare akut biasanya tidak diperlukan, kecuali pada penderita dengan dehidrasi berat atau diare dengan penyakit penyerta. Pemeriksaan makroskopik tinja perlu dilakukan pada semua penderita diare meskipun pemeriksaan darah tidak dilakukan bagi pemula.
Baca juga: Kebutuhan Gizi Ibu Hamil dan Janin, Nutrisi Apa Saja yang Dibutuhkan?
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dan WHO menetapkan Lintas Diare yaitu Lima Langkah Tuntaskan Diare, yang terdiri dari:
Formula lama dibuat saat terjadinya kejadian luar biasa (KLB) disentri di Asia Selatan yang menyebabkan lebih banyak kehilangan elektrolit tubuh terutama natrium. Seiring dengan perbaikan higienitas dan sanitasi masyarakat, maka diare yang seringkali dijumpai belakangan ini lebih banyak diakibatkan oleh virus yang tidak menyebabkan kehilangan elektrolit (kalsium, klorida, magnesium, fosfat, kalium, dan natrium) sebanyak diare akibat disentri.
Karena itu, dikembangkanlah cairan rehidrasi baru yang dapat mengurangi risiko terjadinya hipernatremia (rasa haus, lemah, mual dan lain-lain), mengurangi secara signifikan pemberian cairan melalui intravena, mengurangi pengeluaran tinja, dan mengurangi kejadian muntah.
Zinc merupakan salah satu zat gizi yang penting untuk kesehatan dan pertumbuhan anak, zinc yang ada dalam tubuh akan menurun dalam jumlah besar ketika anak mengalami diare. Pemberian zinc mampu menggantikan kandungan zinc alami tubuh yang hilang tersebut dan mempercepat penyembuhan diare.
Zinc juga meningkatkan sistem kekebalan tubuh sehingga dapat mencegah risiko terulangnya diare selama 2-3 bulan setelah anak sembuh dari diare.
Bayi berusia di bawah 6 bulan sebaiknya tetap mendapat ASI eksklusif selama diare. Apabila si kecil menginginkan lebih banyak ASI dan makanan daripada biasanya, itu akan lebih baik karena akan membantu mempercepat penyembuhan, pemulihan, dan mencegah malnutrisi.
Lakukan hal ini sampai dua minggu setelah anak berhenti diare. Untuk anak yang berusia kurang dari 2 tahun, dianjurkan untuk mulai mengurangi konsumsi susu formula dan menggantinya dengan ASI. Untuk anak yang berusia lebih dari 2 tahun, teruskan pemberian susu formula. Ingatkan ibu untuk memastikan anaknya mendapat oralit (yang mengandung air, garam, dan gula) dan air matang.
Baca juga: Manfaat Menyusui untuk Si Kecil dan Kesehatan Ibu
Antibiotik hanya diberikan jika ada indikasi, seperti diare berdarah atau diare karena bakteri kolera, bakteri yang dapat membuat diare berlangsung lama. Selain bahaya resistensi kuman, pemberian antibiotik yang tidak tepat bisa membunuh flora normal (bakteri baik) yang justru dibutuhkan tubuh. Efek samping dari penggunaan antibiotik yang tidak rasional adalah timbulnya gangguan fungsi ginjal, hati, dan pengulangan diare.
Penting untuk para ibu untuk memiliki pemahaman mengenai cara pemberian oralit, zinc, ASI, atau makanan untuk si kecil.Waspadai tanda-tanda atau gejala untuk segera membawa si kecil ke fasilitas kesehatan, misalnya jika anak buang air besar cair lebih sering, muntah berulang, mengalami rasa haus yang nyata, asupan jauh berkurang, demam, tinja berdarah, dan tidak membaik dalam 3 hari.
Penanganan diare akut pada anak dan balita perlu untuk dipahami orang tua agar apabila si kecil terkena, orang tua dapat tahu apa yang harus dilakukan. Mari jaga kesehatan si kecil.