Anak Sehat, Bebas Alergi

Kamis, 07 Maret 2024

RSPI Facebook linkRSPI twitter linkRSPI Linkedin link
RSPI link

Penyakit alergi dapat diderita oleh semua orang dari berbagai usia. Pada sebagian kasus, penyakit alergi bahkan sudah muncul sejak masa bayi. Seperti apa gejalanya? Mari simak lebih lanjut pada artikel berikut

Anak Sehat, Bebas Alergi

Pada bayi, gejala penyakit alergi dapat berupa dermatitis atopik (DA) dan/atau alergi makanan. Dermatitis atopik memiliki ciri kulit yang kering disertai ruam, yang sering bermula pada wajah, tangan, dan kaki yang gatal.


Hal ini menyebabkan bayi menggosok-gosokkan muka ke dada ibunya. Biasanya, dermatitis atopik mulai muncul ketika si kecil berusia sekitar dua bulan. 

Bayi dengan dermatitis atopik membutuhkan emolien/pelembap pada kulitnya.


Jika diperlukan, dapat diberikan pula salep steroid untuk meringankan peradangannya. Berbagai pencetus perlu diidentifikasi sehingga dapat dihindari untuk mengurangi kekambuhan. 

Alergi makanan sering muncul dengan gejala bentol/biduran saat mengonsumsi makanan tertentu.


Pada sebagian bayi, gejala alergi makanan juga dapat berupa keluhan saluran cerna seperti BAB berdarah, diare, muntah, dan kolik. Gejala alergi makanan akan selalu muncul saat bayi mengonsumsi makanan alergen (pemicu alergi), tetapi menghilang ketika makanan dihindari.


Agar dapat dilakukan penghindaran yang tepat, diperlukan pemeriksaan yang terperinci untuk memastikan makanan apa yang menjadi pemicu alergi. Penghindaran banyak makanan pada bayi tanpa bukti yang kuat dapat menyebabkan masalah gizi pada si kecil. Jadi, sebaiknya pastikan dulu apa alergennya, baru dihindari.


Diagnosis Alergi Bayi

Diagnosis alergi pada bayi dapat dilakukan dengan pemeriksaan alergi pada kulit. Tes ini dilakukan dengan menempatkan ekstrak cair alergen makanan pada lengan atau punggung bayi, menusuk kulit, dan melakukan pemantauan selama 15 menit untuk melihat apakah ada reaksi alergi, yaitu munculnya bentol.


Tes positif terhadap makanan tertentu menunjukkan adanya kemungkinan bahwa si kecil sensitif terhadap makanan tersebut. Selain itu, ada pula pemeriksaan laboratorium untuk memeriksa sampel darah si kecil, terutama kadar antibodi imunoglobulin E (IgE) terhadap makanan tertentu.


Ingat, reaksi awal alergi pada bayi terhadap makanan tertentu mungkin bisa saja ringan. Namun, reaksi tersebut dapat menjadi lebih buruk setelah paparan berikutnya. Penting untuk tidak menduga-duga dan membuat asumsi sendiri terkait dengan reaksi alergi, karena dapat berakibat fatal. Sebaiknya, konsultasikan gejala alergi makanan si kecil pada dokter spesialis anak.


Penanganan Alergi Bayi 

Penyakit alergi pada bayi harus ditangani dengan tepat sehingga diharapkan dapat mencegah perjalanan penyakit selanjutnya, seperti alergi pada saluran napas (asma, rinokonjungtivitis alergi).


Perjalanan penyakit alergi ini dikenal dengan istilah atopic march atau allergic march. Istilah allergic march mengacu pada riwayat alami manifestasi atopik yang ditandai dengan urutan khas respons antibodi IgE dan gejala klinis yang mungkin muncul pada awal kehidupan. 


Jika salah satu dari Anda dan pasangan atau keduanya memiliki riwayat penyakit alergi, maka risiko anak Anda untuk mengalami penyakit alergi juga akan meningkat, bahkan bisa mencapai 80 persen.


Upayakan agar si kecil mendapatkan ASI eksklusif selama minimal 6 bulan pertama kehidupannya untuk membantu ia memperkuat antibodinya dan menghindari terjadinya alergi.

Alergi memang tidak dapat sembuh secara permanen, tetapi dapat dikendalikan.


Penanganan tepat dan dini pada alergi anak dapat mencegah tingkat keparahan alergi saat ia dewasa nanti. Selalu konsultasikan kondisi alergi si kecil pada dokter spesialis anak konsultan alergi dan imunologi anak agar kekambuhan bisa segera ditangani dan dihindari di lain hari.