Tangani Batu Empedu dengan Tepat

Selasa, 02 Juli 2024

RSPI Facebook linkRSPI twitter linkRSPI Linkedin link
RSPI link

Batu empedu disebabkan oleh endapan cairan empedu yang mengeras. Gejalanya yakni nyeri perut di ulu hati, menjalar sampai ke punggung bahkan bahu kanan.

Tangani Batu Empedu dengan Tepat

Batu empedu terbentuk dari endapan cairan empedu. Penderitanya biasa akan mengeluhkan sakit perut atau nyeri ulu hati, yang menjalar sampai ke punggung, bahkan bahu kanan. Meski umumnya tidak berbahaya, nyeri yang ditimbulkan bisa mengganggu aktivitas. Komplikasi batu empedu yang tidak ditangani dengan tepat juga bisa membahayakan kesehatan.


Hati memproduksi cairan empedu yang diperlukan untuk proses pencernaan. Cairan ini kemudian akan disimpan dalam kantung empedu. Normalnya, kantung empedu akan berkontraksi untuk mengeluarkan cairan empedu ke dalam usus, saat diperlukan dalam proses pencernaan. Namun, ketika kandung empedu terganggu dan proses pengosongannya terhambat, sisa cairan empedu di dalamnya akan jadi lebih pekat dan mengeras, hingga akhirnya membentuk batu empedu.


Apa Itu Batu Empedu?

Batu empedu (gallstone) adalah pengendapan salah satu komponen cairan empedu yang dapat terjadi pada kandung empedu (gallbladder) atau di saluran empedu (common bile duct). Komponen cairan empedu yang bisa mengendap menjadi batu empedu adalah kolesterol, kalsium, dan pigmen empedu.


Bentuknya bisa berupa pasir atau seperti batu dengan ukuran yang bervariasi. Batu empedu yang terbentuk di kandung empedu, dikenal dengan istilah cholecystolithiasis, sedangkan yang terbentuk di saluran empedu disebut dengan choledocolithiasis.


Baca juga: Mengenal Konstipasi, Si Pengganggu Saluran Cerna



Penyebab Batu Empedu

Batu empedu terbentuk karena adanya endapan dari satu komponen cairan empedu yang jumlahnya lebih banyak dari komponen yang lain. Beberapa kondisi yang dapat menyebabkan ketidakseimbangan kadar cairan empedu sehingga menyebabkan pembentukan batu empedu, antara lain:


1. Kolesterol Jenuh Berlebih

Ketika kadar kolesterol dalam darah melebihi nilai normal, maka kelebihannya dapat membentuk kristal yang pada akhirnya bisa menjadi batu empedu. Kondisi ini akan membentuk jenis batu empedu yang paling umum, yaitu batu empedu kolesterol. Jenis batu empedu ini berwarna kekuningan.


2. Bilirubin Berlebih

Sel darah merah yang sudah tua diproses oleh hati dan menghasilkan bilirubin. Pada kondisi tertentu, seperti sirosis hati, hati memproduksi bilirubin secara berlebih. Kelebihan bilirubin ini akan membentuk batu empedu pigmen yang berwarna cokelat tua atau hitam.


3. Gangguan pada Kantong Empedu

Batu empedu juga bisa terjadi akibat gangguan pada kantong empedu yang menyebabkan proses pengosongan tidak sempurna. Pada kasus ini, cairan empedu akan menjadi sangat pekat sehingga pada akhirnya akan menyebabkan pembentukan batu empedu.


4. Kurangnya Garam Empedu

Kondisi medis tertentu dapat menyebabkan kurangnya garam empedu yang tersedia. Kekurangan garam empedu dapat berakibat pada tidak seimbangnya komponen cairan empedu, yang nantinya dapat mengendap menjadi batu empedu.


Batu empedu bisa disebabkan oleh berbagai faktor, pemeriksaan langsung oleh dokter spesialis bedah digestif dapat membantu memastikan penyebab dari keluhan yang Anda rasakan saat ini.


Baca juga: Penyakit GERD: Gejala, Penyebab, dan Cara Penanganannya


Gejala Penyakit Batu Empedu

Batu empedu mungkin tidak menimbulkan gejala apapun, terutama bila ukuran batu masih sangat kecil. Namun, ketika batu empedu terbentuk di saluran empedu atau ukurannya sangat besar sehingga menyebabkan penyumbatan, penderitanya akan mengeluhkan beberapa gejala.


Gejala batu empedu terkadang sering menyerupai gejala akibat penyakit perut lainnya, seperti sakit maag dan perut kembung. Namun, ada beberapa gejala batu empedu yang lebih spesifik, yakni berupa:


  • Nyeri ulu hati atau nyeri perut kanan atas, yang dapat menjalar sampai ke punggung, bahkan bahu kanan
  • Mual dan muntah
  • Mata kuning


Nyeri perut karena gangguan pada empedu, termasuk batu empedu, biasanya muncul setelah makan, khususnya makanan berlemak. Biasanya gejala batu empedu tidak disertai dengan adanya gangguan pola buang air besar. Gejala-gejala ini yang membedakannya dengan gejala sakit perut lainnya, seperti GERD, dispepsia, maupun infeksi usus.


Ciri-ciri Batu Empedu

Ciri-ciri batu empedu yang kerap dialami adalah sebagai berikut:


Nyeri Tumpul di Daerah Perut

Salah satu ciri utama batu empedu adalah nyeri tumpul yang terjadi di daerah kanan atas atau tengah perut, yang dapat memancar ke punggung atau di antara bahu. Nyeri ini biasanya muncul setelah makan berlemak atau berat dan dapat berlangsung dari beberapa menit hingga beberapa jam.


Nyeri Kolik Abdomen

Batu empedu juga dapat menyebabkan nyeri kolik abdomen yang tiba-tiba dan parah, yang sering kali timbul di malam hari atau setelah makan malam. Nyeri ini bisa sangat intens dan memerlukan perawatan medis segera.


Mual dan Muntah

Beberapa orang dengan batu empedu mengalami mual dan muntah, terutama setelah makan makanan yang tinggi lemak. Mual ini dapat disertai dengan rasa tidak nyaman atau kembung di perut.


Perubahan pada Warna Tinja

Batu empedu yang menyumbat saluran empedu dapat menyebabkan perubahan warna tinja menjadi pucat atau abu-abu, serta feses yang mengambang karena kekurangan empedu dalam pencernaan lemak.


Gejala Tambahan

Selain gejala utama di atas, orang dengan batu empedu juga bisa mengalami demam ringan, kulit atau mata yang kuning (jaundice), atau gatal-gatal, terutama jika batu empedu menyebabkan sumbatan pada saluran empedu.


Baca juga: Batu Empedu Hilang, Sayatan Tak Terpandang


Faktor Risiko Batu Empedu

Kemungkinan terjadinya batu empedu akan lebih besar pada kelompok tertentu. Faktor yang merupakan faktor risiko batu empedu ini kerap disingkat dengan 4F, yaitu Female, Forty, Fertile, and Fatty. Berikut ini adalah penjelasan singkatnya:


  • Berjenis kelamin perempuan, terutama yang sudah pernah hamil dan melahirkan
  • Berusia lebih dari 40 tahun
  • Berada dalam kelompok usia subur
  • Memiliki berat badan berlebih atau mengalami kegemukan


Mereka yang memiliki salah satu faktor risiko tersebut akan lebih mungkin mengalami batu empedu, baik di dalam kandung empedu maupun saluran empedu.


Batu empedu juga lebih mudah terbentuk pada orang yang gemar mengonsumsi makanan yang tinggi lemak atau berkadar kolesterol tinggi, menderita diabetes melitus, orang yang mengkonsumsi obat-obatan dengan kandungan hormon estrogen tinggi, serta wanita yang sedang mengandung.


Namun, batu empedu bisa saja dialami oleh siapa pun, selain mereka yang masuk ke dalam kelompok 4F. Mereka yang berjenis kelamin laki-laki dan masih muda juga tetap mungkin mengalami batu empedu, jika menerapkan pola hidup dan pola makan yang tidak sehat.



Apakah Batu Empedu Bisa Sembuh?

Jawabannya adalah bisa, asalkan ditangani dengan tepat. Ada beragam cara penanganan batu empedu yang akan disesuaikan dengan ukuran dan jumlah batu, gejala yang dialami, serta risiko terjadinya komplikasi dari batu empedu.


Kolesistektomi adalah satu-satunya cara untuk mengatasi kebanyakan kasus batu empedu. Sementara pengobatan konservatif dan litotripsi, bisa saja dilakukan pada kasus tertentu. Untuk itu, Anda perlu memeriksakan diri ke dokter spesialis bedah digestive untuk mengetahui cara penanganan terbaik untuk menyembuhkan batu empedu yang tengah dialami.


Baca juga: Gangguan Empedu pada Anak


Penanganan Batu Empedu

Jika dokter sudah menegakkan diagnosa batu empedu, tetapi Anda tidak merasakan gejala apa pun, terapi dengan atau tanpa pengobatan batu empedu bisa saja disarankan. Namun, kontrol rutin ke dokter bedah digestif tetap perlu dilakukan.


Berbeda hal nya jika batu empedu sudah menimbulkan gejaa, bahkan hingga mengganggu aktivitas, Anda akan disarankan untuk melakukan operasi agar batu empedu bisa diangkat dan dikeluarkan, sehingga tidak terjadi komplikasi yang lebih fatal.


Ada dua metode operasi batu empedu yang biasa dilakukan oleh dokter, yaitu:


  • Metode open surgery atau laparotomy, yaitu metode operasi dengan melakukan sayatan atau irisan yang cukup panjang.
  • Metode minimal invasive surgery atau laparoscopy, yaitu metode operasi dengan melakukan tiga sampai empat sayatan berukuran 0,5-1 cm atau satu sayatan yang berukuran kurang lebih 2 cm. Metode ini masih menjadi "gold standard" atau pilihan utama dalam proses pembedahan kandung dan saluran empedu. Sayatan yang lebih kecil, membuat risiko infeksi luka operasi lebih kecil, masa pemulihan Anda lebih cepat, serta masa inap di rumah sakit lebih cepat dibandingkan metode sebelumnya.


Batu empedu bisa saja kambuh, tetapi sangat jarang, yakni hanya 1,5% bila sudah dilakukan operasi. Sebagian besar kasus kekambuhan terjadi pada kasus batu yang terbentuk di saluran empedu.

Untuk mempercepat pemulihan dan mencegah kekambuhan, terapkanlah pola hidup sehat, dengan:


  • Mengurangi konsumsi makanan berlemak atau yang mengandung kolesterol tinggi
  • Perbanyak konsumsi makanan yang kaya serat
  • Minum air putih yang cukup
  • Jangan lupa memeriksakan kesehatan secara berkala untuk melakukan skrining batu empedu


Meski batu empedu bisa sembuh, tetapi menerapkan pola hidup sehat juga tidak kalah penting. Selain bertujuan untuk mempercepat pemulihan setelah menjalani pengobatan batu empedu, pola hidup sehat juga penitng untuk mencegah kekambuhannya.


Pemeriksaan rutin ke dokter spesialis bedah digestif juga perlu Anda lakukan sebagai upaya deteksi dini adanya batu empedu, terutama bagi memiliki faktor risiko batu empedu. Jadi, jangan tunda untuk buat janji dengan dokter spesialis di RS Pondok Indah cabang terdekat untuk mendapatkan pemeriksaan serta penanganan yang holistik, agar kesehatan Anda lebih optimal.