Oleh Tim RS Pondok Indah
Kenali penyebab meningitis: bakteri, virus, jamur, hingga non-infeksi. Ketahui dampak seriusnya seperti kerusakan otak, sepsis, hingga kematian.
Meningitis adalah peradangan pada selaput pelindung otak dan sumsum tulang belakang (meningen) yang bisa mengancam jiwa jika tidak ditangani dengan cepat. Penyakit ini bisa menyerang siapa saja, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Namun, tahukah Anda apa saja penyebabnya dan dampak berbahaya yang ditimbulkannya? Mari simak penjelasan berikut untuk memahami faktor-faktor pemicu meningitis serta risiko yang mengintai jika terlambat ditangani.
Bakteri seperti Neisseria meningitidis, Streptococcus pneumoniae, dan Haemophilus influenzae adalah penyebab utama meningitis bakterial. Infeksi ini sangat serius karena dapat menyebar cepat melalui kontak langsung dengan cairan pernapasan atau liur penderita. Jika tidak segera diobati, meningitis bakterial dapat menyebabkan komplikasi fatal seperti sepsis, kerusakan otak permanen, gangguan pendengaran, hingga kematian. Bahkan dengan pengobatan, beberapa pasien mungkin mengalami gangguan neurologis jangka panjang.
Virus seperti enterovirus, herpes simplex, atau virus penyebab campak dan gondok juga bisa memicu meningitis. Meski umumnya lebih ringan dibandingkan meningitis bakterial, infeksi virus tetap berbahaya karena dapat menyebabkan demam tinggi, kejang, dan kelelahan berkepanjangan. Pada kasus tertentu, terutama yang disebabkan oleh herpes simplex, meningitis viral dapat berulang atau berkembang menjadi ensefalitis (radang otak) yang mengancam nyawa.
Jamur seperti Cryptococcus biasanya menyerang orang dengan sistem imun lemah, misalnya penderita HIV/AIDS atau pasien kemoterapi. Meningitis jamur berkembang lambat tetapi sangat berbahaya karena sulit didiagnosis dan membutuhkan pengobatan antifungal jangka panjang. Jika terlambat ditangani, dapat menyebabkan hidrosefalus (penumpukan cairan di otak), gangguan kesadaran, hingga koma.
Selain infeksi, meningitis juga bisa dipicu oleh reaksi obat, penyakit autoimun (seperti lupus), atau cedera kepala. Meski tidak melibatkan patogen, peradangan pada meninges tetap berisiko menyebabkan gejala neurologis seperti kebingungan, kejang, atau kelumpuhan. Pada kasus autoimun, meningitis kronis dapat merusak saraf secara progresif jika tidak dikendalikan dengan imunosupresan.
Meningitis adalah kondisi darurat yang tidak boleh diabaikan. Dampaknya bisa sangat parah, mulai dari kecacatan hingga kematian. Jika Anda atau keluarga mengalami gejala seperti demam tinggi mendadak, leher kaku, sakit kepala hebat, atau penurunan kesadaran, segera cari bantuan medis! Dokter spesialis neurologi dapat memberikan diagnosis akurat dan penanganan tepat untuk mencegah komplikasi berbahaya.
Meningitis yang disebabkan oleh bakteri atau virus dapat menular melalui kontak langsung dengan penderita. Penularan terjadi melalui percikan ludah saat batuk atau bersin, berbagi alat makan atau minum, serta kontak dekat seperti berciuman. Namun, meningitis akibat jamur atau kondisi non-infeksi tidak menular.
Meningitis bakterial sangat berbahaya karena perkembangannya sangat cepat, bahkan bisa mengancam nyawa dalam hitungan jam. Bakteri penyebab meningitis dapat merusak selaput otak, memicu sepsis (keracunan darah), dan menyebabkan kerusakan otak permanen. Meskipun sudah mendapatkan pengobatan, angka kematiannya masih mencapai 10-15%.
Kasus meningitis akibat berenang sangat jarang terjadi. Hanya ada beberapa laporan tentang infeksi bakteri Naegleria fowleri, yang hidup di air tawar hangat dan dapat masuk melalui hidung saat menyelam. Namun, kejadian ini sangat langka. Kolam renang yang terawat dengan kadar klorin yang cukup umumnya aman dan tidak meningkatkan risiko meningitis.
Sinusitis yang parah dan tidak diobati dengan benar berpotensi menyebabkan meningitis, meskipun kasusnya jarang. Infeksi bakteri dari sinus dapat menyebar ke otak melalui pembuluh darah atau tulang tipis di sekitar rongga hidung. Namun, dengan pengobatan antibiotik yang tepat, risiko ini dapat diminimalisir.
Meningitis karena virus biasanya memiliki gejala yang lebih ringan, seperti demam tidak terlalu tinggi dan muncul secara bertahap. Sementara meningitis bakterial ditandai dengan demam tinggi mendadak, leher kaku, dan kadang disertai ruam kulit. Namun, karena gejalanya bisa mirip, diagnosis pasti hanya bisa dilakukan melalui tes laboratorium seperti pungsi lumbal.
Referensi: