Cara Penanganan Cedera Bulu Tangkis

Selasa, 11 Juni 2024

RSPI Facebook linkRSPI twitter linkRSPI Linkedin link
RSPI link

Cedera bulu tangkis di antaranya cedera bahu, ankle, lutut, punggung, siku dan kram otot. Kenali penyebab dan cara pencegahan cedera badminton di sini.

Cara Penanganan Cedera Bulu Tangkis

Euforia olahraga bulu tangkis di Indonesia memang luar biasa. Banyak orang yang kemudian memilih bulu tangkis sebagai olahraga rutin setelah menyaksikan atlet-atlet Indonesia berlaga di beberapa turnamen internasional. Sebelum mulai menekuninya, ketahui bagaimana karakteristik permainan bulu tangkis serta faktor risiko dan cedera tersering dalam bulu tangkis, sehingga manfaat olahraga ini bisa maksimal. 


Karakteristik Olahraga Bulu Tangkis

Olahraga bulu tangkis termasuk kategori olahraga high impact dengan gerakan yang dinamis, yang merupakan kombinasi antara reli-reli pendek dan reli-reli panjang. Karenanya, pemain bulu tangkis membutuhkan kebugaran aerobik atau kebugaran kardiorespirasi untuk dapat bermain bulu tangkis dengan durasi permainan 3 set.


Tak hanya itu, pemain bulu tangkis juga memerlukan kecepatan, tenaga (power), serta kelincahan yang cukup baik. Misalnya, pada gerakan melompat saat melakukan jumping smash, gerakan lunges saat melakukan netting, gerakan drop shot, gerakan yang cepat dan mengubah arah saat defence, serta gerakan lainnya.


6 Jenis Cedera Paling Sering Terjadi dalam Bulu Tangkis

Pemain bulu tangkis membutuhkan stamina yang prima, kelincahan, kecepatan, ketepatan, kekuatan otot, dan koordinasi motorik sendi serta otot yang baik. Olahraga ini dipenuhi gerakan kompleks sesuai dengan tempo permainannya. Mengingat kompleksitas gerakan dalam olahraga ini, diperlukan pengetahuan dan gerakan hati-hati untuk mencegah cedera otot, sendi, ligamen, hingga tendon. 


Berikut ini beberapa bagian tubuh yang paling sering mengalami cedera badminton akibat gerakan atau teknik yang kurang tepat:


1. Cedera Bahu

Sering kali disebabkan oleh gerakan overhead atau mengayun yang cepat dan berulang. Cedera bahu pada pemain bulu tangkis kebanyakan adalah overuse injury, karena gerakan berulang pada sendi bahu. Kondisi ini akan menyebabkan otot-otot bahu kelelahan dan stabilitas sendi bahu menurun. Tendonitis atau tendinopathy rotator cuff adalah kondisi cedera bulu tangkis tersering pada bahu.


2. Cedera Ankle

Cedera ankle yang sering terjadi pada pemain bulu tangkis adalah ankle sprain (pergelangan kaki terkilir). Gerakan mengubah arah dalam waktu cepat serta gerakan melompat dan mendarat saat melakukan jumping smash bisa menyebabkan cedera pada bagian tubuh ini.


Selain itu, kelelahan saat bermain yang memengaruhi keseimbangan juga bisa menyebabkan pergelangan kaki kemudian terkilir. Kondisi lapangan yang licin atau karena penggunaan sepatu yang tidak tepat pun turut berpengaruh terhadap terjadinya cedera pada ankle. 


3. Cedera Lutut

Gerakan melompat dan mendarat yang berulang akan menambah beban yang cukup besar pada tendon sendi lutut, sehingga dapat memicu cedera lutut. 


Selain cedera pada tendon lutut, cedera ligamen lutut dan bantalan lutut juga sering terjadi, seperti cedera ACL dan meniskus. Cedera ini sering disebabkan karena gerakan berputar dengan lutut sebagai tumpuan saat bermain bulu tangkis. 


4. Cedera Punggung

Cedera punggung bawah (lower back pain) juga sering terjadi akibat beberapa gerakan menerjang dan merunduk pada saat bermain bulu tangkis. Kelemahan otot punggung merupakan salah satu faktor risiko dari cedera lower back pain pada permainan bulu tangkis. 


5. Cedera Siku

Cedera pada siku dapat terjadi karena beban pada otot yang berlebihan dan terus-menerus selama memegang raket, sehingga menimbulkan peradangan pada otot siku. 


6. Cedera Kram Otot

Berolahraga tanpa melakukan pemanasan dan peregangan otot akan menyebabkan kram otot. Kondisi ini bisa terjadi di bagian tubuh mana pun, tetapi kram otot paling sering terjadi di kaki. Saat kram terjadi, otot akan mengalami kontraksi dan bagian tubuh yang mengalami kram akan sulit digerakkan selama beberapa detik atau bahkan beberapa menit.


Baca juga: Kenali Langkah Pencegahan Cedera Olahraga



Pencegahan Cedera Bulu Tangkis

Pemain bulu tangkis dapat mengurangi risiko cedera dengan menerapkan beberapa tips sederhana, seperti berikut ini:


  • Melakukan pemanasan dan pendinginan yang tepat.
  • Melakukan olahraga sesuai dengan kemampuan, usia, dan kondisi kesehatan. Peningkatan intensitas dan durasi dilakukan secara bertahap.
  • Melatih kekuatan otot dan fleksibilitas.
  • Memilih dan menggunakan sepatu yang tepat, baik ukuran maupun jenisnya. Disarankan menggunakan sepatu yang memiliki sol anti selip dan cushion untuk melindungi ankle.
  • Pemilihan raket yang tepat, baik beratnya, ukuran grip raket, serta tension dari senar dan jenis senar.
  • Melakukan rehabilitasi cedera olahraga sampai tuntas untuk mencegah terjadinya cedera berulang.


Baca juga: Hindari Cedera Olahraga


Penanganan Cedera Bulu Tangkis dengan Teknologi Medis Terkini

Cedera bulu tangkis dapat ditangani dengan atau tanpa operasi. Berikut ini adalah penjelasannya: 


1. Tanpa Operasi

Selain untuk menangani cedera bulu tangkis, metode ini juga bisa dilakukan untuk proses pemulihan setelah operasi. Dokter spesialis kedokteran olahraga akan melakukan evaluasi dan menentukan program pemulihan yang sesuai dengan kondisi pasien.


Untuk kasus cedera akut, dokter akan menyarankan sesi terapi menggunakan teknologi medis terkini yang dibarengi dengan sesi latihan fisik (exercise). Tujuan terapi ini untuk mengembalikan kekuatan otot dan sendi, sehingga pasien bisa kembali beraktivitas, maupun berolahraga, setelah mengalami cedera.


Beberapa teknologi medis yang digunakan untuk penanganan cedera bulu tangkis, antara lain:


Cyrotherapy (Terapi Dingin) 

Prosedur terapi dingin dapat digunakan untuk menangani cedera bulu tangkis, maupun olahraga lain, yang akut. Metode ini juga bisa dilakukan sebagai rehabilitasi setelah operasi atau rekonstruksi sendi, untuk memaksimalkan proses pemulihan setelah cedera. Durasi terapi untuk setiap sesinya berlangsung sekitar 1-2 menit, sesuai dengan kondisi pasien dan arahan dokter.


Beberapa kasus cedera yang diatasi dengan metode ini meliputi pergeseran tulang, patah tulang, memar, dan keseleo.


Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS) 

Metode penanganan non-invasif ini melibatkan arus listrik bertegangan rendah pada anggota tubuh yang terasa nyeri. Impuls listrik yang dialirkan akan menjalar pada serabut saraf, sehingga mengurangi nyeri. Durasi pengobatan TENS yang optimal adalah 40 menit untuk tiap sesinya.


Ultrasound Therapy

Metode pengobatan ini menggunakan gelombang suara untuk merangsang jaringan di sekitar area cedera. Getaran gelombang suara dapat merangsang produksi kolagen dan menciptakan panas dalam jaringan, sehingga mampu meningkatkan metabolisme yang mempercepat proses penyembuhan.


Terapi ini bisa dilakukan untuk mengatasi proses penyembuhan tulang, penanganan cedera ligamen, dan lainnya. Jenis terapi ultrasound tergantung pada kondisi cedera. Untuk nyeri myofascial, strain, atau keseleo dapat digunakan ultrasound termal. Sedangkan untuk jaringan parut, pembengkakan, dan carpal tunnel syndrome, ultrasound mekanis merupakan jenis terapi yang disarankan.


Waktu terapi tergantung pada luas area yang cedera, frekuensi, dan intensitas yang digunakan. Kurang lebih durasi terapi berlangsung selama 5-15 menit.


Exercise dan Rehabilitasi Pasca Cedera

Tujuan dilakukannya rehabilitasi adalah untuk mengembalikan fungsi tubuh seperti sebelum cedera dengan cara yang terkontrol dan terpantau. Rehabilitasi dan relaksasi otot harus dimulai sesegera mungkin, setelah fase peradangan awal–72 jam setelah terjadi cedera.


Dalam program ini juga akan dilakukan latihan fleksibilitas untuk meminimalkan keterbatasan rentang gerak sendi, latihan memperkuat otot, serta latihan keseimbangan. 


2. Tindakan Operasi

Bila kasus cedera bulu tangkis memerlukan tindakan operasi, dokter spesialis bedah ortopedi konsultan sports injury dan arthroskopi akan menggunakan arthroskopi dengan sayatan minimal. Dengan teknik ini, proses pemulihan akan lebih cepat dibandingkan dengan operasi konvensional.



Teknologi medis penanganan cedera bulu tangkis ini sudah tersedia di Sport Medicine, Injury, Recovery Center (SMIRC) RS Pondok Indah – Bintaro Jaya. Sebagai Center of Excellence terbaru di RS Pondok Indah – Bintaro Jaya, klinik ini dilengkapi dengan berbagai alat exercise dan rehabilitasi cedera terbaru dengan teknologi terkini dari Techno Gym yang memungkinkan pelayanan komprehensif dan terintegrasi bagi para sport enthusiast maupun atlet. 


Klinik ini juga menawarkan penanganan dan pemulihan cedera, peningkatan performa olahraga, hingga pendampingan olahraga khusus bagi pasien dengan kondisi medis tertentu. 


SMIRC RS Pondok Indah – Bintaro Jaya memiliki tim medis kompeten yang terdiri dari dokter spesialis kedokteran olahraga yang sudah berpengalaman menangani atlet, dokter spesialis bedah ortopedi konsultan sports injury dan arthroskopi, serta sport physiotherapist. Tak hanya itu saja, dukungan dokter spesialis bedah ortopedi dengan berbagai subspesialisasi juga melengkapi kompetensi tim medis klinik ini. 


Kolaborasi dari berbagai tenaga medis ahli ini memberikan penanganan cedera olahraga yang komprehensif dan spesifik, sesuai dengan kondisi serta kebutuhan setiap pasien.


RS Pondok Indah – Bintaro Jaya mendukung perhelatan bulu tangkis terbesar di Indonesia dengan menjadi Official Medical Partner Indonesia Masters dan Indonesia Open 2022. Pada perhelatan ini, RS Pondok Indah – Bintaro Jaya mengirimkan tim medis dari berbagai multidisiplin, yang terdiri dari 6 dokter, 2 sport therapist, dan 4 perawat, serta menyediakan ambulans yang stand-by selama pertandingan berlangsung.