Apakah Kelainan Otot Jantung Bisa Sembuh? Jenis, Penyebab, dan Penanganannya

Selasa, 16 Juli 2024

RSPI Facebook linkRSPI twitter linkRSPI Linkedin link
RSPI link

Kelainan otot jantung tidak dapat sembuh sepenuhnya. Namun, perawatan yang tepat dapat mengendalikan gejala dan memperlambat progresivitas kondisinya.

Apakah Kelainan Otot Jantung Bisa Sembuh? Jenis, Penyebab, dan Penanganannya

Semua sel tubuh memerlukan pasokan oksigen yang cukup untuk bekerja dengan baik. Di sinilah jantung memiliki peran penting, yakni memompa darah yang kaya oksigen dan nutrisi ke seluruh tubuh. Lantas, apalah otot jantung bermasalah akan memengaruhi kerja organ ini?


Kardiomiopati atau kelainan pada otot jantung juga sering disebut sebagai kondisi jantung lemah. Kondisi yang paling sering terjadi sebagai komplikasi hipertensi kronis ini menyebabkan jantung tidak dapat memompa darah dengan baik, yang akan meningkatkan risiko terjadinya serangan jantung.


Mengenal penyebab dan gejala kardiomiopati tentu menjadi langkah penting untuk mengatasi kondisi ini. Ketahui juga peluang kesembuhan dan cara menangani kelainan otot jantung pada artikel ini.


Mengenal Kardiomiopati

Kardiomiopati adalah penyakit jantung yang ditandai dengan gangguan pada fungsi pompa jantung akibat kelainan otot jantung. Kondisi ini juga sering disebut sebagai penyakit jantung lemah atau lemah jantung.Pada penderita kardiomiopati, otot jantung dapat menjadi tebal, kaku, atau melebar sehingga menyebabkan gangguan fungsi jantung dalam memompa darah.


Apabila tidak segera ditangani, otot jantung akan semakin melemah dan fungsi jantung kian menurun. Hasilnya, kardiomiopati dapat menyebabkan komplikasi lainnya, seperti detak jantung tidak beraturan, masalah katup jantung, atau bahkan gagal jantung.


Baca juga: Apakah Penyakit Jantung Bisa Sembuh?



Jenis-jenis Kelainan Jantung

Adapun jenis-jenis kardiomiopati meliputi:


1. Kardiomiopati Dilatasi

Merupakan jenis kardiomiopati yang paling sering terjadi. Pada jenis ini, bilik kiri jantung membesar dan melebar, sehingga fungsi pompa jantung sebelah kiri menurun.


2. Kardiomiopati Hipertropik

Disebabkan oleh penebalan dinding dan otot jantung secara abnormal, terutama pada dinding bilik jantung kiri. Penebalan ini menghambat jantung untuk memompa darah dan mengalami penurunan fungsi jantung.


3. Kardiomiopati Restriktif

Terjadi akibat otot jantung yang menjadi kaku dan tidak elastis, sehingga daya tampung serta pengembangan jantung pun berkurang. Hal ini menyebabkan menurunnya aliran darah dalam jantung dan jumlah darah yang dipompa oleh jantung.


4. Kardiomiopati Aritmogenik Ventrikel Kanan 

Jenis kardiomiopati ini umumnya disebabkan oleh kelainan genetik. Adanya jaringan parut pada bilik jantung kanan menyebabkan ritme jantung yang tidak beraturan, sehingga dapat mengganggu pompa dan fungsi jantung. 


Baca juga: Pertolongan Pertama Serangan Jantung yang Harus Dipahami


Penyebab dan Faktor Risiko Kardiomiopati

Penyebab kardiomiopati sebenarnya sulit diketahui secara pasti. Namun, kardiomiopati sering dikaitkan dengan kelainan genetik atau adanya penyakit kronis lain yang menyebabkan lemahnya otot jantung, seperti darah tinggi atau diabetes.


Berikut ini adalah beberapa kondisi yang berkaitan dengan kelainan otot jantung maupun meningkatkan risiko terjadinya kardiomiopati:


  • Hipertensi
  • Diabetes
  • Tiroid
  • Penyakit jantung koroner
  • Obesitas
  • Mengonsumsi alkohol, NAPZA, dan steroid anabolik
  • Kanker 
  • Genetik, atau memiliki riwayat penyakit kardiomiopati pada anggota keluarga


Baca juga: Hasil CT-Scan Jantung, Ini yang Harus Diketahui


Gejala Kardiomiopati

Gejala pada kardiomiopati umumnya timbul seiring dengan penurunan fungsi jantung yang ditandai dengan:


  • Napas pendek terutama saat melakukan aktivitas fisik seperti naik tangga dan olahraga,
  • Mudah lelah,
  • Pembengkakan pada tungkai bawah,
  • Nyeri dada,
  • Pusing,
  • Jantung berdebar-debar atau denyut jantung tidak teratur, dan
  • Penglihatan berkunang-kunang, hingga pingsan.


Jika Anda mengalami salah satu gejala kardiomiopati, jangan tunda untuk segera berkonsultasi dengan dokter spesialis jantung dan pembuluh darah.


Apabila harus dilakukan tindakan pembedahan untuk menanganinya, maka Anda dapat berkonsultasi dengan dokter spesialis bedah toraks dan kardiovaskular.


Baca juga: Deteksi Dini Kelainan Jantung pada Dewasa Muda


Pemeriksaan Diagnostik

Selain pemeriksaan fisik, dokter akan menyarankan beberapa pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis kardiomiopati, meliputi:


  • Elektrokardiogram untuk mendeteksi gangguan irama jantung 
  • Ekokardiogram (USG jantung) untuk menilai kelainan (penebalan/pembesaran otot), gangguan katup, dan fungsi jantung
  • Radiologi berupa foto X-ray dada, CT-Scan atau MRI jantung
  • Tes darah untuk melihat fungsi liver, ginjal, dan hormon tiroid. Pasien dapat menjalani pemeriksaan genetik apabila memiliki riwayat kardiomiopati dalam keluarga



Apakah Kelainan Otot Jantung Bisa Sembuh?

Kelainan otot jantung, seperti kardiomiopati, tidak dapat sembuh sepenuhnya. Namun, perawatan yang tepat dapat membantu mengendalikan gejala, memperlambat progresivitas kondisi, dan meningkatkan kualitas hidup.


Pengobatan untuk kelainan otot jantung bisa meliputi penggunaan obat-obatan, terapi fisik, penerapan pola hidup sehat, dan dalam beberapa kasus, pemasangan alat bantu jantung seperti pacemaker atau defibrilator.


Tujuan utama perawatan adalah untuk mengoptimalkan fungsi jantung, mencegah komplikasi serius, dan menjaga kesehatan jantung secara keseluruhan.


Baca juga: Nyeri Dada, Ini Informasi Penting yang Perlu Diketahui


Pengobatan Kardiomiopati

Penanganan kardiomiopati berfokus untuk meredakan gejala dan mencegah terjadinya komplikasi sesuai dengan kondisi medis Anda. Modifikasi gaya hidup merupakan langkah awal penanganan kardiomiopati, dengan atau tanpa gejala.


Pasien kardiomiopati dengan gejala ringan umumnya diberikan terapi obat-obatan sesuai dengan gejalanya, seperti:


  • Obat aritimia untuk mengatasi gangguan irama jantung
  • Obat antihipertensi untuk menjaga tekanan darah tetap terkontrol
  • Obat pengencer darah untuk mencegah terbentuknya gumpalan darah 
  • Obat diuretik untuk mengurangi penumpukan cairan dalam tubuh


Baca juga: Olahraga Tepat untuk Si Penyandang Kelainan Jantung


Manajemen Invasif (Kateterisasi dan Pembedahan)

Jika setelah pemberian obat-obatan, tetapi gejala tidak membaik atau menunjukkan gejala sumbatan pembuluh darah jantung karena penebalan dinding jantung, maka dapat dilakukan tindakan septal reduction therapy.


Tindakan ini bertujuan untuk mengurangi hambatan aliran darah akibat penebalan dinding dari bilik jantung.

Ada dua jenis tindakan septal reduction therapy, yaitu:


Ablasi Alkohol (Kateterisasi)

Ablasi alkohol dilakukan dengan kateter kecil yang dimasukkan melalui pembuluh darah dari pangkal paha hingga masuk ke dalam bilik jantung yang mengalami penebalan, lalu dilakukan injeksi alkohol. Dengan injeksi alkohol, otot jantung yang menebal akan mengalami kerusakan dan lebih tipis sehinga seumbatan pembuluh darah jantung berkurang.


Operasi Miektomi (Pembedahan)

Operasi miektomi dilakukan dengan membuang sebagian jaringan otot jantung yang menebal untuk mengurangi sumbatan aliran darah jantung. Operasi ini umumnya berlangsung selama 3-5 jam dengan anestesi umum.


Tulang dada bagian tengah akan dibelah agar dokter spesialis bedah toraks dan kardiovaskular mendapatkan akses ke jantung dengan baik.


Pada saat pembedahan, fungsi jantung dan paru akan dihentikan dan diambil alih oleh mesin jantung-paru untuk dapat mengalirkan darah ke seluruh tubuh. Setelah prosedur pembedahan selesai, mesin jantung-paru akan dihentikan untuk mengembalikan fungsi jantung dan paru seperti semula. 


Dokter akan melakukan tindakan miektomi yaitu pembuangan otot dinding jantung yang menebal dan mengganggu aliran darah. Setelah itu, akan dilakukan evaluasi pada saat operasi untuk menilai apakah jumlah otot yang dibuang sudah sesuai dan tidak ada lagi menghambat aliran darah.


Jika setelah evaluasi sudah tidak terdapat hambatan aliran darah, dokter akan mulai menghentikan mesin jantung-paru, dan fungsi jantung paru pasien akan dikembalikan seperti semula. Tulang dada akan dirapatkan kembali, lalu luka operasi akan ditutup kembali. 


Pada hari pertama dan kedua setelah operasi, pasien akan dirawat di unit perawatan intensif. Jika kondisi pasien sudah stabil, pasien dapat dipindahkan ke ruang perawatan dan akan dirawat selama 4-5 hari. Total perawatan di rumah sakit umumnya 5-7 hari. 


Baca juga: Teknologi Terkini untuk Jantung Sehat


Transpalantasi jantung

Prosedur ini merupakan pilihan terakhir yang efektif untuk menangani gagal jantung akibat kardiomiopati. Namun, sampai saat ini operasi cangkok jantung belum bisa dilakukan di Indonesia.


Pencegahan Kardiomiopati

Faktor genetik memegang peran penting dalam terjadinya kardiomiopati. Namun, pemeriksaan rutin dapat dilakukan untuk mengetahui dan mencegah komplikasinya. Selain itu, pemeriksaan rutin dan modifikasi gaya hidup juga memiliki peranan penting untuk mencegah kardiomiopati, yang bisa dilakukan dengan:


  • Mengurangi berat badan, jika mengalami obesitas
  • Berolahraga dengan rutin
  • Menghentikan kebiasaan merokok
  • Mengurangi konsumsi minuman beralkohol
  • Mengonsumsi makanan yang sehat dan bergizi seimbang
  • Mengelola stres dengan baik


Jika mengalami kelainan otot jantung atau gejala yang terkait, Anda sangat disarankan untuk berkonsultasi dengan Dokter Spesialis Jantung & Pembuluh Darah di RS Pondok Indah. Dengan bantuan dokter spesialis terkait, Anda akan mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang kondisi dan penanganan yang sesuai bagi kelainan otot jantung yang dialami.