Cara deteksi kelainan jantung dapat dilakukan dengan pemeriksaan laboratorium, rekam jantung (EKG), stress test, echocardiography hingga CT scan jantung.
Penyakit jantung dan pembuluh darah dalam dekade terakhir telah menjadi penyebab kematian tertinggi di Indonesia, bahkan di dunia. Yang menarik, angka penderita usia muda terus menanjak.
Alhasil, anggapan bahwa penyakit jantung hanya menyerang lansia kini secara perlahan mulai bergeser. Penyakit jantung bukan hanya penyakit jantung koroner saja.
Pada penderita di usia yang lebih muda, masalah yang ditemukan meliputi gangguan irama jantung, penyakit jantung bawaan, kelainan otot jantung atau kardiomiopati, serta masalah pada katup jantung yang tidak selalu berhubungan dengan penyakit jantung koroner.
Pemeriksaan kesehatan berkala menjadi kuncinya. Selain deteksi dini penyakit jantung koroner, pemeriksaan kesehatan berkala mampu mendeteksi beberapa masalah irama jantung, kelainan otot jantung, penyakit jantung bawaan, ataupun masalah pada katup jantung.
Berikut adalah beberapa modalitas yang dapat dilakukan untuk deteksi dini penyakit jantung:
Sebagai panduan, saat ini kadar kolesterol masih menjadi ujung tombak untuk menentukan risiko seseorang terhadap penyakit jantung koroner. Pemeriksaan yang dilakukan adalah pemeriksaan kolesterol total, kadar LDL atau lebih dikenal dengan lemak jahat, dan HDL atau lemak baik. Di samping itu, kadar gula darah dan fungsi ginjal juga memiliki peranan yang tidak kalah penting.
Hasil EKG yang normal tidak memastikan seseorang bebas dari penyakit jantung koroner, begitu juga sebaliknya. Meskipun demikian EKG masih memiliki peranan penting untuk mendeteksi berbagai kelainan seperti: irama jantung, otot jantung, kelainan irama jantung, kelainan otot jantung, ataupun kelainan berat pada katup jantung.
Treadmil stress test merupakan pemeriksaan untuk mendeteksi penyakit jantung koroner yang tidak terlihat dengan pemeriksaan rekam jantung. Beberapa modalitas serupa seperti SPECT dan cardiac MR (MRI) juga memiliki fungsi serupa, tetapi terkendala masalah ketersediaan dan juga biaya yang lebih tinggi. Pemilihan modalitas stress test akan sangat bergantung pada faktor risiko masing-masing pasien, kemampuan fisik, dan penyakit penyerta.
Pemeriksaan echocardiography bertujuan untuk mengevaluasi fungsi jantung secara keseluruhan. Pemeriksaan ini mampu mendeteksi langsung penurunan pompa jantung, penebalan otot jantung, pembesaran jantung, kelainan pada katup jantung, dan penyakit jantung bawaan.
Pemeriksaan CT-scan jantung untuk screening penyakit jantung koroner dapat dilakukan dengan atau tanpa menggunakan kontras atau zat warna. Keuntungan penggunaan CT-scan jantung ini adalah akurasi yang tinggi untuk menyingkirkan penyakit jantung koroner serta mendeteksi adanya soft plaque yang sering kali memicu serangan jantung. CT calcium score dapat dilakukan pada pasien dengan gangguan ginjal karena tidak menggunakan zat kontras.
Dengan demikian, pemilihan alat diagnosis untuk mendeteksi penyakit jantung harus disesuaikan dengan kondisi masing-masing pasien. Konsultasi dengan dokter dapat membantu menentukan pemeriksaan yang lebih tepat dengan biaya yang lebih hemat.
Namun, perlu diingat bahwa konsisten menjalani gaya hidup sehat tentu saja lebih penting dibanding melakukan penanganan penyakit yang sudah muncul. Mengatur pola makan lebih sehat, berhenti merokok, dan olahraga teratur harus lebih diutamakan demi menjaga kesehatan jantung.
Ciri-ciri penyakit jantung di usia muda meliputi nyeri dada, sesak napas, kelelahan berlebihan, detak jantung tidak teratur, dan pusing. Faktor risiko seperti merokok, obesitas, dan hipertensi juga dapat meningkatkan kemungkinan terkena penyakit jantung di usia muda.
Ya, usia 20-an bisa saja terkena penyakit jantung, terutama jika ada faktor risiko seperti kebiasaan merokok, pola makan tidak sehat, kurang olahraga, atau riwayat keluarga dengan penyakit jantung.
Cara mengetahui apakah jantung Anda sehat antara lain dengan memperhatikan gejala seperti tidak adanya nyeri dada, sesak napas, atau kelelahan berlebihan.