Tindakan Endoscopic Atasi Nyeri Tulang Belakang

Jumat, 01 Maret 2024

RSPI Facebook linkRSPI twitter linkRSPI Linkedin link
RSPI link

Seiring dengan kemajuan teknologi, teknik penanganan nyeri tulang belakang di Indonesia telah berkembang pesat

Tindakan Endoscopic Atasi Nyeri Tulang Belakang

BESS adalah tindakan operasi endoscopic pada tulang belakang dengan menggunakan teropong. Pembedahan dengan teknik terbaru ini memungkinkan dokter spesialis bedah ortopedi konsultan tulang belakang untuk melihat lebih baik struktur tubuh yang diperbaiki tanpa harus banyak melukai jaringan kulit.


Memanfaatkan teknologi ini, dokter sangat dimudahkan dalam melakukan operasi karena dapat melihat struktur secara akurat berkat gambar yang jernih dengan tingkat pembesaran yang tinggi dan melalui lensa pada teropong yang dimasukkan ke tubuh pasien.


Dokter tak lagi menunduk sepanjang operasi untuk melihat tulang belakang pasien, melainkan melihat ke arah monitor yang diposisikan senyaman mungkin.


Karenanya, kehadiran teknologi ini juga dapat mengurangi faktor kelelahan dokter akibat bekerja pada kondisi yang tidak ergonomis, sehingga secara tidak langsung juga meningkatkan kesuksesan operasi.


Sedangkan dari sisi pasien, tindakan ini dapat meminimalisir luka dan rasa nyeri pasca-operasi, sehingga masa penyembuhan dan pemulihan menjadi jauh lebih cepat.


Perbedaan Dulu dan Kini

Tindakan operasi tulang belakang umumnya dilakukan untuk membebaskan jepitan pada saraf (saraf terjepit) yang menimbulkan gejala sakit punggung dengan sensasi menjalar ke kaki (rasa nyeri atau sensasi seperti tertarik pada bagian belakang paha sampai betis dan kaki), baal dan kesemutan, atau bahkan kelemahan otot.


Untuk mencapai tujuan pembebasan saraf tulang belakang atau mengatasi nyeri karena bantalan sendi tulang belakang yang menonjol, semua struktur yang berada di permukaan mulai dari kulit, otot, hingga tulang harus dibuka lebar agar struktur yang dituju dapat terlihat dengan baik.


Nyeri Tulang Belakang & Praktik Alternatif?

Banyak masyarakat yang lebih memilih untuk mengunjungi praktik alternatif dibandingkan berkonsultasi dengan dokter untuk menangani nyeri tulang belakang karena takut menjalani operasi. Alih-alih sembuh, tindakan penanganan oleh praktik alternatif memiliki risiko membahayakan tulang belakang dan saraf-saraf penting di dalamnya.


Berkonsultasi dengan dokter yang kompeten dan menjalani pemeriksaan penunjang dapat membantu pasien dalam proses pengambilan keputusan tindakan penanganan, karena tindakan medis yang dilakukan akan bergantung pada kondisi pasien, belum tentu harus menjalani tindakan operasi.


BESS dengan teknik operasi endoscopic adalah terobosan besar dalam penanganan nyeri tulang belakang. Dengan luka operasi yang jauh lebih kecil dari operasi tulang belakang konvensional, teknik ini dapat mengatasi masalah tulang belakang jika dilakukan oleh tenaga medis ahli dan pada pasien yang sesuai indikasi.


Selain itu, jika dibandingkan dengan teknik invasif minimal lainnya seperti teknik operasi dengan mikroskop, BESS juga lebih unggul karena perbesaran yang dapat dilihat menggunakan teropong jauh lebih besar daripada dengan mikroskop, sehingga pembedahan yang dilakukan dapat lebih akurat dengan sayatan yang sangat minimal (±0.5 sentimeter).


Tentunya sebelum sampai pada keputusan dilakukan tindakan BESS, pasien akan terlebih dahulu menjalani pemeriksaan kondisi tulang belakang dengan rontgen dan MRI tulang belakang.


Setelahnya, pasien akan menjalani persiapan tindakan yakni: pemeriksaan darah di laboratorium, rontgen dada, serta berkonsultasi dengan beberapa dokter spesialis terkait, di antaranya dokter spesialis anestesi dan dokter spesialis penyakit dalam.


Hal ini dilakukan agar pasien dalam kondisi senyaman dan seaman mungkin saat dan setelah dilakukan tindakan BESS.


BESS dapat mengatasi beberapa keluhan nyeri tulang, di antaranya adalah herniasi bantalan sendi tulang belakang (hernia nucleus pulposus/HNP) atau penyempitan kanal tulang belakang (canal stenosis).


Keduanya dapat mengakibatkan gejala jepitan saraf sebagai berikut:


  • Keluhan nyeri punggung dengan atau tanpa penjalaran ke bokong, paha, betis, dan kaki.


  • Selain nyeri, pasien juga dapat merasakan sensasi seperti tersetrum, tertarik, kesemutan, atau baal (hilang atau berkurangnya rasa pada kulit) di area-area tersebut di atas.


  • Keluhan nyeri punggung disertai dengan kelemahan otot sehingga sulit berjalan.


  • Keluhan nyeri punggung disertai gangguan buang air kecil, buang air besar, serta gangguan ereksi.


Pasien dengan keluhan-keluhan di atas yang tak membaik dengan minum obat dan fisioterapi, atau pasien-pasien dengan risiko tinggi jika dilakukan pembedahan konvensional (usia lanjut, diabetes, penyakit jantung, atau penyakit kronis lainnya) merupakan kandidat yang baik untuk dilakukannya tindakan BESS.


Berdasar studi ilmiah, tingkat kesuksesan tindakan, keamanan tindakan, dan tingkat kepuasan pasien dengan tindakan BESS, lebih tinggi dibandingkan dengan teknik operasi konvensional. Selain luka sayatan yang kecil, tingkat perdarahan saat operasi juga sangat minim, dan durasi prosedurnya juga jauh lebih singkat.


Tindakan BESS biasanya dilakukan dengan durasi sekitar 30-45 menit untuk 1 ruas tulang belakang. Hal tersebut terbukti mengurangi masa rawat inap pasca-operasi (1-2 hari) sehingga pasien dapat segera beraktivitas kembali pasca-tindakan.


Sebagai pembanding, operasi tulang belakang konvensional membutuhkan waktu rawat inap sekitar 3-5 hari pasca-tindakan untuk memonitor kondisi fisik usai pembedahan.


Perawatan Pasca-Tindakan BESS

Pasca-tindakan BESS, pasien direkomendasikan untuk menjalani prosedur fisioterapi pasca-bedah.


Baik dokter spesialis bedah ortopedi konsultan tulang belakang maupun dokter spesialis kedokteran fisik dan rehabilitasi akan memantau kondisi pasien pasca-tindakan BESS untuk memastikan fase pemulihan fisik berjalan dengan baik menuju kondisi fisik yang optimal untuk kembali beraktivitas.


Kekambuhan nyeri tulang belakang bisa saja terjadi, tetapi sangat jarang. Jikapun terjadi, penyebab nyeri mungkin berasal dari bagian tulang belakang yang berbeda dari bagian yang telah dilakukan tindakan BESS.


Untuk meminimalisir kekambuhan, pasien perlu menjaga berat badan ideal dan menghindari kegiatan kegiatan ekstrem yang meningkatkan beban pada tulang belakang, seperti mengangkat benda berat atau terlalu banyak duduk dan membungkuk.


RS Pondok Indah - Pondok Indah adalah rumah sakit pertama di Indonesia yang mengerjakan tindakan BESS. Hingga saat ini, sudah lebih dari 600 kasus yang dikerjakan dengan hasil yang baik.