Vitamin D: Sering Dilupakan, tapi Bermanfaat untuk Muskuloskeletal

Rabu, 06 Maret 2024

RSPI Facebook linkRSPI twitter linkRSPI Linkedin link
RSPI link

Berbagai masalah atau gangguan kesehatan tulang pastinya sudah sering dikaitkan dengan kekurangan atau defisiensi vitamin D

Vitamin D: Sering Dilupakan, tapi Bermanfaat untuk Muskuloskeletal

Dalam suatu survei di sebuah klinik rematologi di Irlandia, ditemukan kondisi kekurangan vitamin D pada beberapa kondisi muskuloskeletal, seperti penyakit radang sendi (69 persen), nyeri punggung yang tidak spesifik (75 persen), dan osteoporosis (71 persen).


Vitamin D berperan dalam mempengaruhi jalur inflamasi (peradangan) sehingga mengurangi rasa nyeri. Selain itu, vitamin D juga berperan dalam meningkatkan diameter serabut saraf serta sintesis protein untuk kontraksi otot.


Sedangkan pada tulang, vitamin D akan membantu mineralisasi dengan meningkatkan penyerapan kalsium dan fosfat di usus sehingga tulang menjadi padat dan kuat.


Lalu, bagaimana cara memenuhi kebutuhan vitamin D sehari-hari? Sebetulnya, terdapat dua sumber vitamin D, yaitu melalui pembentukannya di bawah kulit serta dari makanan.


Hanya saja, kandungan vitamin D dalam bahan makanan alami sangat terbatas, dan sebagian besar harus diperoleh dari makan yang difortifikasi.


Vitamin D dari makanan terdapat dalam dua bentuk, yaitu ergokalsiferol (vitamin D2) yang terdapat dalam bahan makanan nabati (seperti jamur portabella, jamur shiitake, dan jamur tiram) dan margarin yang difortifikasi dengan vitamin D; sementara kolekalsiferol (vitamin D3) terdapat dalam beberapa jenis ikan, minyak hati ikan kod, kuning telur, hati sapi, dan produk susu yang difortifikasi dengan vitamin D.


Kandungan vitamin D dalam bahan makanan dapat dilihat pada tabel berikut: 



Selain dari makanan, vitamin D juga dapat dibentuk oleh tubuh. Sinar ultraviolet B (UVB) dari matahari akan diserap oleh kulit dan akan berinteraksi dengan provitamin D yang ada di jaringan lemak bawah kulit untuk membentuk vitamin D.


Intensitas UVB sinar matahari paling tinggi ada pada jam 11.00–14.00. Pada waktu tersebut, kita hanya perlu berjemur sekitar 7,5 menit agar pembentukan vitamin D menjadi efektif.


Bila Anda tidak merasa nyaman berjemur di jam-jam tersebut, boleh saja berjemur pada sebelum dan sesudah rentang waktu tersebut tapi dengan durasi yang lebih lama – sekitar 15–25 menit. Pada saat berjemur, pastikan wajah, lengan, dan tangan anda terpapar matahari.


Lakukan kegiatan ini setidaknya tiga kali seminggu.