Jangan Sepelekan Glaukoma, Ketahui Gejala hingga Penangannya!

By Tim RS Pondok Indah

Wednesday, 30 April 2025

RSPI Facebook linkRSPI twitter linkRSPI Linkedin link
RSPI link

Glaukoma merupakan penyebab kebutaan kedua, setelah katarak. oleh sebab itu, glaukoma membutuhkan penanganan segera. Kenali gejala awal dan penanganannya di sini!

Jangan Sepelekan Glaukoma, Ketahui Gejala hingga Penangannya!

Di dalam mata terdapat cairan (aqueous humour) yang berfungsi untuk mempertahankan bentuk, tekanan dalam bola mata, membersihkan kotoran, dan menyalurkan nutrisi ke jaringan mata.


Ketika terjadi peningkatan produksi cairan dalam bola mata, akan terjadi peningkatan tekanan dalam bola mata. Kondisi ini dapat menyebabkan penekanan saraf mata yang dikenal dengan istilah glaukoma. Jika dibiarkan, penekanan saraf yang terjadi pada glaukoma akan menyebabkan kerusakan saraf dan berakhir sebagai kebutaan. Inilah alasan mengapa glaukoma juga dikenal sebagai 'pencuri penglihatan'.


Apa Itu Glaukoma?

Glaukoma adalah penyakit mata yang disebabkan oleh adanya sumbatan pada saluran aqueous humour atau meningkatnya produksi cairan bola mata. Kedua hal ini akan menambah tekanan di dalam bola mata yang dapat merusak saraf optik. 


Tekanan dalam bola mata tersebut tidak hanya merusak saraf optik, akan tetapi akan menyebabkan kebutaan jika gejala berkembang semakin parah tanpa pengobatan yang tepat dari dokter.


Baca juga: Katarak: Penyebab, Gejala, Penanganan, dan Pencegahan



Jenis Glaukoma

Berdasarkan sumbatan pada saluran cairan dalam bola mata, glaukoma dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:


1. Glaukoma sudut terbuka

Glaukoma sudut terbuka merupakan jenis glaukoma yang paling sering ditemukan. Kondisi ini terjadi karena adanya penyumbatan sebagian pada saluran aqueous humour, sehingga proses pengeluaran cairan dalam bola mata masih terjadi, hanya saja tidak maksimal.


Proses ini akan menyebabkan penumpukan cairan dalam bola mata terjadi secara perlahan. Akibatnya, penderita glaukoma sudut terbuka jarang mengeluhkan adanya gejala, sampai penumpukan cairan sangat berlebih.


2. Glaukoma sudut tertutup

Glaukoma sudut tertutup terjadi karena sumbatan total pada saluran pengeluaran aqueous humour. Akibatnya, air mata tidak bisa mengalir dengan normal sehingga terjadi peningkatan tekanan di dalam bola mata dengan sangat cepat (akut). Alasan ini yang menjadikan glaukoma sudut tertutup sebagai kondisi darurat medis, dan perlu segera ditangani oleh dokter spesialis mata.


Penderita glaukoma sudut tertutup umumnya akan merasakan keluhan utama berupa nyeri mata yang parah. Selain itu, penderitanya juga bisa mengeluhkan penglihatan tidak jelas atau adanya lingkaran berwarna pelangi di sekitar lampu, sakit kepala, hingga mual muntah.


Baca juga: Katarak: Berbahayakah dan Bagaimana Penanganannya?


Gejala Glaukoma

Pada tahap awal, glaukoma mungkin tidak menimbulkan gejala apa pun dan sebagian penderitanya tidak menyangka sedang mengalami glaukoma. Namun, ada beberapa gejala khas dari penyakit glaukoma yang perlu diwaspadai, yaitu:


  • Mata terasa nyeri, maupun merasa ada tekanan pada mata
  • Sakit kepala
  • Mata merah
  • Gangguan penglihatan yang terjadi secara bertahap, mulai dari buram hingga terjadi kebutaan
  • Tunnel vision yang terjadi secara bertahap, dimulai dari adanya satu titik hitam, yang makin lama makin berkebang hingga menyebabkan penderitanya kehilangan lapang pandang samping, seperti melihat melalui terowongan
  • Sensitivitas terhadap cahaya


Baca juga: Jangan Sepelekan Mata Merah


Penyebab Glaukoma

Penyebab glaukoma adalah adanya sumbatan pada saluran aqueous humour atau produksi cairan bola mata yang meningkat. Kedua penyebab ini akan meningkatkan tekanan di dalam bola mata yang dapat merusak saraf optik. 


Faktor Risiko Glaukoma

Setiap orang berpotensi terkena glaukoma, terlebih jika memiliki beberapa faktor risiko berikut ini:


  • Berusia lebih dari 55 tahun
  • Memiliki keluarga yang juga mengalami glaukoma
  • Menderita kondisi medis tertentu, seperti diabetes, tekanan darah tinggi, migrain, dan anemia sel sabit
  • Pernah mengalami cedera mata 
  • Pernah melakukan operasi mata
  • Penggunaan obat kortikosteroid, khususnya obat tetes mata, dalam jangka panjang
  • Secara anatomis memiliki sudut saluran aqueous humour yang sempit


Baca juga: Sindrom Mata Kering: Ketahui Penyebab, Gejala, dan Cara Mengatasinya


Kapan Harus ke Dokter?

Anda perlu segera ke dokter spesialis mata di RS Pondok Indah cabang terdekat jika terdapat darah di depan iris mata (hifema), bola mata menonjol atau membesar (buftalmos), mual dan muntah yang terjadi bersamaan dengan adanya tekanan pada mata, penglihatan kabur atau mendadak tidak bisa melihat apa pun. 


Dengan pemeriksaan dan penanganan sedini mungkin, dokter bisa menekan gejala glaukoma yang Anda alami serta mencegah terjadinya kerusakan mata permanen dan kebutaan. 


Baca juga: Benjolan di Kelopak Mata, Jangan Dianggap Sepele



Diagnosis Glaukoma

Saat Anda melakukan pemeriksaan, dokter akan melakukan tanya jawab terkait gejala yang Anda alami, serta riwayat kesehatan Anda dan keluarga.


Selanjutnya, dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan, antara lain:


  • Tonometri, untuk mengukur tekanan dalam bola mata
  • Pemeriksaan lapang pandang, untuk menilai luas lapang penglihatan
  • Oftalmoskopi, untuk memeriksa bagian dalam dan belakang mata menggunakan oftalmoskop
  • Pakhimetri, untuk mengukur ketebalan kornea
  • Gonioskopi, untuk mengetahui sudut saluran cairan bola mata.


Baca juga: 13 Tips Penanganan Sindrom Mata Kering


Pengobatan Glaukoma

Pada dasarnya, pengobatan glaukoma bertujuan untuk mengurangi tekanan intraokular, yakni tekanan yang ada di dalam bola mata dan menjaga fungsi penglihatan. Sebab kerusakan oleh glaukoma bersifat permanen dan tidak dapat dipulihkan. Meski demikian, pengobatan dan pemeriksaan mata secara rutin dapat memperlambat dan mencegah hilangnya penglihatan secara menyeluruh.


Pertimbangan untuk melakukan pengobatan akan disesuaikan dengan jenis, keparahan dan keluhan pasien, sekaligus mempertimbangkan kondisi kesehatannya. Secara umum, berikut ini adalah beberapa pengobatan glaukoma yang akan diberikan dokter spesialis mata, yaitu:


  • Obat tetes mata, seperti miotic atau cholinergic, prostaglandin, carbonic anhydrase inhibitor, beta blocker, untuk mengurangi tekanan dan memperbaiki aliran cairan mata yang tersumbat
  • Obat minum, seperti obat penghambat karbonik anhidrase, berfungsi untuk mengurangi tekanan mata berlebih
  • Tindakan operasi, seperti terapi laser, operasi trabeculectomy, implan dan operasi glaukoma invasif minimal, akan dianjurkan oleh dokter jika obat-obatan yang sudah diresepkan tidak bisa mengatasi glaukoma. Dokter akan menentukan metode operasi yang sesuai dengan kondisi Anda


Baca juga: Kenali dan Atasi Alergi pada Mata


Komplikasi Glaukoma

Glaukoma perlu mendapatkan penanganan dan pengobatan segera, khususnya jenis glaukoma sudut tertutup. Sebab tanpa penanganan dan pengobatan yang tepat, glaukoma bisa menyebabkan komplikasi berupa kehilangan penglihatan sebagian, hingga kebutaan yang terjadi secara permanen.


Pencegahan Glaukoma

Tidak ada tindakan yang sepenuhnya efektif dalam mencegah penyakit glaukoma. Namun, ada beberapa hal yang bisa Anda lakukan untuk mengurangi risiko terkena glaukoma, yaitu:


  • Melakukan pemeriksaan mata secara teratur, khususnya jika Anda memiliki riwayat keluarga yang mengidap glaukoma
  • Melakukan kontrol rutin bila mengalami diabetes dan hipertensi
  • Memakai kacamata pengaman untuk mencegah terjadinya cedera mata


Glaukoma merupakan penyakit berbahaya karena bisa menimbulkan kebutaan jika tidak diatasi sedini mungkin. Sayangnya, penyakit ini tidak menimbulkan gejala pada tahap awal. Kebanyakan penderita glaukoma justru baru melakukan pemeriksaan ke dokter ketika gejala glaukoma sudah berkembang cukup parah.


Oleh sebab itu, Anda sangat dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan rutin ke dokter spesialis mata di RS Pondok Indah cabang terdekat tiap 5-10 tahun sekali bagi Anda yang berusia 40 tahun, dan tiap 2-4 tahun sekali jika Anda berusia di atas 40 tahun. 


Pemeriksaan mata yang dilakukan secara berkala bisa membantu dokter mendeteksi penyakit glaukoma sedini mungkin sehingga penyakit ini bisa lebih terkontrol dan gejala yang Anda alami akan sedikit berkurang serta mencegah terjadinya kebutaan.


Baca juga: Agar Pandangan Selalu Prima



FAQ


Apakah Glaukoma dan Katarak Berbeda?

Glaukoma dan katarak adalah dua kondisi yang menyebabkan gangguan penglihatan, tetapi kedua kondisi ini berbeda. Gangguan penglihatan yang terjadi akibat glaukoma disebabkan oleh kerusakan saraf optik. Sedangkan pada katarak, gangguan penglihatan terjadi karena kekeruhan lensa mata.


Apakah Pengobatan Glaukoma Seumur Hidup?

Pengobatan glaukoma biasanya harus dijalani seumur hidup penderitanya. Sebab tujuan pengobatan glaukoma adalah menjaga kemampuan penglihatan dengan mengontrol tekanan dalam bola mata agar tidak terjadi kerusakan saraf optik lebih lanjut.


Bagaimana Glaukoma Didiagnosis pada Anak-Anak?

Diagnosa glaukoma pada anak dilakukan melalui pemeriksaan mata lengkap, termasuk pengukuran tekanan intraokular, pemeriksaan saraf optik, bahkan dokter mungkin akan melanjutkan dengan menyarankan pemeriksaan CT-Scan atau MRI mata untuk mengevaluasi kondisi retina. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi tanda-tanda kerusakan saraf dan peningkatan tekanan bola mata.


Aktivitas Apa yang Harus Dihindari Pasien Glaukoma?

Pasien glaukoma sebaiknya menghindari aktivitas yang dapat meningkatkan tekanan intraokular, salah satunya dengan membungkuk maupun mengangkat beban berat. Selain itu, penderita glaukoma juga harus menghindari stres berlebihan, konsumsi alkohol berlebih, dan merokok karena dapat memperburuk kondisi mata.



Referensi:

  1. Hsu E, Desai M. Glaucoma and systemic disease. Life. 2023. (https://www.mdpi.com/2075-1729/13/4/1018). Diakses pada 21 April 2025.
  2. National Health Service UK. Glauoma. (https://www.nhs.uk/conditions/glaucoma/). Direvisi terakhir 26 Februari 2024. Diakses pada 21 April 2025.
  3. Cleveland Clinic. Glaucoma. (https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/4212-glaucoma). Direvisi terakhir 12 November 2024. Diakses pada 21 April 2025.
  4. Cleveland Clinic. Aqueous Humor & Vitreous Humor. (https://my.clevelandclinic.org/health/body/24611-aqueous-humor-vitreous-humor). Direvisi terakhir 21 Desember 2022. Diakses pada 21 April 2025.
  5. Cleveland Clinic. Eye Injury. (https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/eye-injury#symptoms-and-causes). Direvisi terakhir 14 Mei 2024. Diakses pada 21 April 2025.
  6. Cleveland Clinic. Ophthalmologist. (https://my.clevelandclinic.org/health/articles/22159-ophthalmologist). Direvisi terakhir 11 Agustus 2024. Diakses pada 21 April 2025.
  7. Mayo Clinic. Glaucoma. (https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/glaucoma/symptoms-causes/syc-20372839). Direvisi terakhir 5 November 2024. Diakses pada 21 April 2025.
  8. Mayo Clinic. Uveitis. (https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/uveitis/symptoms-causes/syc-20378734). Direvisi terakhir 7 Mei 2023. Diakses pada 21 April 2025.
  9. American Academy of Ophthalmology. Understanding Glaucoma: Symptoms, Causes, Diagnosis, Treatment. (https://www.aao.org/eye-health/diseases/what-is-glaucoma). Direvisi terakhir 29 Oktober 2024. Diakses pada 21 April 2025.