By Tim RS Pondok Indah
Gejala epilepsi tak hanya kejang hebat. Sensasi aneh, kedutan lokal, atau kebingungan pasca-kejang juga patut diwaspadai. Simak selengkapnya!
Epilepsi adalah kondisi neurologis yang lebih umum daripada yang kita duga. Di sekitar kita, mungkin ada keluarga, teman, atau rekan kerja yang hidup dengan kondisi ini. Kejang epilepsi bisa terlihat menakutkan, tetapi dengan pemahaman yang baik, kita semua bisa menjadi penolong yang efektif.
Kejang tonik-klonik merupakan jenis yang paling dikenal. Penderita akan mengalami fase tubuh kaku (tonik) secara tiba-tiba, diikuti gerakan menyentak (klonik) pada lengan dan kaki. Selama kejang, kesadaran umumnya hilang sepenuhnya, dan tidak jarang disertai dengan gigi terkunci, mulut berbusa, atau bahkan lidah tergigit. Dalam beberapa kasus, penderita mungkin juga mengalami inkontinensia urine. Kejang ini biasanya berlangsung selama 1-3 menit, tetapi dapat terasa lebih lama bagi orang yang menyaksikannya.
Kejang absans lebih sering terjadi pada anak-anak dan sering kali tidak disadari karena gejalanya yang ringan. Penderita akan terlihat seperti melamun dengan tatapan kosong selama beberapa detik, terkadang disertai gerakan kecil seperti mengedipkan mata atau menggerakkan bibir. Mereka tidak merespons ketika diajak bicara atau dipanggil namanya. Kejang ini dapat terjadi puluhan kali dalam sehari dan sering disalahartikan sebagai gangguan konsentrasi.
Kejang fokal terjadi ketika aktivitas listrik abnormal terbatas pada area tertentu di otak. Gejalanya sangat bervariasi tergantung pada bagian otak yang terpengaruh. Beberapa penderita mengalami kedutan pada satu sisi wajah, lengan, atau kaki, sementara yang lain merasakan sensasi aneh seperti kesemutan, munculnya bau atau rasa tertentu yang tidak nyata, atau bahkan perubahan emosi tiba-tiba seperti rasa takut atau marah tanpa alasan yang jelas. Pada kasus tertentu, penderita tetap sadar selama kejang (fokal sadar), tetapi ada juga yang mengalami penurunan kesadaran (fokal dengan gangguan kesadaran).
Setelah kejang berakhir, penderita biasanya memasuki fase pemulihan yang disebut fase postiktal. Pada fase ini, mereka mungkin mengalami kebingungan, disorientasi, atau kesulitan mengingat kejadian yang baru saja terjadi. Beberapa penderita mengeluh sakit kepala hebat, kelelahan ekstrem, atau bahkan kesulitan berbicara sementara. Fase ini dapat berlangsung dari beberapa menit hingga beberapa jam, tergantung pada intensitas kejang yang dialami.
Langkah pertama yang paling penting adalah tetap tenang dan segera mengamankan area sekitar penderita. Longgarkan pakaian yang ketat, terutama di sekitar leher, untuk memudahkan pernapasan. Jika memungkinkan, baringkan penderita di permukaan yang rata dan jauhkan benda-benda keras atau tajam yang berpotensi melukai. Posisikan tubuh penderita dalam posisi menyamping (recovery position) untuk mencegah tersedak jika terjadi muntah atau air liur berlebihan.
Sering kali muncul keinginan untuk memasukkan benda ke dalam mulut penderita dengan alasan mencegah lidah tergigit. Namun, tindakan ini justru berbahaya karena dapat menyebabkan cedera pada gigi atau saluran napas. Selain itu, hindari menahan gerakan kejang karena dapat meningkatkan risiko patah tulang atau cedera otot. Jangan memberikan minuman atau makanan sampai penderita benar-benar pulih kesadarannya, karena berisiko menyebabkan tersedak.
Sambil memberikan pertolongan, catat waktu mulai dan berakhirnya kejang. Kejang yang berlangsung lebih dari lima menit atau terjadi berulang tanpa pemulihan kesadaran di antaranya (status epileptikus) merupakan kondisi darurat medis yang membutuhkan penanganan segera. Dalam situasi seperti ini, segera hubungi layanan gawat darurat atau bawa penderita ke rumah sakit terdekat.
Setelah kejang berakhir, tetaplah berada di samping penderita sampai mereka benar-benar pulih. Berbicaralah dengan suara lembut dan tenang untuk membantu mengurangi kebingungan atau ketakutan yang mungkin mereka rasakan. Biarkan penderita beristirahat cukup karena kejang dapat menguras energi secara signifikan. Jika penderita belum pernah didiagnosis epilepsi sebelumnya, sangat disarankan untuk mendorong mereka berkonsultasi dengan dokter spesialis neurologi.
Jika Anda atau seseorang di sekitar Anda mengalami kejang untuk pertama kalinya, segera cari bantuan medis. Demikian pula jika frekuensi kejang meningkat tanpa penyebab yang jelas, atau jika kejang disertai dengan demam tinggi, cedera kepala, atau gangguan pernapasan.
Jangan tunda untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis neurologi! Diagnosis yang tepat melalui pemeriksaan EEG, MRI, atau tes lain akan membantu menentukan jenis epilepsi dan pengobatan yang sesuai, seperti pemberian obat anti kejang, terapi stimulasi saraf, atau modifikasi gaya hidup. Dengan penanganan yang tepat, sebagian besar penderita epilepsi dapat menjalani kehidupan yang produktif dan berkualitas.
Tidak selalu. Beberapa jenis epilepsi justru tidak menunjukkan kejang khas. Misalnya, kejang absans hanya menyebabkan penderita "blank" sesaat, sementara kejang fokal sederhana mungkin hanya memicu kedutan jari atau perubahan emosi tiba-tiba. Ada juga kejang atonik yang membuat otot tiba-tiba lemas (misalnya kepala terjatuh ke depan). Jadi, epilepsi tidak identik dengan kejang hebat.
Pertama, jangan panik. Baringkan penderita di tempat aman, jauhkan benda tajam/keras, dan longgarkan pakaian di leher. Miringkan tubuhnya ke samping (posisi recovery) untuk mencegah tersedak. Jangan memasukkan apapun ke mulut atau menahan gerakannya. Catat durasi kejang—jika lebih dari 5 menit atau terjadi berulang tanpa sadar, segera bawa ke UGD. Setelah kejang, temani penderita sampai pulih sepenuhnya.
Ya, lidah atau pipi bagian dalam bisa tergigit akibat kontraksi otot rahang selama kejang. Namun, jangan pernah memasukkan jari atau sendok ke mulut penderita! Tindakan ini justru berisiko melukai mulut atau mematahkan gigi. Posisikan penderita miring untuk mengurangi risiko tersedak, dan biarkan kejang berlangsung alami. Jika lidah tergigit, bersihkan darah dengan hati-hati setelah kejang selesai.
Tidak boleh. Memberikan air atau obat saat kejang berlangsung berisiko menyebabkan tersedak atau masuknya cairan ke paru-paru (aspirasi). Tunggu hingga penderita benar-benar sadar dan mampu menelan dengan baik. Jika kejang sudah berhenti tetapi penderita masih bingung, tawarkan air sedikit demi sedikit sambil memastikan ia bisa meneguk dengan aman.
Segera cari bantuan medis jika:
Tetap tenang dan temani penderita. Bantu ia beristirahat dalam posisi nyaman karena tubuh biasanya sangat lelah. Jika penderita bingung, jelaskan dengan kalimat sederhana apa yang terjadi ("Kamu baru saja kejang, sekarang sudah aman"). Jangan memaksa berdiri—biarkan ia pulih perlahan. Catat detail kejang (waktu, gejala, durasi) untuk laporan ke dokter.
Referensi: