Perlemakan Hati: Salah Satu Sindrom Metabolik

Kamis, 29 Agustus 2024

RSPI Facebook linkRSPI twitter linkRSPI Linkedin link
RSPI link

Perlemakan hati adalah penumpukan lemak berlebih di hati, sering terkait dengan obesitas atau alkohol, yang bisa menyebabkan kerusakan hati jika tidak diatasi.

Perlemakan Hati: Salah Satu Sindrom Metabolik

Perlemakan hati merupakan salah satu penyakit hati yang sering terjadi selain hepatitis A, B, dan C. Dalam kasus ini, terjadi penumpukan zat lemak, terutama trigliserida, di dalam sel hati. Perlemakan hati dapat menyerang segala usia, meskipun lebih banyak pada usia di atas 30 tahun. Dari data epidemiologi, perlemakan hati terjadi pada 10—35 persen populasi umum, dan mencapai 40—90 persen pada penderita obesitas.


Apa Itu Perlemakan Hati?

Perlemakan hati (steatosis hati) adalah kondisi di mana terdapat penumpukan lemak berlebih di dalam sel-sel hati. Hal ini dapat terjadi akibat konsumsi alkohol yang berlebihan, obesitas, diabetes, atau gangguan metabolisme lainnya. Meskipun sering kali tidak menimbulkan gejala pada tahap awal, perlemakan hati dapat berkembang menjadi kondisi yang lebih serius seperti peradangan hati (steatohepatitis), sirosis, atau bahkan kanker hati jika tidak ditangani dengan baik.


Penyebab Perlemakan Hati

Penyebab dan faktor risiko perlemakan hati bermacam-macam, di antaranya sindrom metabolik yang terdiri atas dyslipidemia (kelainan lemak darah kolesterol dan trigliserida), diabetes, dan obesitas.


Faktor lainnya adalah penggunaan rutin beberapa obat jantung dan kemoterapi. Asupan makanan yang banyak mengandung lemak, tinggi karbohidrat, serta konsumsi alkohol yang belebihan (alkoholik) merupakan faktor pencetus yang paling sering terjadi pada perlemakan hati.


Untuk kasus di Indonesia, perlemakan hati yang umum terjadi tentunya bukanlah jenis alkoholik (Non Alcoholic Fatty Liver Disease/NAFLD) karena sebagian besar masyarakatnya bukanlah alkoholik.


Perlemakan hati jenis ini mempunyai derajat berat yang berbeda. Derajat ringan yang hanya berupa perlemakan hati saja dikenal dengan steatosis, sedangkan yang lebih berat dikenal dengan Non Alcoholic Steatohepatitis/NASH.


Jenis ini dapat menyebabkan peradangan atau inflamasi sel hati, bahkan kematian sel hati, yang akhirnya membentuk jaringan parut (fibrosis) hati. Proses peradangannya dapat berlanjut dalam kurun 10—20 tahun dan menjadi pengerasan serta pengecilan hati yang sering dikenal dengan istilah sirosis.


Kelanjutannya akan membuat kerusakan hati menjadi permanen, tidak berfungsi dengan baik, bahkan menimbulkan kanker hati.


Gejala Perlemakan Hati

Gejala yang mungkin timbul adalah rasa tidak nyaman atau terkadang nyeri pada perut kanan atas, disertai cepat lelah, lesu, dan lemas. Pada keadaan berat, dapat menyebabkan berat badan menurun.


Berikut merupakan beberapa gejala perlemakan hati yang mungkin terjadi:


1. Kelelahan Berlebihan

Salah satu gejala awal perlemakan hati adalah kelelahan yang berlebihan tanpa alasan yang jelas. Rasa lelah ini sering kali tidak hilang meskipun sudah beristirahat cukup.


2. Nyeri atau Ketidaknyamanan di Perut

Perlemakan hati bisa menyebabkan nyeri atau ketidaknyamanan di bagian kanan atas perut, tepat di bawah tulang rusuk. Rasa nyeri ini bisa ringan atau berat, tergantung pada tingkat keparahan kondisi.


3. Pembesaran Hati

Dalam beberapa kasus, hati bisa membesar, menyebabkan pembengkakan yang terasa di sisi kanan perut. Pembesaran hati ini sering kali tidak menimbulkan rasa sakit, tetapi bisa menyebabkan rasa tidak nyaman.


4. Mual dan Penurunan Nafsu Makan

Mual dan penurunan nafsu makan adalah gejala lain yang sering muncul pada perlemakan hati. Kondisi ini dapat menyebabkan penurunan berat badan yang tidak disengaja.


5. Kulit dan Mata Menguning (Jaundice)

Pada kasus yang lebih parah, perlemakan hati dapat menyebabkan penyakit kuning, di mana kulit dan mata menjadi kuning. Ini adalah tanda bahwa hati tidak berfungsi dengan baik.


6. Gatal-gatal pada Kulit

Beberapa orang dengan perlemakan hati mungkin mengalami gatal-gatal pada kulit tanpa sebab yang jelas. Ini bisa menjadi tanda adanya permasalahan pada hati yang memerlukan perhatian medis segera.


Pemeriksaan Perlemakan Hati

Perlemakan hati sering diketahui pada saat pemeriksaan kesehatan tahunan yang ditandai oleh pemeriksaan laboratorium fungsi hati, yaitu meningkatnya SGOT dan SGPT tanpa adanya sebab lain seperti hepatitis.


Pada pemeriksaan fisik, dapat ditemukan bentuk hati yang membesar. Ultrasonografi (USG) abdomen, CT-scan, dan MRI abdomen dapat pula dijadikan pemeriksaan penunjang. Untuk memastikan adanya perlemakan hati, terutama adanya NASH, diperlukan tindakan biopsi hati atau pengambilan jaringan hati, meskipun tidak lazim dilakukan.


Penatalaksanaan perlemakan hati bergantung pada faktor risikonya. Jika disebabkan sindrom metabolik, maka penurunan berat badan dan kadar lemak serta gula darah menjadi sangat penting untuk memperlambat perjalanan penyakit.


Perubahan ke gaya hidup lebih sehat mutlak diperlukan. Berat badan diharapkan turun setengah kilogram perminggu secara bertahap dan terkontrol. Diet yang disarankan adalah rendah lemak dan karbohidrat, namun tinggi protein.


Selain itu, alkohol pun harus dihindari. Olahraga teratur juga sangat dianjurkan bersamaan dengan diet. Beberapa obat untuk menurunkan kadar lemak darah dan diabetes terbukti dapat memperbaiki perlemakan hati. Selain itu, pemberian antioksidan terutama vitamin E juga bermanfaat.


Perlemakan hati merupakan penyakit yang semakin sering terjadi. Diperlukan deteksi dini, penatalaksanaan yang tepat dengan mengobati faktor risiko, dan perubahan gaya hidup yang lebih sehat untuk menghindarinya.