Teknologi Operasi Sendi Lutut

Kamis, 14 Maret 2024

RSPI Facebook linkRSPI twitter linkRSPI Linkedin link
RSPI link

Pengapuran sendi (osteoarthritis) tidak sama dengan pengeroposan tulang (osteoporosis)

Teknologi Operasi Sendi Lutut

Osteoporosis adalah penyakit tulang. Osteoporosis tidak pernah menimbulkan rasa nyeri, kecuali jika terjadi patah tulang. Sementara, pengapuran adalah penyakit di dalam sendi.

Pengapuran tulang selalu menimbulkan nyeri, terutama di sendi lutut.


Pengapuran pada sendi lutut biasanya akan timbul pada usia lebih dari 50 tahun. Pengobatan pengapuran (osteoarthritis) sendi lutut sangat beragam, tergantung dari tingkat keparahan pengapuran itu sendiri. 


Ada dua faktor yang sangat berpengaruh untuk terjadinya pengapuran sendi lutut, yakni usia (lebih dari 50 tahun) dan berat badan (gemuk). Bila pengobatan tidak memberikan hasil yang memuaskan, kadang-kadang diperlukan tindakan pembedahan/operasi. 


Operasi untuk pengapuran sendi lutut yang sederhana adalah arthroscopy atau sering dikenal sebagai operasi ‘teropong sendi lutut’. Operasi ini akan membersihkan ‘kotoran’ atau ‘debri’ yang dihasilkan oleh proses pengapuran. 


Baca juga: Lutut Sehat, Mobilitas Lancar


Pada kasus pengapuran lanjut, seringkali pasien terpaksa harus menjalani operasi total knee arthroplasty (TKA) atau ‘ganti sendi lutut’ agar dapat kembali melakukan aktivitasnya.


Operasi penggantian lutut total bukanlah hal baru. Operasi ini telah dipraktikkan di seluruh dunia selama 40 tahun, dan sekarang prosedur operasi ini telah disempurnakan ke titik di mana ratusan ribu orang setiap tahun akan kembali ke kehidupan normal tanpa rasa sakit.


Di Jakarta Knee & Shoulder Orthopedic Sport Center (JKOSC), operasi penggantian sendi lutut dilakukan dengan menggunakan sistem navigasi atau yang dikenal sebagai computer asissted surgery (CAS). Teknik CAS menggabungkan teknologi komputer canggih dengan keterampilan seorang dokter ahli bedah untuk membantu meningkatkan hasil dari operasi penggantian sendi lutut.


CAS didefinisikan sebagai operasi yang dilakukan dengan menggunakan komputer sebagai pedoman dan alat validasi. seperti pada sistem navigasi di mobil yang sekarang populer, sistem navigasi bedah memberikan ahli bedah informasi penting selama operasi. 


Sistem ini menyediakan panduan posisi yang tepat ketika memperbaiki sendi yang rusak berdasarkan anatomi pasien dan menyarankan ukuran alat yang sesuai untuk digunakan dan membantu untuk menentukan posisi yang benar.


Pada saat operasi, sistem komputer akan merekam lutut pasien secara digital dan kemudian menciptakan rekonstruksi gambar tiga dimensi yang sama dengan lutut pasien, sehingga dokter ahli bedah mendapat informasi yang tepat mengenai kondisi lutut pasien. 


Berdasarkan gambar tersebut, komputer akan memberikan simulasikan hasil operasi sebelum operasi dimulai. Dengan menggabungkan gambar digital dari lutut pasien dengan software khusus, perangkat keras komputer dapat melacak posisi tepat dari lutut pasien, implan, dan instrumen dokter bedah di setiap saat selama prosedur.


Baca juga: Teknologi Operasi Sendi Lutut


Hal ini seolah-olah kaki pasien memiliki sistem pelacakan satelit menggunakan komputer untuk mengikutinya selama operasi. Dengan CAS, dokter ahli bedah tetap melakukan operasi. Komputer hanya memberikan informasi tentang kondisi lutut pasien dan memberitahu dokter ahli bedah tentang apa yang harus dilakukan. 


Mengingat bahwa geometri lutut setiap pasien berbeda, maka CAS akan sangat membantu dokter ahli bedah untuk bisa mencapai hasil yang maksimal. Banyak penelitian telah membuktikan bahwa dengan menggunakan sistem CAS, hasil operasi menjadi lebih akurat terutama dalam ‘alignment’ (tungkai menjadi lurus) dan memberikan fungsi lutut lebih baik, lutut dapat ditekuk dengan lebih baik. 


Di samping peralatan yang dipakai, keseimbangan jaringan lunak di sekitar sendi menjadi perhatian penting. Teknik CAS, secara akurat, mampu menilai keseimbangan jaringan lunak, sehingga ahli bedah mungkin tidak perlu memotong terlalu banyak jaringan lunak seperti otot, ligamen dan selama operasi.


Hal ini juga mengurangi waktu rehabilitasi dan mengembalikan pasien ke gaya hidup aktif lebih cepat.