Cedera tendon Achilles adalah kerusakan pada tendon yang menghubungkan otot betis ke tumit, sering disebabkan oleh aktivitas berlebihan atau tekanan mendadak. Simak selengkapnya!
Keluhan pada muskulosketal atau dikenal dengan sistem gerak yang terdiri dari rangka, otot, dan sendi sebagai penopang tubuh, kerap terjadi akibat cedera olahraga. Penyuka olahraga contact sport seperti basket dan sepakbola yang mengharuskan untuk banyak berlari dan melompat misalnya, sangat rentan terhadap cedera tendon Achilles.
Tendon Achilles merupakan gabungan dari tiga otot besar di betis, yaitu gastroknemius medial dan lateral, serta soleus, yang fungsi utamanya adalah mengangkat tumit kaki ke atas. Pada aktivitas berjalan saja, tendon Achilles bisa mendapatkan beban sampai dengan 125 persen berat badan, apalagi saat beraktivitas olahraga berat, seperti berlari.
Dalam contact sport, aktivitas berlari ini akan ditambah dengan trauma kontak, misalnya karena terkena tackle atau terkena sepatu pemain lain. Apabila hal ini berlangsung terus menerus, maka dapat menimbulkan kelemahan pada tendon tersebut dan mengakibatkan ruptur atau sobekan.
Baca juga: Keseleo yang Tidak Kunjung Sembuh
Penyebab utama cedera tendon Achilles adalah aktivitas fisik yang berlebihan, terutama yang melibatkan lompatan atau berlari. Olahraga seperti sepak bola, basket, dan tenis meningkatkan risiko karena tekanan yang tinggi pada tendon.
Tidak melakukan pemanasan atau peregangan yang memadai sebelum berolahraga dapat membuat tendon Achilles rentan terhadap cedera. Peregangan membantu meningkatkan fleksibilitas dan mengurangi risiko strain.
Meningkatkan intensitas atau durasi latihan secara tiba-tiba tanpa memberikan waktu adaptasi pada tendon dapat menyebabkan kelebihan beban dan berakhir pada cedera.
Sepatu olahraga yang tidak mendukung atau tidak sesuai dengan bentuk kaki dapat menyebabkan distribusi tekanan yang tidak merata pada tendon Achilles, meningkatkan risiko cedera.
Usia merupakan salah satu faktor risiko terjadinya cedera tendon Achilles. Seiring bertambahnya usia, tendon Achilles cenderung mengalami degenerasi, membuatnya lebih rentan terhadap cedera akibat berkurangnya elastisitas dan kekuatan tendon.
Beberapa kondisi medis, seperti obesitas atau diabetes, dapat meningkatkan risiko cedera tendon Achilles karena faktor-faktor seperti tekanan tambahan pada tendon atau sirkulasi darah yang kurang baik.
Baca juga: 6 Jenis Cedera Lutut dan Penanganannya
Gejala cedera tendon Achilles yang paling umum di antaranya adalah sakit luar biasa pada otot kaki bagian bawah, nyeri saat berjalan, pembengkakan pada betis, dan tidak bisa berjingkat.
Gejala utama cedera tendon Achilles adalah nyeri yang terasa di bagian belakang tumit atau sepanjang tendon, terutama saat berjalan, berlari, atau naik tangga. Nyeri tumit ini bisa tiba-tiba atau berkembang secara bertahap.
Area di sekitar tendon Achilles mungkin terlihat bengkak dan terasa kaku, terutama pada pagi hari atau setelah aktivitas fisik. Pembengkakan ini sering kali disertai dengan rasa hangat dan nyeri saat disentuh.
Cedera tendon Achilles dapat menyebabkan kelemahan pada kaki yang terkena. Akibatnya, pasien sulit berdiri maupun mengalami kesulitan berjalan. Ini bisa mengganggu mobilitas sehari-hari.
Dalam kasus cedera yang lebih parah, seperti ruptur tendon Achilles, seseorang mungkin mendengar atau merasakan sensasi "pop" atau "robek" di bagian belakang kaki. Ini sering diikuti oleh nyeri hebat dan ketidakmampuan untuk menahan beban pada kaki yang terkena.
Cedera pada tendon Achilles sering menyebabkan keterbatasan dalam gerakan pergelangan kaki, terutama dalam melakukan gerakan meluruskan atau menekuk kaki ke bawah sehingga menyebabkan kesulitan berjalan. Keterbatasan ini bisa memburuk jika cedera tidak segera ditangani.
Baca juga: Nyeri Bahu, Kenali Penyebab hingga Cara Mengatasinya
Cedera tendon Achilles memang sangat sulit untuk dicegah pada olahraga kontak. Apabila timbul nyeri pada bagian tersebut, sebaiknya segeralah istirahat untuk memberi kesempatan pada tendon untuk self-recovery.
Pengobatan cedera tendon Achilles, khususnya yang ringan, bisa dilakukan secara mandiri di rumah dengan menerapkan teknik RICE. Berikut ini adalah penjelasannya:
Baca juga: Pertolongan Pertama pada Cedera Tendon Achilles
Jika penanganan mandiri dengan teknik RICE tidak meringankan gejala yang Anda alami, maka Anda disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis kedokteran olahraga. Sebab, bisa saja Anda mengalami cedera tendon Achilles yang cukup parah. Bila tidak ditangani dengan tepat, kondisi ini berpotensi menyebabkan kerusakan permanen, bahkan membatasi gerak Anda.
Dokter akan memeriksa kondisi Anda dan memberikan penanganan sesuai dengan kondisi dan keparahan cedera yang Anda alami.
Tindakan memberi suntikan pada tendon Achilles adalah suatu hal yang tidak dianjurkan, terutama suntikan steroid. Hanya pada kasus tertentulah dapat diindikasikan penyuntikan pada selubung tendon Achilles, misalnya pada proses tendinitis Achilles, yang sebaiknya dilakukan dengan tuntunan USG muskuloskeletal.
Bila sudah terjadi sobekan total, maka akan disarankan untuk dilakukan tindakan penjahitan pada tendon tersebut. Penjahitan ini dapat dilakukan dilakukan secara minimal invasive, maupun secara konvensional, yaitu open surgery.
Jika tidak memungkinkan untuk dilakukan pembedahan, maka tindakan konservatif pun dapat dipertimbangkan, dengan dilakukan pemasangan serial gips bertahap.
Semakin cepat penanganan diberikan untuk kasus cedera tendon Achilles, akan semakin baik peluang kesembuhannya. Jadi, jangan ragu untuk memeriksakan diri ke dokter spesialis kedokteran olahraga di RS Pondok Indah.
Sport Medicine, Injury & Recovery Center (SMIRC) RS Pondok Indah - Bintaro Jaya merupakan pilihan yang tepat bagi Anda untuk menyembuhkan cedera otot yang terjadi. Tidak hanya mendapat penanganan dari dokter spesialis kedokteran olahraga yang kompeten, tim medis di SMIRC akan mengoptimalkan proses pemulihan, sesuai dengan kondisi kesehatan dan kebutuhan Anda.
Baca juga: Mengenal Cedera Engkel, Penyebab Serta Cara Menanganinya
Tendon Achilles yang terasa sakit biasanya disebabkan oleh cedera, overuse (penggunaan berlebihan), atau peradangan (tendinitis). Aktivitas fisik berat seperti lari atau melompat dapat memberikan tekanan berlebih pada tendon dan menyebabkan rasa sakit muncul.
Waktu pemulihan cedera tendon Achilles tergantung pada tingkat keparahannya. Cedera ringan biasanya dapat sembuh dalam 1-3 bulan dengan istirahat, terapi fisik, dan perawatan. Namun, cedera berat seperti robekan dapat memakan waktu 4-6 bulan atau lebih, terutama jika membutuhkan operasi.
Tidak semua kasus cedera tendon Achilles membutuhkan operasi. Pengobatan untuk cedera tendon Achilles ringan hingga sedang biasanya hanya mencakup istirahat, terapi fisik, atau penggunaan alat penyangga. Operasi hanya diperlukan untuk kasus robekan parah atau jika terapi non-bedah gagal memperbaiki fungsi tendon.
Apabila Anda mengalami kondisi ini, Anda perlu memeriksakan diri ke dokter spesialis kedokteran olahraga. Setelah melakukan pemeriksaan, dokter akan menentukan langkah pengobatan yang tepat sesuai dengan tingkat keparahan dan kebutuhan Anda.
Tergantung jenis atau keparahan robekannya. Robekan kecil atau parsial pada tendon Achilles terkadang dapat sembuh tanpa operasi melalui perawatan konservatif seperti imobilisasi (penyangga) dan terapi fisik. Namun, robekan total biasanya memerlukan prosedur bedah untuk mengembalikan kekuatan dan fungsi tendon sepenuhnya.
Cedera tendon Achilles sebaiknya tidak dipijat sembarangan, terutama pada cedera parah atau tendon yang robek. Pemijatan justru dapat memperparah kondisi, bahkan berpotensi menyebabkan komplikasi.
Jika Anda mengalami cedera tendon Achilles, sebaiknya Anda segera berkonsultasi dengan dokter spesialis kedokteran olahraga untuk mendapatkan diagnosis dan penanganan yang tepat.