Ada beberapa pemahaman di masyarakat yang selama ini keliru. Misalnya, rajinlah minum susu atau menabung kalsium sedini mungkin agar tercegah dari silent disease yang satu ini
Misalnya, rajinlah minum susu atau menabung kalsium sedini mungkin agar tercegah dari silent disease yang satu ini. Untuk mengetahui tentang seluk beluk osteoporosis, ada baiknya Anda berkenalan terlebih dahulu.
Osteoporosis adalah penyakit tulang sistemik yang ditandai dengan penurunan densitas atau kepadatan massa tulang yang mengakibatkan tulang menjadi rapuh atau mudah patah. Penyakit ini biasanya dialami oleh wanita dan umumnya dimulai sejak memasuki masa menopause. Jadi, bagi wanita yang memasuki masa menopause, satu lagi hal yang tak boleh luput dari perhatian adalah kepadatan massa tulang. Informasi mengenai tingkat kepadatan massa tulang dapat menjadi deteksi terjadi-tidaknya osteoporosis. Terlebih, masa pasca (post) menopause dan senilis (penuaan atau usia) adalah penyebab primer dari osteoporosis.
Selain itu, ada juga penyebab sekunder, yaitu penyakit yang diderita oleh seseorang. Penyakit-penyakit yang dimaksud adalah yang menyebabkan berkurangnya penyerapan kalsium atau sebaliknya output menjadi terlalu banyak sehingga kebutuhan akan kalsium meningkat. Selain itu, penyakit hormonal yang menyebabkan terganggunya hormon estrogen dan progesteron juga bisa jadi penyebab. Untuk penyebab sekunder, meski tidak setinggi penyebab primer, tapi dapat dialami sejak usia dini.
Di luar itu, ada beberapa hal lain yang menjadi faktor risiko terjadinya osteoporosis, yaitu jenis kelamin (rasio pada wanita 6:1 dibanding pada pria), memiliki riwayat penyakit sistemik (diabetes dan ginjal), serta jarang berolahraga sejak muda. Puncak kepadatan tulang seseorang terjadi pada usia 35 tahun. Setelah melewati usia itu, kepadatan tulang akan menurun. Khusus bagi wanita, diperlukan perhatian khusus-apalagi setelah mengalami menopause. Pada masa ini, kepadatan tulang wanita menurun sekitar 1,4 persen setiap 10 tahun/dekade.
#####
Silent disease
Osteoporosis disebut silent disease karena biasanya diketahui ketika sudah terjadi patah tulang. Penderita umumnya tidak mengalami gejala yang tampak atau merasakan ketidaknyamanan sebelum terjadinya patah tulang. Patah tulang ini terjadi secara tibatiba atau akibat dari benturan yang sebenarnya tidak terlalu keras (trivial trauma). Misalnya terjatuh saat jalan biasa. Ketika terjadi patah tulang akibat kejadian ini, perlu dicurigai telah terjadi osteoporosis.
Cara terbaik untuk mengetahui adalah dengan melakukan pengecekan kepadatan tulang secara rutin. Gold standard pemeriksaan kepadatan tulang adalah dengan alat Bone Mineral Densitometry (BMD). Jika hasil pemeriksaan BMD menunjukkan ambang batas merah, orang tersebut sudah sudah masuk kategori osteoporosis. Sementara, jika menunjukkan ambang batas kuning, berarti masih tergolong osteopenia.
Saat pemeriksaan BMD, ada beberapa bagian yang biasanya menjadi fokus pemeriksaan, yaitu leher bonggol paha (neck femur), tulang belakang (lumbal-tulang pinggang), dan pergelangan tangan. Tiga titik ini yang biasanya paling mengalami penurunan kepadatan tulang.
Lalu, bagaimana cara menjaga kesehatan setelah memasuki ambang batas kuning (osteopenia) atau merah (osteoporosis)? Konsumsi kalsium dan vitamin D yang cukup untuk mempertahankan kepadatan tulang. Untuk usia lanjut, kalsium yang dibutuhkan minimal 1.200 miligram dan vitamin D 800 IU. Jika sudah masuk kategori osteoporosis, perlu konsultasi dokter untuk dilakukan terapi pengobatan khusus.
Secara umum, penanganan kasus ini terbagi dua. Jika patah yang terjadi tidak seluruhnya, dapat ditangani tanpa operasi dengan imobilisasi menggunakan skin traction untuk meminimalkan gerakan. Sedangkan pada patah keseluruhan, umumnya perlu dilakukan operasi penggantian bonggol (hip replacement) atau fiksasi internal dengan penanaman alat di dalam tubuh berupa pen/plate atau nailing.
Pertolongan pertama ketika terjatuh
Fun Fact