Tennis Elbow, Tak Hanya Dialami Petenis

Minggu, 03 Maret 2024

RSPI Facebook linkRSPI twitter linkRSPI Linkedin link
RSPI link

Meski tidak berpotensi berujung pada kondisi yang fatal, tennis elbow dapat mengganggu aktivitas harian

Tennis Elbow, Tak Hanya Dialami Petenis

Meski tidak berpotensi berujung pada kondisi yang fatal, tennis elbow dapat mengganggu aktivitas harian. Penderita akan merasa tidak nyaman dengan rasa nyeri dan keterbatasan gerak yang ditimbulkan. 


Tanpa sadar, aktivitas harian dapat menyebabkan gangguan pada tubuh. Tidak hanya ketika kita melakukan pekerjaan yang berat, seperti mengangkat beban. Gangguan pada tubuh bahkan bisa terjadi ketika kita melakukan hal-hal yang ringan. 


Penyakit yang dikenal juga dengan nama lateral epicondylitis ini merupakan kondisi nyeri pada sisi luar dari siku. Kondisi ini terjadi karena adanya pergerakan berlebihan yang menggunakan lengan maupun pergelangan tangan.


Pengulangan gerakan yang menggunakan lengan dan pergelangan tangan ini menyebabkan terjadinya peradangan di siku, sehingga timbul rasa nyeri. Dinamakan tennis elbow, karena kondisi ini kerap dialami oleh pemain tenis, meski banyak pula ditemukan kejadian pada masyarakat umum.


Dalam aktivitas harian, kita sering melakukan gerakan berulang (repetitive movements). Misal saja ketika menggergaji, mengecat, memasak, memeras pakaian, bahkan bekerja menggunakan mouse. Aktivitas–aktivitas semacam itu yang menjadi faktor risiko terjadinya tennis elbow.


Pada tahap awal, penderita tennis elbow akan merasa nyeri ringan pada siku bagian luar. Seiring waktu, intensitas nyeri pun semakin bertambah. Durasinya bisa berminggu-minggu hingga berbulan-bulan.


Gejala lain yang kerap timbul adalah melemahnya otot tangan atau merasa sakit saat melakukan gerakan memutar dengan tangan (misal membuka pintu). 


Sayangnya, kerap penderita menyepelekan kondisi tersebut. Dan lagi, karena tidak mengetahui penyebabnya, justru terus melakukan aktivitas yang sebenarnya menjadi pemicu terjadinya nyeri.


Tak jarang pula yang kemudian memilih pemijatan/urut sebagai jalan keluar. Padahal, tekanan yang diberikan saat memijat (khususnya di daerah yang terjadi peradangan) akan memperlambat proses penyembuhan.


Meski tidak berakibat fatal, tennis elbow yang tidak segera ditangani atau tidak ditangani dengan baik akan menghambat penderita dalam melakukan aktivitas harian. Terlebih, kondisi ini kerap dialami oleh orang di usia produktif (30 – 50 tahun) sehingga menimbulkan rasa tidak nyaman di tengah padatnya aktivitas yang dilakukan. 


Sadari dan Antisipasi

Saat menderita nyeri seperti ini, penting bagi penderita untuk menyadari aktivitas-aktivitas yang menyebabkan rasa nyeri tersebut. Setelahnya, ada beberapa hal yang dapat dilakukan agar rasa nyeri tidak semakin bertambah.


  • Istirahat, berhenti melakukan aktivitas yang menjadi faktor risiko terjadinya tennis elbow.
  • Gunakan tangan yang lain untuk melakukan aktivitas tersebut.
  • Hindari aktivitas dengan gerakan yang berulang.
  • Lakukan peregangan sebelum dan setelah melakukan aktivitas dengan gerakan berulang. Untuk kasus tennis elbow, peregangan dapat dilakukan dengan menekuk pergelangan tangan ke atas dan ke bawah, lalu menariknya menggunakan tangan lain. Lakukan pada kedua tangan. 


Jika intensitas nyeri semakin bertambah, yang mungkin disertai dengan munculnya gangguan beraktivitas, segera periksakan kondisi ke dokter. Pemeriksaan fisik cukup untuk mendiagnosa seseorang menderita tennis elbow.


Tapi ketika terdapat keraguan, pemeriksaan rontgen (untuk memastikan bukan arthritis atau radang sendi) dan MRI (untuk melihat apakah terjadi peradangan atau robekan pada otot) juga diperlukan.


Setelah memastikan bahwa kondisi yang dialami pasien adalah tennis elbow, penanganan awal biasanya dilakukan dengan pemberian obat anti peradangan. Terkadang juga diperlukan penyuntikan steroid ataupun PRP (platelet rich plasma) untuk mengurangi peradangan atau penanganan dengan ESWT (extracorporeal shock wave therapy).


Penanganan konservatif (tanpa operasi) untuk kasus tennis elbow memiliki angka keberhasilan yang tinggi, sekitar 80–90 persen. Tetapi, ketika selama 6–12 bulan penanganan konservatif tidak memberikan hasil memuaskan, operasi merupakan pilihan terakhir untuk dilakukan.


Operasi yang dilakukan bertujuan membersihkan jaringan radang serta memperbaiki jaringan otot jika ada yang robek.


Tentu tidak ada yang ingin mengalami rasa nyeri. Jadi, perhatikan aktivitas harian yang anda lakukan dan hindari kondisi–kondisi yang merugikan kesehatan tubuh Anda.