Jenis gangguan kesuburan pada wanita mungkin lebih familiar terdengar
Pasangan suami istri dikatakan mengalami gangguan kesuburan apabila telah melakukan hubungan intim secara teratur, sebanyak dua hingga tiga kali seminggu, tanpa penggunaan kontrasepsi, dalam kurun waktu satu tahun, namun belum berhasil mencapai kehamilan.
Gangguan kesuburan atau infertilitas dapat disebabkan oleh faktor pria, faktor wanita, ataupun gabungan dari keduanya, di luar faktor lain yang tidak bisa dijelaskan (idiopatik).
Faktor risiko gangguan kesuburan antara pria dan wanita sama, yaitu sebesar 35 persen.
Sementara 20 persennya adalah kombinasi faktor keduanya, dan 10 persen lainnya disebabkan oleh faktor yang tidak dapat dijelaskan.
Gangguan kesuburan pada wanita paling banyak disebabkan oleh masalah saluran telur, rahim, ataupun ovarium. Sementara pada pria, gangguan kesuburan dapat terjadi karena organ reproduksi yang tidak berfungsi dengan baik. Organ reproduksi tersebut terdiri dari penis, testis, epididimis, vas deferens, vesikula seminalis, dan kelenjar prostat.
Testis adalah organ yang bertugas untuk memproduksi hormon testosteron dan sperma. Sperma dapat terbentuk atas perintah dari hormon yang disebut FSH, atau folikel stimulating hormone.
Pada testis, ada bahan dasar yang disebut ‘spermatogonium’ yang akan diubah menjadi spermatosit, spermatid, serta spermatozoa. Proses pembentukan sperma tersebut akan terjadi apabila testis memiliki kadar hormon testosteron yang cukup, yang terbentuk atas perintah dari hormon LH atau luteinizing hormone.
Diperlukan temperatur sekitar 3 derajat Celcius lebih dingin dari tubuh bagi testis untuk dapat membentuk sperma dengan baik. Agar temperatur testis sempurna, testis dengan posisi bergantung dibungkus oleh skrotum yang longgar, tipis, dan berkerut-kerut, disertai thermoregulator/pengatur suhu otot kremaster yang dapat menaikkan atau menurunkan posisi testisnya.
Gangguan kesuburan pada pria dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Gangguan parameter sperma disebabkan oleh pre-testicular/kontrol testis/hormon reproduksi (hypothalamus dan hipofisa), yaitu keadaan-keadaan di luar testis yang dapat memengaruhi proses spermatogenesis, seperti kondisi endokrin yang abnormal, kelainan tiroid, serta kelainan kelenjar adrenal.
Kondisi pre-testicular juga dapat disebabkan oleh kelainan kromosom.
Selain itu, gangguan parameter sperma juga bisa terjadi akibat masalah testis itu sendiri, misalnya setelah operasi testis, ataupun terjadinya varikokel, yakni pembesaran pembuluh darah pada skrotum (pembuluh testis).
Hal ini menyebabkan turunnya produksi dan kualitas sperma, sehingga dapat menyebabkan infertilitas.
Beberapa masalah testis/testicular lainnya meliputi:
Masalah parameter sperma juga dapat disebabkan oleh post testicular atau setelah testis, yaitu apabila epididimis (organ reproduksi sebagai tempat penyimpanan dan penyaluran sperma) tersumbat, ada malfungsi sperma, tidak terbentuknya saluran vas deverens yang berfungsi untuk mengangkut sperma dari epididimis menuju kantong sperma, juga infeksi dengan tersumbatnya saluran vas deverens.
Pada post testicular juga terdapat gangguan kelenjar asesoris, seperti infeksi prostat, maupun vesikula seminalis yang salah satu fungsinya ialah memberikan energi pada sperma untuk bergerak.
Agar kesuburan pria tetap terjaga dengan baik, diperlukan organ reproduksi yang pertumbuhannya sempurna dan hormon reproduksi yang optimal. Oleh karena itu, penting untuk menjalani kebiasaan pola hidup sehat dan menjaga berat badan yang ideal.
Dengan demikian, diharapkan sperma dapat berhasil terbentuk dan bergerak ke organ reproduksi perempuan.
Jangan lupa untuk menghindari berendam di air panas, atau terpapar panas yang melebihi suhu tubuh terlalu lama, agar testis dapat bekerja dengan optimal.