Rabun dekat adalah kondisi di mana penderita kesulitan untuk melihat jarak dekat, tetapi bisa melihat jelas kalau objek dijauhkan. Ketahui selengkapnya di sini.
Mata yang normal bisa melihat pada jarak tertentu, umumnya akan lebih terlihat jelas saat objeknya didekatkan. Namun, mata seseorang yang mengalami rabun dekat justru tidak bisa memfokuskan gambar atau melihat objek dekat dengan jelas. Sebab cahaya jatuh di belakang retina, sehingga objek yang terlihat jarak dekat terlihat kabur dan buram.
Hipermetropi atau rabun dekat adalah kelainan tajam penglihatan yang menyebabkan penderitanya kesulitan melihat objek pada jarak dekat dengan jelas. Objek baru akan terlihat jelas ketika dijauhkan. Biasanya kondisi ini dialami oleh orang yang memiliki usia 40 tahun atau lebih.
Namun, rabun dekat juga sering ditemukan pada bayi dan anak-anak, yang akan kembali normal saat mereka menginjak usia 3 tahun.
Baca juga: Rabun Jauh, Ketika Pandangan Terlihat Kabur Saat Melihat Jarak Jauh
Penyebab utama rabun dekat adalah posisi cahaya yang yang masuk ke mata dan seharusnya terfokuskan tepat di retina justru terfokus ke belakang retina. Hal ini disebabkan oleh kelainan bola mata, kornea dan lensa. Bentuk bola mata yang terlalu pendek dan bentuk kornea yang kurang melengkung merupakan contoh penyebab terjadinya penyakit mata yang terkait dengan tajam penglihatan ini.
Baca juga: Sindrom Mata Kering: Ketahui Penyebab, Gejala, dan Cara Mengatasinya
Rabun dekat bisa terjadi pada semua usia, tetapi lebih banyak dialami oleh mereka yang berusia lebih dari 40 tahun. Selain karena proses penuaan, rabun dekat juga lebih berisiko dialami oleh mereka yang memiliki keturunan serupa, atau memiliki faktor genetik sebagai faktor risikonya.
Beberapa kondisi medis yang juga bisa meningkatkan risiko seseorang mengalami rabun dekat, yaitu:
Baca juga: Katarak: Berbahayakah dan Bagaimana Penanganannya?
Selain tidak bisa melihat jelas objek dengan jarak dekat, gejala hipermetropi lainnya juga banyak dikeluhkan oleh orang dewasa sebagai:
Pada anak, gejala rabun dekat bisa dikenali sebagai kesulitan membaca dan pandangan menjadi ganda ketika membaca, sebagian anak yang mengalami rabun dekat kerap kali mengalami penurunan prestasi di sekolah. Kondisi ini adalah konsekuensi anak yang malas membaca karena gejala rabun dekat yang mengganggu.
Baca juga: 13 Tips Penanganan Sindrom Mata Kering
Jika Anda mengalami gejala rabun dekat, pastikanlah dengan memeriksakan diri ke dokter spesialis mata di RS Pondok Indah cabang terdekat. Di awal pemeriksaan, dokter akan melakukan anamnesa untuk mengetahui kapan keluhan terjadi, tingkat keparahan, faktor risiko yang Anda miliki, maupun pengaruh kondisi pada aktivitas sehari-hari.
Selanjutnya, dokter akan melakukan tes mata, termasuk tes refraksi atau pemeriksaan tajam penglihatan baik menggunakan snellen chart, maupun menggunakan phoropter.
Dokter kemudian melanjutkan pemeriksaan retina untuk melihat bagian retina dan mengetahui gangguan penglihatan yang Anda alami. Selama pemeriksaan ini, dokter akan menggunakan obat tetes mata untuk melebarkan pupil mata supaya lebih banyak cahaya yang masuk ke dalam mata.
Semua hasil pemeriksaan ini akan digabungkan untuk menentukan penanganan yang sesuai bagi rabun dekat yang Anda alami.
Baca juga: Agar Pandangan Selalu Prima
Pengobatan rabun dekat bertujuan untuk membantu memfokuskan cahaya pada retina agar objek dekat terlihat lebih jelas. Berikut ini adalah beragam cara mengatasi rabun dekat yang biasa dilakukan:
Penggunaan kacamata berlensa cembung atau kacamata plus merupakan cara mengatasi rabun dekat yang paling sering dilakukan.
Penggunaan lensa kontak sering kali diinginkan oleh pasien, tetapi sebaiknya konsultasikan dengan dokter mata sebelum menggunakannya.
Pengobatan definitif untuk mengatasi mata plus adalah dengan operasi refraktif. Operasi ini dapat dilakukan dengan menggunakan sinar laser (LASIK), LASEK, dan PRK.
Dokter mata akan menentukan penanganan, termasuk metode operasi yang sesuai dengan kondisi Anda.
Komplikasi rabun dekat dapat terjadi jika kondisi ini tidak segera ditangani. Beberapa komplikasi hipermetropi yang mungkin terjadi antara lain:
Oleh karena itu, penting untuk segera memeriksakan diri ke dokter spesialis mata jika Anda mengalami gejala rabun dekat. Penanganan yang tepat dapat mencegah komplikasi dan menjaga kualitas hidup Anda.
Baca juga: Apakah Katarak Berbahaya dan Operasi Penanganannya
Rabun dekat bukanlah gangguan mata yang bisa dicegah mengingat kondisi ini bisa disebabkan oleh faktor genetik.
Namun, beberapa tips di bawah ini bisa mengurangi risiko terjadinya rabun dekat dengan menjaga kesehatan mata:
Jika Anda mengalami gejala rabun dekat, jangan tunda untuk memeriksakan diri ke dokter spesialis mata di RS Pondok Indah cabang terdekat. Sebab, selain membuat penglihatan kurang jelas untuk melihat objek dekat, rabun dekat juga bisa menimbulkan ketidaknyamanan, seperti sakit kepala, serta terganggunya aktivitas sehari-hari.
Dengan penanganan dari dokter spesialis mata berpengalaman yang didukung fasilitas medis terkini, pelayanan kesehatan dari RS Pondok Indah cabang terdekat akan memberikan hasil yang optimal. Kesehatan Anda maupun orang terkasih pun akan lebih maksimal.
Baca juga: Hindari Gangguan Miopi pada Anak Anda
Rabun dekat (hipermetropi) adalah kondisi mata yang kesulitan melihat objek pada jarak dekat dengan jelas, sedangkan rabun jauh (miopi) adalah kebalikan, di mana mata sulit melihat objek jauh pada jarak normal.
Penyebab utama kedua kondisi ini adalah kelainan bentuk bola mata atau kelenturan lensa. Keduanya dapat dikoreksi dengan kacamata atau operasi mata.
Rabun dekat umumnya dialami oleh orang yang berusia di atas 40 tahun. Kondisi ini terjadi karena elastisitas lensa mata berkurang seiring bertambahnya usia, sehingga mata sulit fokus pada objek dekat. Rabun dekat adalah bagian alami dari proses penuaan dan dapat diatasi dengan kacamata atau operasi mata.
Mata rabun dekat di usia muda seringkali disebabkan oleh faktor genetik dan kebiasaan buruk seperti terlalu lama menatap layar gadget, membaca dalam cahaya redup, atau kurang istirahat mata. Selain itu, pola hidup tidak sehat seperti kurangnya asupan nutrisi untuk mata dan jarang beraktivitas di luar ruangan turut memperburuk kondisi kesehatan mata.
Referensi: