Demam berdarah pada anak bisa sembuh dengan langkah penanganan yang tepat. Jangan lengah, mari simak penjelasan fase DBD dan cara penanganan DBD pada anak di sini!
Demam berdarah dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit yang kerap muncul pada peralihan musim hujan ke musim kemarau. Penyakit ini disebabkan oleh virus dengue yang ‘dibawa’ oleh nyamuk Aedes aegypti dan ditandai dengan gejala, seperti demam tinggi yang dapat disertai dengan mual dan muntah, sakit kepala, nyeri di belakang mata, nyeri otot, nyeri sendi, munculnya bercak merah pada kulit, hingga perdarahan.
Walaupun termasuk self-limiting disease atau penyakit yang dapat sembuh dengan sendirinya, tak jarang penyakit DBD menimbulkan korban jiwa jika tidak cepat ditangani. Terlebih lagi jika pasien DBD telah memasuki fase berbahaya, dan terjadi pada anak-anak berusia lebih kecil yang belum dapat mengutarakan kondisi mereka. Karena itu, orang tua harus mengenali tanda-tanda DBD pada anak dan cara mengatasi penyakit ini.
Demam berdarah pada anak bisa sembuh dengan penanganan yang tepat. Dengue fever atau demam berdarah sendiri merupakan self-limiting disease atau penyakit yang dapat sembuh dengan sendirinya.
Pada kasus ringan, anak yang mengalami demam berdarah mungkin dapat sembuh tanpa pengobatan khusus. Namun, pada anak yang lebih muda, DBD berpotensi mengancam jiwa jika tidak ditangani dengan tepat. Oleh sebab itu, diagnosis dini dan penanganan yang cepat sangatlah penting untuk mengatasi demam berdarah pada anak.
Orang tua harus selalu waspada akan penyebaran penyakit ini. Pemahaman gejala demam berdarah pun sangatlah penting agar orang tua bisa langsung berkonsultasi dengan dokter spesialis anak bila si Kecil mulai menunjukkan tanda-tanda demam berdarah.
Baca juga: 6 Gejala dan Fase Demam Berdarah (DBD) yang Tidak Boleh Diabaikan!
Memahami tiga fase DBD dapat membantu Anda mengenali gejala DBD pada si Kecil. Dengan begitu, Anda bisa langsung sigap dan memeriksakannya ke dokter.
Berikut ini adalah penjelasan mengenai ketiga fase DBD:
Satu hingga tiga hari pertama disebut sebagai fase demam atau fase febrile tanpa perdarahan. Pada fase ini, kebanyakan orang tua sulit membedakan DBD dengan penyakit lain, seperti infeksi virus lain, termasuk flu atau pilek. Penanda adanya infeksi dalam tubuh biasanya memang diawali dengan demam. Namun, demam yang dialami penderita DBD tidak disertai gejala seperti batuk, bersin, atau gangguan pernapasan.
Justru, anak yang menderita DBD akan mengalami demam tinggi disertai dengan sakit kepala, nyeri sendi, dan bercak merah pada kulit di fase ini. Namun, untuk membedakan demam berdarah dengue dengan penyakit lainnya, anak harus menjalani pemeriksaan darah, yakni pemeriksaan antigen NS1 dengue.
Setelah memasuki hari 4-5, demam cenderung turun. Di sinilah penderita DBD mulai memasuki fase kritis. Kebanyakan orang tua tidak mewaspadai fase ini ketika demam turun. Banyak yang mengira si Kecil sudah mulai sembuh.
Padahal, pada fase ini risiko terjadinya syok jauh lebih besar. Selain itu, dapat terjadi pula penurunan trombosit lebih jauh yang ditandai dengan perdarahan, seperti mimisan, gusi berdarah atau timbul bintik-bintik merah pada kulit.
Pada fase kritis terjadi perembesan plasma dari pembuluh darah sehingga terjadi peningkatan kekentalan darah atau hematokrit. Ini adalah hal yang penting diwaspadai. Pada fase ini, Si Kecil perlu banyak cairan dengan banyak minum atau pemberian cairan infus.
Jika kebutuhan cairan tidak tercukupi, risiko si Kecil mengalami syok yang dapat membahayakan jiwa akan meningkat. Apalagi jika syok tidak teratasi dalam waktu cepat, kemungkinan akan terjadi komplikasi perdarahan hebat yang akan sulit diatasi.
Perdarahan bukan hanya disebabkan jumlah trombosit yang sangat menurun, tetapi juga disebabkan gangguan fungsi pembekuan darah. Risiko lain yang dapat terjadi pada fase kritis ini, yaitu gangguan fungsi hati, gangguan fungsi ginjal, maupun organ lainnya yang bisa berujung pada gangguan kesadaran.
Kondisi ini dapat terjadi pada kurang lebih 30 persen kasus dengue berat. Pada umumnya, kasus DBD yang ditangani dengan kecukupan cairan dengan baik akan terhindar dari kemungkinan terjadinya komplikasi yang berat. Inilah alasan pentingnya perawatan di rumah sakit.
Fase ketiga adalah fase pemulihan atau penyembuhan, yang biasanya terjadi pada hari ke 6-7. Pada fase ini demam sudah mulai turun, kondisi tubuh pun perlahan membaik. Untuk mempercepat proses penyembuhan si Kecil, pilih asupan nutrisi yang baik untuk meningkatkan daya tahan tubuh, termasuk kadar trombosit.
Baca juga: 15 Makanan untuk Menaikkan Trombosit yang Mudah Ditemukan
Demam berdarah dapat membahayakan kondisi anak. Oleh karena itu, orang tua harus mengetahui cara pertolongan pertama apabila sang buah hati diduga mengalami DBD.
Pada awalnya, anak mungkin hanya menunjukkan gejala demam seperti pada penyakit lain. Di tahap ini, orang tua dapat memberikan anak parasetamol sesuai dosis yang dianjurkan untuk penyembuhan demam dan mengurangi nyeri.
Tetap pantau kondisi anak dan kemunculan gejala lainnya. Apabila anak tidak batuk atau pilek, tetapi mulai mengeluh badannya terasa pegal, mual, atau sakit kepala, ada potensi anak sedang terinfeksi virus dengue.
Selain itu, perhatikan juga perubahan warna kulit anak. Ruam merah yang tidak gatal dan tidak hilang saat ditekan merupakan salah satu tanda khas sakit DBD.
Jangan lupa untuk mengecek dan mencatat suhu tubuh anak secara berkala. Jika panas tidak kunjung turun meski telah diberi obat penurun panas, segera periksakan dirinya ke dokter spesialis anak.
Anak yang demam dan diduga mengalami DBD rentan dehidrasi. Oleh sebab itu, pastikan Anda menjaga agar kebutuhan cairan Si Kecil terpenuhi.
Berikan air putih, oralit, atau cairan rehidrasi sesuai anjuran untuk mencegah dehidrasi. Jangan memberi minuman berenergi tinggi atau minuman manis berlebihan karena bisa memperburuk kondisi.
Meskipun setiap penyakit biasanya memiliki gejala khas masing-masing, tetapi untuk membedakan demam berdarah dengue dengan penyakit lainnya hanya dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan darah, yakni pemeriksaan antigen NS1 dengue.
Jadi, jangan tunggu terlalu lama apabila Si Kecil demam tinggi. Segeralah berkonsultasi dengan dokter spesialis anak untuk memastikan diagnosisnya. Dengan begitu, dokter dapat memberikan penanganan medis yang tepat.
Baca juga: 14 Makanan untuk DBD yang Perlu Dikonsumsi agar Cepat Pulih
Mengingat gejala DBD di fase awal menyerupai flu dan penyakit ringan lainnya, orang tua harus selalu waspada apabila si Kecil demam. Terus pantau kondisi anak dan perhatikan gejala lain yang mungkin muncul.
Jika demam anak tidak kunjung turun meskipun sudah diberikan parasetamol, atau semakin tinggi, segera konsultasikan ke dokter spesialis anak di RS Pondok Indah terdekat.
Selain itu, perhatikan juga gejala-gejala lain yang muncul. Segera bawa anak ke dokter apabila ia menunjukkan tanda-tanda berikut ini:
Selain itu, jangan lengah sekalipun demam anak sudah turun setelah 3-4 hari, karena anak bisa saja mulai memasuki fase kritis DBD. Tanpa penanganan, demam berdarah dengue pada fase ini dapat berakibat fatal.
Penanda adanya infeksi dalam tubuh biasanya memang diawali dengan demam. Meskipun umum terjadi, orang tua tidak boleh lengah bila si Kecil mengalami demam. Sebab demam pada anak bisa menjadi tanda awal dari berbagai penyakit, termasuk DBD yang memerlukan perhatian segera.
Jika anak Anda menunjukkan gejala demam tinggi yang tidak kunjung reda, segera bawa anak ke dokter spesialis anak di RS Pondok Indah terdekat untuk menjalani pemeriksaan dan menerima penanganan yang tepat. Di RS Pondok Indah, tim medis kami akan memberikan perawatan yang komprehensif, agar anak dapat cepat pulih dengan tetap merasa nyaman.
Baca juga: Mari Cegah Demam Berdarah dengan Vaksin DBD
Jika anak terkena dengue fever atau demam berdarah, segera periksakan dirinya ke dokter spesialis anak untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut. Pastikan anak minum dengan cukup, istirahat total, dan menjalani pengobatan sesuai dengan anjuran dokter
Agar cepat sembuh dari demam berdarah, anak harus banyak minum air putih sebagai upaya pencegahan dehidrasi, istirahat total, dan makan makanan bergizi. Periksakan anak ke dokter spesialis anak untuk pemantauan trombosit dan pengobatan yang sesuai.
Anak yang terkena DBD disarankan banyak makan makanan bergizi seperti buah-buahan (jeruk, pepaya), sayuran, dan makanan berprotein tinggi seperti telur atau daging ayam. Makanan-makanan tersebut dapat membantu meningkatkan daya tahan tubuh dan produksi trombosit. Pastikan juga asupan cairan anak terpenuhi dengan minum air putih yang cukup, guna menjaga tubuh tetap terhidrasi.