Oleh Tim RS Pondok Indah
Kenali 4 penyebab utama DBD: gigitan nyamuk Aedes aegypti, daya tahan tubuh lemah, riwayat infeksi sebelumnya, dan lingkungan tidak bersih. Waspadai gejalanya!
Musim hujan datang, waspadalah! Demam Berdarah Dengue (DBD) kembali mengintai kesehatan keluarga kita. Penyakit yang ditularkan melalui gigitan nyamuk ini bukan sekadar demam biasa - bisa berakibat fatal jika terlambat ditangani. Sebelum terlambat, mari kita pahami bersama apa saja penyebab utama DBD. Dengan mengetahui akar masalahnya, kita bisa melakukan pencegahan lebih efektif dan melindungi orang-orang tersayang dari ancaman penyakit berbahaya.
Nyamuk Aedes aegypti adalah pembawa utama virus dengue. Berbeda dengan nyamuk biasa, Aedes aegypti aktif di pagi dan sore hari, serta suka berkembang biak di genangan air bersih seperti bak mandi, vas bunga, atau ban bekas. Jika Anda digigit nyamuk ini, virus dengue bisa masuk ke aliran darah dan memicu infeksi.
Orang dengan daya tahan tubuh rendah (misalnya anak-anak, lansia, atau penderita penyakit kronis) lebih rentan mengalami gejala berat saat terinfeksi virus dengue. Sistem imun yang tidak kuat membuat tubuh kesulitan melawan virus, sehingga risiko komplikasi seperti perdarahan atau syok meningkat.
Jika Anda pernah terkena DBD sebelumnya, risiko terkena lagi justru lebih tinggi. Pasalnya, ada 4 tipe virus dengue (DEN-1 hingga DEN-4). Infeksi ulang dengan tipe berbeda bisa memicu reaksi imun berlebihan, yang memperparah gejala.
Tempat tinggal dengan banyak genangan air atau sampah yang menumpuk menjadi sarang ideal bagi nyamuk Aedes. Daerah padat penduduk dengan sanitasi buruk juga mempercepat penyebaran DBD. Mulai sekarang, pastikan rumah Anda bebas dari tempat berkembang biak nyamuk!
Waspadai tanda-tanda DBD pada diri Anda atau orang tersayang! Jika muncul demam yang tiba-tiba sangat tinggi, pegal-pegal tak biasa, atau muncul bercak merah di kulit, segeralah periksakan ke dokter spesialis penyakit dalam. Tindakan cepat dapat menghindarkan dari bahaya komplikasi yang lebih parah. Jangan menunggu sampai keadaan semakin memburuk.
Daerah kumuh biasanya memiliki sanitasi buruk dan banyak genangan air yang tidak dikelola dengan baik. Contohnya: sampah menumpuk, ban bekas berisi air hujan, atau saluran air tersumbat. Nyamuk Aedes suka berkembang biak di air jernih yang tergenang, sehingga lingkungan kumuh menjadi "rumah ideal" bagi mereka.
Tidak. DBD bisa menyerang semua usia, tapi anak-anak dan lansia lebih rentan mengalami gejala parah karena sistem imun yang belum kuat atau sudah menurun. Orang dengan penyakit kronis (seperti diabetes) juga berisiko lebih tinggi.
Ya! Nyamuk Aedes bertelur di air jernih yang tergenang, termasuk di ban bekas, kaleng, botol, atau pot bunga. Telur bisa menetas dalam 7–10 hari. Karena itu, membersihkan barang-barang yang bisa menampung air sangat penting untuk mencegah DBD.
Tidak. Virus dengue hanya menginfeksi manusia dan nyamuk. Hewan peliharaan tidak bisa menjadi "penyebar" DBD. Namun, tetap jaga kebersihan kandang agar tidak jadi sarang nyamuk.
Referensi: