By Tim RS Pondok Indah
Sindrom Turner adalah kelainan genetik wanita di mana kromosom X tidak lengkap atau rusak. Kondisi ini dapat mengganggu perkembangan, sehingga perlu dideteksi sedini mungkin.
Kelainan genetik terjadi ketika terdapat perubahan pada materi genetik yang berdampak pada fungsi tubuh secara keseluruhan. Salah satu kelainan genetik langka yang hanya dialami oleh perempuan adalah sindrom Turner (Turner syndrome). Kondisi ini memengaruhi sekitar 1 dari 2.500 bayi perempuan di dunia.
Meskipun jarang terdengar, Sindrom Turner menjadi perhatian medis karena berpengaruh pada pertumbuhan, perkembangan fisik, serta kesuburan penderitanya. Deteksi dini sangat penting untuk memastikan penanganan yang optimal dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
Sindrom Turner adalah kelainan kromosom pada wanita yang terjadi ketika sebagian atau seluruh kromosom X hilang. Normalnya, seorang memiliki dua kromosom X (XX), tetapi penderita Sindrom Turner hanya memiliki satu kromosom X atau terdapat bagian dari kromosom X yang hilang atau tidak lengkap.
Kelainan pada kromosom X ini akan berdampak pada perkembangan fisik dan kesehatan pasien sindrom Turner secara keseluruhan.
Baca juga: Pemeriksaan Kehamilan Tentukan Kualitas Hidup Anak
Ciri-ciri sindrom Turner dapat muncul pada berbagai tahap kehidupan orang yang mengalaminya, mulai dari sebelum lahir, setelah lahir, hingga masa remaja. Berikut ini adalah beberapa gejala sindrom Turner sesuai dengan perjalanan usianya:
Beberapa ciri-ciri sindrom Turner bisa dideteksi sejak dalam kandungan melalui pemeriksaan USG, di antaranya:
Setelah bayi perempuan dengan sindrom Turner lahir, gejala fisik kondisi ini bisa lebih terlihat, meliputi:
Pada masa remaja, gejala sindrom Turner semakin jelas dikenali, terutama terkait perkembangan seksual dan pertumbuhan fisik:
Baca juga: Pentingnya Skrining pada Bayi Baru Lahir
Sindrom Turner disebabkan oleh kelainan pada kromosom seks pada perempuan. Normalnya, manusia memiliki 23 pasang kromosom (total 46 kromosom), terdiri dari 22 pasang autosom dan 1 pasang kromosom seks. Kromosom seks ini menentukan jenis kelamin, di mana perempuan memiliki dua kromosom X (XX) dan laki-laki memiliki satu kromosom X dan satu kromosom Y (XY).
Pada kasus sindrom Turner, salah satu dari dua kromosom X pada perempuan hilang sebagian atau seluruhnya, sehingga jumlah kromosomnya menjadi tidak lengkap.
Meskipun penyebab pastinya belum dapat dipastikan, kondisi ini diyakini terjadi akibat kesalahan acak saat proses pembentukan sel telur atau sperma.
Sindrom Turner bukanlah kondisi yang diturunkan secara genetik, sehingga riwayat keluarga tidak memengaruhi risiko seseorang untuk mengalaminya. Artinya, anak dengan Sindrom Turner, tidak akan membuat anak berikutnya pasti akan mengalami kondisi yang sama.
Baca juga: Deteksi Kelainan Kromosom pada Janin
Berikut ini adalah beberapa jenis atau pola kromosom yang bisa terjadi pada sindrom Turner:
Karena Sindrom Turner terjadi secara acak, penting untuk melakukan kontrol kehamilan rutin dan skrining kelainan genetik pada janin sedini mungkin. Pastikan Anda menjalani kontrol kehamilan secara berkala sesuai arahan dokter spesialis kebidanan dan kandungan untuk mendeteksi potensi gangguan secepat mungkin.
Selain itu, segera periksakan anak ke dokter spesialis anak di Rumah Sakit Pondok Indah jika mencurigai adanya tanda-tanda keterlambatan tumbuh kembang, gangguan fisik, atau gejala yang mengarah pada sindrom Turner. Sebab penanganan sejak dini akan membantu anak mendapatkan perawatan yang tepat dan meningkatkan kualitas hidupnya.
Baca juga: Pemeriksaan TORCH untuk Kesehatan Ibu dan Janin
Diagnosis sindrom Turner biasanya dilakukan melalui beberapa pemeriksaan, baik sebelum maupun setelah kelahiran. Berikut ini adalah langkah-langkah diagnosis yang umumnya dilakukan:
Baca juga: Sindrom Edward (Trisomi 18), Kelainan Genetik yang Memengaruhi Perkembangan Bayi
Meskipun sindrom Turner tidak dapat disembuhkan sepenuhnya, karena merupakan kelainan genetik, berbagai langkah pengobatan dapat membantu mengurangi gejala dan meningkatkan kualitas hidup penderitanya.
Terapi ini bertujuan untuk membantu meningkatkan tinggi badan pada anak-anak dengan sindrom Turner. Biasanya dimulai sejak usia dini, sekitar 5–6 tahun, dan berlanjut hingga 15–16 tahun.
Penderita sindrom Turner umumnya mengalami kegagalan fungsi ovarium, sehingga membutuhkan terapi estrogen. Pengobatan sindrom Turner bertujuan untuk merangsang perkembangan seksual, seperti pertumbuhan payudara dan menstruasi, serta meningkatkan perkembangan otak, fungsi jantung, fungsi hati, dan kesehatan tulang.
Biasanya, wanita dengan sindrom Turner biasanya memerlukan perawatan hormon seks secara teratur hingga mereka dewasa, bahkan hingga berusia sekitar 50 tahun.
Pengobatan sindrom Turner juga perlu disesuaikan dengan gangguan yang terjadi akibat kondisi ini. Jika terdapat kelainan jantung, prosedur medis atau operasi mungkin diperlukan untuk memperbaiki fungsinya.
Sementara itu, pemeriksaan rutin juga penting dilakukan untuk memantau kesehatan ginjal dan mencegah komplikasi lebih lanjut. Jika anak mengalami gangguan pendengaran, dokter mungkin akan merekomendasikan penggunaan alat bantu dengar untuk mengatasi kendala ini.
Mengingat adanya keterlambatan perkembangan dan risiko masalah sosial, terapi psikologis seringkali diperlukan untuk meningkatkan rasa percaya diri rendah dan mencegah penyakit mental, seperti depresi.
Baca juga: Mengenal Apa Itu Down Syndrome, Ketahui Penyebab, Gejala, dan Penanganannya
Penderita sindrom Turner berisiko mengalami berbagai komplikasi kesehatan seiring pertambahan usia. Berikut ini adalah beberapa kondisi yang sering dikaitkan sebagai komplikasi sindrom Turner:
Baca juga: Mengenal Sindrom Patau (Trisomi 13) Lebih Jauh
Hingga saat ini, belum ada cara untuk mencegah terjadinya sindrom Turner. Namun, deteksi dini dan penanganan yang tepat dapat membantu mengelola gejala dan meningkatkan kualitas hidup penderitanya.
Beberapa langkah yang dapat dilakukan antara lain menjalani konseling genetik, terutama bagi pasangan yang memiliki risiko tinggi memiliki anak dengan Sindrom Turner. Selain itu, pemeriksaan kehamilan secara rutin juga penting untuk mengidentifikasi kelainan tumbuh kembang janin sedini mungkin.
Sindrom Turner dapat memengaruhi berbagai aspek tumbuh kembang anak perempuan, terutama yang berkaitan dengan perkembangan seksual. Meskipun belum ada cara untuk mencegah kondisi medis ini, diagnosis dan penanganan sejak dini dapat membantu anak perempuan menjalani hidup yang lebih optimal.
Jika anak Anda mengalami kondisi yang menyerupai gejala sindrom Turner, jangan ragu untuk membawanya untuk berkonsultasi ke dokter spesialis anak di Rumah Sakit Pondok Indah. Didukung oleh tim dokter spesialis yang berpengalaman, Rumah Sakit Pondok Indah juga menyediakan fasilitas medis lengkap, termasuk pemeriksaan genetik, pemantauan tumbuh kembang, dan penanganan komplikasi. Dengan demikian, penanganan yang diberikan bisa lebih optimal.
Baca juga: Sindrom Cornelia de Lange: Kelainan Genetik yang Memengaruhi Pertumbuhan Fisik
Sayangnya, sindrom Turner tidak dapat dicegah. Sebab, kondisi kelainan kromosom ini terjadi secara acak saat pembuahan. Namun, deteksi dini melalui pemeriksaan genetik selama kehamilan bisa membantu dokter mengidentifikasi kondisi ini sebelum bayi lahir. Jadi, kondisi anak dapat dikelola sedini mungkin.
Sebagian besar penderita sindrom Turner tidak mengalami menstruasi secara alami. Sebab, kebanyakan ovarium yang dimiliki pasien sindrom Turner tidak berkembang sempurna. Tidak hanya demikian, penderita sindrom Turner juga sering kali terlambat mengalami pubertas, bahkan tidak mengalami pubertas sama sekali.
Pengobatan hormon utama untuk penderita sindrom Turner adalah terapi estrogen dan progesteron. Terapi hormon ini biasanya dimulai saat anak perempuan mencapai usia tertentu untuk mendukung proses pubertas dan perkembangannya.
Perlu diingat bahwa pengobatan sindrom Turner dapat bervariasi dan wajib disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing individu. Oleh sebab itu, konsultasi dengan dokter spesialis kandungan dan kebidanan sangatlah penting untuk mengetahui pengobatan yang tepat.
Sebagian besar penderita sindrom Turner mengalami kesulitan untuk memiliki anak secara alami. Hal ini dikarenakan organ reproduktif mereka sering kali tidak berkembang dengan normal.
Namun, dengan pengobatan yang tepat dan bantuan teknologi reproduksi, seperti fertilisasi in vitro (IVF), harapan penderita sindrom Turner untuk memiliki keturunan bisa lebih ditingkatkan.
Referensi: