Gangguan Haid dan Nyeri Panggul? Waspada Gejala Miom Mengintai!

By Tim RS Pondok Indah

Friday, 23 May 2025

RSPI Facebook linkRSPI twitter linkRSPI Linkedin link
RSPI link

Waspadai tanda miom: haid deras, sakit perut bawah, sering buang air kecil, perut membesar, atau sulit hamil. Deteksi dini bantu penanganan lebih cepat!

Gangguan Haid dan Nyeri Panggul? Waspada Gejala Miom Mengintai!

Banyak wanita tidak sadar dirinya punya miom karena gejalanya sering dianggap masalah haid biasa. Tanda-tandanya bisa berupa haid lebih lama dan lebih deras dari biasanya, sering sakit di perut bagian bawah, perut terasa begah atau seperti ditekan, hingga sering buang air kecil karena miom menekan kandung kemih. Meski tidak semua miom bergejala, jika Anda mengalami keluhan-keluhan ini, sebaiknya segera periksa ke dokter untuk penanganan yang tepat.


Tanda-tanda Gejala Miom yang Perlu Diperhatikan


1. Perdarahan Menstruasi Berlebihan

Anda mungkin mengalami menstruasi dengan volume darah yang lebih banyak dari biasanya (hipermenore) atau durasi yang lebih lama (lebih dari 7 hari). Kondisi ini bisa menyebabkan anemia, ditandai dengan lemas, pusing, dan kulit pucat. Untuk mengatasinya, dokter mungkin meresepkan obat hormonal (seperti pil KB atau terapi progesteron) atau menyarankan prosedur seperti ablasi endometrium jika perdarahan sangat parah.


2. Nyeri Panggul atau Perut Bagian Bawah

Miom yang membesar dapat menekan organ di sekitarnya, menyebabkan nyeri tumpul atau kram seperti saat menstruasi. Jika nyeri terasa tajam atau mendadak, bisa jadi miom mengalami degenerasi atau terpelintir. Untuk mengurangi rasa sakit, Anda bisa mengompres hangat area panggul atau mengonsumsi obat pereda nyeri yang diresepkan dokter. Bila nyeri tidak kunjung membaik, operasi pengangkatan miom (miomektomi) mungkin diperlukan.


3. Sering Buang Air Kecil atau Sulit BAB

Jika miom menekan kandung kemih, Anda akan lebih sering buang air kecil, bahkan terbangun di malam hari. Tekanan pada rektum bisa menyebabkan sembelit atau rasa tidak tuntas saat BAB. Untuk mengatasinya, perbanyak konsumsi serat dan air putih, serta hindari menahan buang air kecil. Dokter mungkin menyarankan terapi hormonal atau operasi jika gejala sangat mengganggu.



4. Pembesaran Perut

Miom berukuran besar dapat membuat perut terlihat membesar, mirip seperti kehamilan 3-4 bulan. Anda mungkin merasa kembung atau tidak nyaman saat beraktivitas. Olahraga ringan dan pola makan seimbang bisa membantu mengurangi ketidaknyamanan. Namun, jika miom terus membesar, dokter bisa merekomendasikan embolisasi arteri uterina (memotong suplai darah ke miom) atau operasi pengangkatan.


5. Gangguan Kesuburan atau Keguguran Berulang

Miom yang tumbuh di dalam rongga rahim (submukosa) atau dinding rahim (intramural) bisa mengganggu implantasi janin atau aliran darah ke plasenta, meningkatkan risiko infertilitas atau keguguran. Jika Anda sedang merencanakan kehamilan, konsultasikan dengan dokter untuk evaluasi lebih lanjut. Prosedur seperti histeroskopi (pengangkatan miom melalui serviks) atau miomektomi bisa meningkatkan peluang kehamilan sehat.


Jangan abaikan gejala miom, karena penanganan dini dapat mencegah komplikasi seperti anemia berat atau gangguan kehamilan. Dokter spesialis kebidanan dan kandungan akan membantu menentukan terapi terbaik, mulai dari obat-obatan hingga tindakan medis sesuai kebutuhan Anda.


FAQ


Apakah Nyeri Haid Berlebihan Pasti Tanda Miom?

Tidak selalu! Nyeri haid (dismenore) bisa disebabkan oleh banyak hal, seperti endometriosis, kista, atau memang normal bagi sebagian wanita. Namun, jika nyeri haid Anda:

  • Lebih sakit dari biasanya dan tidak membaik dengan obat pereda nyeri biasa.
  • Disertai perdarahan sangat deras hingga lemas atau pucat.
  • Nyeri terus-menerus bahkan di luar masa haid.


Maka miom bisa jadi penyebabnya. Dokter biasanya akan memastikan dengan USG atau MRI.


Kenapa Miom Bikin Perut Buncit?

Miom yang besar (lebih dari 5 cm) bisa membuat perut terlihat membesar, mirip perut hamil 3-4 bulan. Ini karena:

  • Miom tumbuh di dinding rahim, mendorong perut ke depan.
  • Kadang disertai kembung atau begah karena tekanan pada organ pencernaan.


Jika perut Anda tiba-tiba membesar tanpa penyebab jelas (misalnya bukan karena berat badan naik), segera periksa ke dokter.


Bisakah Miom Menyebabkan Susah Hamil?

Bisa, tapi tidak selalu! Miom pengaruhi kesuburan jika:

  • Letaknya di dalam rongga rahim (miom submukosa), sehingga mengganggu implantasi janin.
  • Ukurannya besar dan menekan saluran telur.
  • Menyebabkan perubahan bentuk rahim yang menghalangi kehamilan.


Tapi banyak wanita dengan miom tetap bisa hamil normal. Konsultasikan ke dokter jika Anda merencanakan kehamilan.


Apakah Keputihan Berlebihan Tanda Miom?

Tidak langsung. Miom biasanya tidak menyebabkan keputihan abnormal. Namun, jika miom:

  • Terinfeksi (jarang terjadi), bisa memicu keputihan berbau.
  • Menekan serviks, meningkatkan produksi lendir.


Keputihan abnormal lebih sering disebabkan infeksi (seperti jamur atau bakteri). Jika keputihan Anda disertai gatal, bau, atau warna aneh, lebih baik periksa ke dokter.


Benarkah Miom Bikin Sering Pipis?

Ya! Miom yang menekan kandung kemih bisa menyebabkan:

  • Sering buang air kecil, bahkan terbangun malam hari untuk pipis.
  • Rasa tidak tuntas setelah pipis.
  • Sulit menahan kencing (jarang terjadi).


Gejala ini mirip dengan infeksi saluran kemih, tetapi bedanya: infeksi biasanya disertai rasa panas saat pipis, sedangkan miom tidak.


Apakah Miom Bisa Pecah dan Berbahaya?

Miom tidak bisa pecah seperti kista, tapi bisa mengalami degenerasi (menyusut sendiri) yang menyebabkan:

  • Nyeri tajam mendadak di perut.
  • Demam ringan (jarang terjadi).


Kapan Harus ke Dokter Jika Curiga Gejala Miom?

Segera konsultasi ke dokter kandungan jika Anda mengalami:

  • Haid lebih dari 7 hari dengan perdarahan sangat deras.
  • Nyeri panggul yang mengganggu aktivitas sehari-hari.
  • Perut membesar tanpa penyebab jelas.
  • Gangguan buang air kecil atau BAB yang tidak kunjung membaik.


Dokter akan melakukan USG untuk memastikan diagnosis dan memberi solusi terbaik.


Referensi:

  1. Mayo Clinic. Uterine Fibroids. (https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/uterine-fibroids/symptoms-causes/syc-20354288). Diakses pada 28 Desember 2024.
  2. Cleveland Clinic. Uterine Fibroids: Symptoms & Causes. (https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/9130-uterine-fibroids). Diakses pada 28 Desember 2024.
  3. Office on Women's Health (U.S. Department of Health & Human Services). Uterine Fibroids. (https://www.womenshealth.gov/a-z-topics/uterine-fibroids). Diakses pada 28 Desember 2024.
  4. Johns Hopkins Medicine. Uterine Fibroids. (https://www.hopkinsmedicine.org/health/conditions-and-diseases/uterine-fibroids). Diakses pada 28 Desember 2024.
  5. NHS UK. Fibroids. (https://www.nhs.uk/conditions/fibroids/). Diakses pada 28 Desember 2024.
  6. American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG). Uterine Fibroids. (https://www.acog.org/womens-health/faqs/uterine-fibroids). Diakses pada 28 Desember 2024.
  7. Medical News Today. What to know about uterine fibroids. (https://www.medicalnewstoday.com/articles/151405). Diakses pada 28 Desember 2024.
  8. WebMD. What Are Uterine Fibroids? (https://www.webmd.com/women/uterine-fibroids/uterine-fibroids). Diakses pada 28 Desember 2024.
  9. Harvard Health Publishing (Harvard Medical School). Fibroids: What you need to know. (https://www.health.harvard.edu/womens-health/fibroids-what-you-need-to-know). Diakses pada 28 Desember 2024.