Meski sama-sama memengaruhi usus, ada perbedaan IBD dan IBS yang perlu dikenali, dimulai dari gejala hingga tingkat keparahannya. Pahami selengkapnya di sini!
Inflammatory bowel disease (IBD) atau penyakit radang usus dan irritable bowel syndrome (IBS) atau sindrom iritasi usus besar adalah penyakit yang sama-sama menyerang usus. Gejala keduanya sering sulit dibedakan, karena organ yang mengalami gangguan sama.
Baik IBS maupun IBD akan menyebabkan keluhan yang berkaitan dengan saluran cerna, termasuk perut kembung, kram perut, maupun perubahan pola buang air besar. Keduanya juga bisa dipicu oleh stres atau kondisi psikologis lainnya.
Kendati demikian, terdapat beberapa perbedaan IBS dan IBD yang masih bisa dikenali. Sebab dengan mengetahui perbedaan kedua kondisi ini, Anda bisa mendapatkan penanganan yang lebih tepat.
Sebelum membahas lebih lanjut tentang perbedaan antara IBD dan IBS, ada baiknya memahami informasi dasar mengenai kedua penyakit ini terlebih dahulu.
IBD adalah kondisi yang merujuk kepada peradangan kronis yang terjadi di usus. Kondisi ini sendiri merupakan kumpulan penyakit autoimun, yakni penyakit Crohn dan kolitis ulseratif, yang menyebabkan peradangan berulang hingga menciptakan luka di saluran cerna.
IBS atau sindrom iritasi usus besar merupakan kumpulan gejala yang muncul akibat gangguan fungsi usus besar. IBS dikategorikan sebagai gangguan fungsional, bukan kerusakan pada organ itu sendiri. Jadi, usus mungkin terlihat normal ketika diperiksa, tetapi fungsinya tidak bekerja sebagaimana mestinya.
Baca juga: Nyeri Perut, Ketahui Penyebab, Gejala, dan Cara Meredakannya
Ada beberapa aspek yang bisa membantu Anda mengenali perbedaan IBD dan IBS. Berikut ini adalah penjelasan singkatnya:
Meski secara umum gejala IBS dan IBD sulit dibedakan, sering kali gejala yang dialami penderita IBD lebih parah, meliputi penurunan berat badan yang tidak direncanakan, nyeri sendi, maupun buang air besar berdarah yang bisa berakhir sebagai anemia.
Pada penyakit radang usus (IBD), kram atau nyeri perut yang muncul biasanya reda setelah Anda BAB, sedangkan pada sindrom iritasi usus besar (IBS) tidak demikian.
Pasien IBS lebih sering mengalami gejala perubahan pola buang air besar berupa diare dan sembelit, sedangkan IBD lebih sering diare kronis. Namun, pasien IBD lebih sering mengeluhkan kelelahan dibandingkan penderita IBS.
Perbedaan IBD dan IBS juga dapat terlihat dari penyebabnya. Radang usus atau IBD disebabkan oleh penyakit autoimun, di mana sel sehat pada saluran pencernaan diserang oleh sistem kekebalan tubuh sendiri. Risiko terjadinya kondisi IBD dipengaruhi oleh faktor genetik, lingkungan, dan gaya hidup.
Sementara itu, penyebab IBS belum sepenuhnya diketahui secara pasti, tetapi terdapat beberapa kondisi yang dapat meningkatkan risiko seseorang terkena penyakit ini. Beberapa kondisi tersebut, diantaranya memiliki riwayat infeksi usus dan ketidakseimbangan mikrobiota dalam usus, maupun konsumsi makanan tertentu.
Baca juga: Infeksi Saluran Pencernaan, Sudah Biasa, tetapi Tidak Bisa Diabaikan
Perbedaan utama antara IBD dan IBS terletak pada kerusakan organ. IBD merupakan penyakit peradangan yang dapat merusak sistem pencernaan, khususnya pada dinding usus.
Sedangkan IBS yang merupakan gangguan fungsi organ. Artinya, usus hanya tidak bekerja dengan baik, sehingga tidak menyebabkan kerusakan jaringan organ.
Dalam menegakkan diagnosis IBS, dokter spesialis penyakit dalam akan melakukan pemeriksaan gejala dan pemeriksaan penunjang, seperti endoskopi, tes feses, atau CT scan.
Sementara pada penyakit radang usus, proses menegakkan diagnosis dilakukan dengan beragam pemeriksaan, termasuk tes darah, tes feses, endoskopi, biopsi, dan MRI atau CT-scan, tergantung kondisi kesehatan masing-masing penderitanya.
Baca juga: Deteksi Dini Gangguan Pencernaan Bawah dan Kolonoskopi
Pengobatan IBS bertujuan untuk mengendalikan dan meredakan gejala dengan perubahan pola makan, pengelolaan stres, serta pemberian obat-obatan tertentu, seperti obat pencahar, antidiare, dan antidepresan.
Sementara fokus pengobatan IBD adalah mengatasi peradangan dan mencegah kekambuhan gejala. Pengobatan IBD dilakukan dengan pemberian obat antiradang, imunosupresan, atau agen biologis (contohnya infliximab). Pada kasus yang parah, dokter spesialis gastroenterologi bisa saja merujuk pasien ke dokter spesialis bedah digestif untuk menjalani tindakan operasi pengangkatan bagian usus yang mengalami kelainan.
IBD merupakan kondisi medis yang perlu ditangani dengan tepat untuk mencegah komplikasi, berupa fistula, peradangan pada kulit, mata, dan sendi, hingga kanker usus.
Di sisi lain, sindrom IBS dikategorikan sebagai gangguan fungsional yang lebih jarang menimbulkan komplikasi. Namun, jika tidak ditangani dengan tepat, gejala IBS bisa mengganggu aktivitas sehari-hari dan menurunkan kualitas hidup penderitanya.
Semoga informasi mengenai perbedaan IBS dan IBD di atas bisa membantu Anda mengenali dua kondisi ini dengan lebih baik. Namun, untuk mendapatkan diagnosis yang lebih akurat, sebaiknya konsultasikan langsung dengan dokter jika Anda mengalami kram perut, perubahan pola buang air besar (diare atau sembelit), atau gejala lain yang mengarah pada IBD dan IBS.
Jangan tunda pemeriksaan, segera jadwalkan janji temu dengan dokter spesialis penyakit dalam RS Pondok Indah cabang terdekat untuk diagnosis yang tepat. Deteksi dini diperlukan agar pengobatan yang sesuai cepat diberikan.
Dokter spesialis di RS Pondok Indah akan memberikan layanan medis terbaik dengan didukung oleh fasilitas medis terkini. Sehingga hasil pengobatan akan lebih optimal dalam mengatasi masalah kesehatan yang Anda, maupun orang terkasih, tengah alami.
Baca juga: 12 Makanan untuk Radang Usus Guna Mengurangi Kekambuhan
Meski keduanya mempengaruhi saluran pencernaan, IBS tidak akan berubah menjadi IBD. Sebab IBS dan IBD adalah dua kondisi yang berbeda, dengan penyebab dan mekanisme yang berbeda pula.
IBD lebih berbahaya dibandingkan IBS. Sebab, IBD melibatkan peradangan kronis yang berpotensi menyebabkan kerusakan permanen pada usus. Selain itu, IBD juga berpotensi menyebabkan komplikasi serius, seperti fistula, obstruksi usus, bahkan meningkatkan risiko terjadinya kanker usus besar.
Sebaliknya, IBS adalah gangguan fungsi yang tidak menyebabkan kerusakan jaringan. Meskipun dapat mengganggu kualitas hidup penderitanya, IBS umumnya tidak menyebabkan komplikasi serius.
Referensi: