Hipertensi disebut "silent killer" karena sering tidak bergejala tapi bisa menyebabkan komplikasi serius seperti serangan jantung, stroke, dan kerusakan organ.
Hipertensi, atau dikenal juga dengan istilah tekanan darah tinggi, adalah kondisi medis yang umum dijumpai di masyarakat, tetapi sering kali tidak disadari oleh pengidapnya. Jika tidak dikelola dengan baik, kondisi ini berisiko menimbulkan masalah terhadap kesehatan. Artikel ini akan membahas lebih dalam mengenai hipertensi, mulai dari cara mendiagnosis, faktor risiko, serta cara mencegah, dan mengelola kondisi hipertensi.
Hipertensi adalah kondisi medis di mana tekanan darah dalam arteri tubuh meningkat secara persisten. Sementara itu, tekanan darah merupakan kekuatan yang diberikan oleh darah saat mengalir melalui arteri.
Hipertensi sering disebut sebagai "Silent Killer" karena umumnya tidak menimbulkan gejala yang jelas pada penderitanya, tetapi berisiko menyebabkan masalah serius pada pembuluh darah dan organ penting tubuh, seperti jantung, otak, mata, ginjal, dan organ tubuh lainnya jika tidak ditangani dalam jangka panjang.
Berdasarkan panduan American College of Cardiology/American Heart Association tahun 2017, hipertensi dapat didiagnosis apabila tekanan darah menetap tinggi lebih dari satu kali pengukuran, yaitu jika menetap lebih dari sama dengan 130/80 mmHg.
Adapun, pengukuran tekanan darah harus mengikuti kaidah berikut:
Hipertensi adalah masalah kesehatan global yang umum dijumpai. Menurut data dari World Health Organization (WHO), pada 2019, lebih dari 1,13 miliar orang di seluruh dunia menderita hipertensi. Prevalensi ini cenderung meningkat seiring dengan pertambahan usia dan gaya hidup yang tidak sehat.
Di Indonesia, hipertensi juga menjadi masalah serius. Menurut laporan dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, pada 2018, sekitar 34,1 persen penduduk dewasa Indonesia menderita hipertensi (Riskesdas 2018). Angka ini menunjukkan bahwa lebih dari sepertiga populasi Indonesia berpotensi terkena risiko komplikasi serius akibat hipertensi jika tidak diatasi dengan baik. Permasalahan juga muncul bahwa dari sebagian besar masyarakat yang terkena hipertensi tidak menyadari bahwa mereka mengidap penyakit ini.
Sementara sebagian besar pengidap hipertensi tidak menjalani pengobatan, serta dari sebagian yang menjalani pengobatan tidak mencapai target tekanan darah yang diharapkan.
Beberapa faktor risiko yang berhubungan dengan hipertensi meliputi:
Pencegahan dan pengelolaan hipertensi sangat penting untuk menghindari komplikasi yang lebih serius seperti serangan jantung, stroke, atau kerusakan organ lainnya. Beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah dan mengelola hipertensi antara lain:
Menyandang predikat sebagai “the Silent killer”, bukan berarti penyakit hipertensi menjadi akhir dari segalanya. Ketahui kondisi Anda dan orang tercinta dengan melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin, tidak hanya untuk hipertensi, tetapi juga untuk mengetahui risiko penyakit lainnya.
Jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis penyakit dalam, terutama jika memiliki faktor risiko hipertensi. Semakin cepat hipertensi dideteksi dan ditangani, maka semakin kecil risiko terjadinya penyakit komplikasi yang lebih berat.
Hipertensi dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan serius, seperti penyakit jantung, stroke, gagal ginjal, dan kerusakan pembuluh darah. Jika tidak dikelola dengan baik, tekanan darah tinggi dapat merusak organ tubuh dan meningkatkan risiko komplikasi fatal.
Saat hipertensi, seseorang bisa merasa pusing, sakit kepala, sesak napas, atau nyeri di dada. Namun, banyak orang dengan hipertensi tidak merasakan gejala apapun. Karena itu, pemeriksaan tekanan darah secara rutin penting untuk deteksi dini.
Untuk menurunkan tekanan darah, Anda bisa minum air putih yang cukup, jus buah rendah gula seperti jus tomat, atau teh hijau. Mengonsumsi air kelapa dan minuman kaya kalium juga dapat membantu menurunkan tekanan darah.