Hipertensi: The Silent Killer yang Perlu Anda Waspadai

Senin, 30 Juni 2025

RSPI Facebook linkRSPI twitter linkRSPI Linkedin link
RSPI link

Hipertensi disebut "silent killer" karena sering tidak bergejala, tetapi bisa menyebabkan komplikasi serius seperti serangan jantung, stroke, dan kerusakan organ.

Hipertensi: The Silent Killer yang Perlu Anda Waspadai

Hipertensi, atau dikenal juga dengan istilah tekanan darah tinggi, adalah kondisi medis yang umum dijumpai di masyarakat, tetapi sering kali tidak disadari oleh pengidapnya. Jika tidak dikelola dengan baik, kondisi ini berisiko menimbulkan masalah kesehatan yang bisa membahayakan nyawa.


Tidak jarang, hipertensi disebut sebagai silent killer. Simak penjelasannya di bawah ini dan cari tahu juga bagaimana cara mencegah dan mengelola kondisi ini.


Mengapa Hipertensi Disebut Silent Killer?

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah kondisi medis di mana tekanan darah dalam arteri meningkat secara persisten. Sementara itu, tekanan darah merupakan kekuatan yang diberikan oleh darah saat mengalir melalui arteri.


Hipertensi sering disebut sebagai "Silent Killer" karena umumnya tidak menimbulkan gejala yang jelas pada penderitanya, tetapi berisiko menyebabkan masalah serius pada pembuluh darah dan organ penting tubuh, seperti jantung, otak, mata, ginjal, dan organ tubuh lainnya jika tidak ditangani dalam jangka panjang.


Hipertensi sendiri dapat didiagnosis apabila tekanan darah menetap tinggi lebih dari satu kali pengukuran, yakni dengan tekanan darah sistolik lebih dari 130 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 80 mmHg.


Baca juga: Nyeri Dada: Penyebab, Gejala, dan Tips Mengatasinya



Prevalensi Hipertensi di Dunia dan Indonesia

Hipertensi adalah masalah kesehatan global yang umum dijumpai. Menurut data dari World Health Organization (WHO), pada 2019, lebih dari 1,13 miliar orang di seluruh dunia menderita hipertensi. Prevalensi ini cenderung meningkat seiring dengan pertambahan usia dan gaya hidup yang tidak sehat.


Di Indonesia, hipertensi juga menjadi masalah serius. Menurut laporan dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, pada 2018, sekitar 34,1 persen penduduk dewasa Indonesia menderita hipertensi (Riskesdas 2018). Angka ini menunjukkan bahwa lebih dari sepertiga populasi Indonesia berpotensi terkena risiko komplikasi serius akibat hipertensi jika tidak diatasi dengan baik.


Permasalahan juga muncul bahwa dari sebagian besar masyarakat yang terkena hipertensi tidak menyadari bahwa mereka mengidap penyakit ini. Sehingga kebanyakan penderita hipertensi tidak menjalani pengobatan, serta dari sebagian yang menjalani pengobatan tidak mencapai target tekanan darah yang diharapkan.


Baca juga: Waspadai Tanda-tandanya! Ini 8 Gejala Hipertensi yang Sering Diabaikan


Faktor Risiko Hipertensi

Beberapa faktor risiko yang berhubungan dengan hipertensi meliputi:


  • Usia, risiko hipertensi meningkat seiring bertambahnya usia
  • Faktor genetik, adanya anggota keluarga dengan riwayat hipertensi dapat meningkatkan risiko seseorang terkena penyakit yang sama
  • Gaya hidup, konsumsi garam berlebihan, kurangnya aktivitas fisik, berat badan berlebih bahkan obesitas, merokok, dan konsumsi alkohol berlebihan merupakan faktor-faktor gaya hidup yang berkontribusi pada timbulnya penyakit ini
  • Diet tidak sehat, pola makan dengan kandungan tinggi lemak jenuh, kolesterol, dan gula dapat berperan dalam perkembangan hipertensi
  • Stres, kondisi tekanan psikologis kronis dapat turut memengaruhi tekanan dara
  • Adanya kondisi medis lain, gangguan hormon, gangguan tidur seperti sleep apnea, penyakit pankreas, dan lain sebagainya juga dapat meningkatkan risiko hipertensi


Baca juga: Ambulatory Blood Pressure Monitoring (ABPM), Si Pencegah Komplikasi Hipertensi



Pencegahan dan Pengelolaan Hipertensi

Pencegahan dan pengelolaan hipertensi sangat penting untuk menghindari komplikasi, seperti gagal jantung, serangan jantung, stroke, atau kerusakan organ lainnya. Beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah dan mengelola hipertensi antara lain:


1. Perubahan gaya hidup

Meneaapkan pola makan sehat dengan mengonsumsi makanan bergizi seimbang, mengurangi konsumsi garam, tidak mengonsumsi minuman beralkohol, meningkatkan aktivitas fisik dengan berolahraga setidaknya 30 menit sebanyak 5 hari dalam 1 minggu, berhenti merokok, dan mengurangi konsumsi alkohol, termasuk gaya hidup sehat yang wajib diterapkan oleh penderita hipertensi.


2. Terapi pengobatan

Dokter mungkin akan meresepkan obat-obatan untuk menurunkan tekanan darah jika perubahan gaya hidup tidak cukup efektif membantu pengendalian hipertensi. Ada baiknya obat rutin yang sudah diresepkan dokter diminum secara teratur untuk membantu kerja organ tubuh dalam menurunkan tekanan darah.


Obat rutin yang sudah diresepkan oleh dokter tidak akan membuat ginjal rusak, karena dosisnya sudah disesuaikan dengan kondisi masing-masing pasien. Sebaliknya, resep obat rutin yang tidak dikonsumsi dengan baik, justru dapat memperberat kerja organ ginjal.


3. Pemantauan rutin

Lakukan pemeriksaan tekanan darah secara teratur, bahkan jika Anda merasa sehat. Hal ini penting untuk memantau kemajuan dan memastikan bahwa pengobatan berjalan dengan baik


4. Konsultasi medis

Jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis penyakit dalam jika memiliki riwayat keluarga dengan hipertensi atau faktor risiko lain yang meningkatkan risiko terjadinya kondisi ini.


5. Edukasi diri

Perkaya pengetahuan mengenai berbagai informasi terkait hipertensi dan cara mengelolanya. Hal ini dapat membantu dalam menentukan langkah-langkah yang lebih baik untuk menjaga kesehatan.


Baca juga: 7 Pilihan Olahraga untuk Hipertensi agar Tekanan Darah Normal


Kapan Harus Memeriksakan Tekanan Darah ke Dokter?

Mengingat bahwa gejala awal hipertensi seringkali tidak disadari, Anda disarankan untuk melakukan pemeriksaan tekanan darah secara rutin, terutama jika Anda memiliki faktor risiko terkait atau sudah berusia lebih dari 40 tahun.


Pemeriksaan ini dapat dilakukan berbarengan dengan pemeriksaan kesehatan tahunan ataupun saat berkonsultasi dengan dokter spesialis penyakit dalam. Jika Anda ingin menjadwalkan pemeriksaan kesehatan rutin, Anda bisa menghubungi Executive Health Check Up Di RS Pondok Indah.


Selain itu, ada beberapa situasi di mana Anda harus segera memeriksakan diri ke dokter spesialis penyakit dalam:


  • Memiliki riwayat keluarga dengan hipertensi, penyakit jantung, atau stroke
  • Memiliki kondisi medis tertentu seperti diabetes, penyakit ginjal, atau kolesterol tinggi, yang dapat memperburuk risiko hipertensi dan komplikasinya
  • Mengalami gejala seperti sakit kepala hebat, pusing, penglihatan kabur, nyeri dada, sesak napas, bahkan pingsan.


Memeriksakan tekanan darah ke dokter sangatlah penting karena bisa membantu mendeteksi hipertensi sejak dini. Dengan begitu, Anda pun dapat menerima pengobatan lebih cepat, perburukan kondisi dan risiko terjadinya komplikasi pun bisa dicegah.


Menyandang predikat sebagai “the Silent killer”, bukan berarti penyakit hipertensi menjadi akhir dari segalanya. Ketahui kondisi kesehatan Anda dan orang tercinta dengan melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin, tidak hanya untuk hipertensi, tetapi juga untuk mengetahui risiko penyakit lainnya.


Jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis penyakit dalam, terutama jika memiliki faktor risiko hipertensi. Semakin cepat hipertensi dideteksi dan ditangani, maka semakin kecil risiko terjadinya komplikasi yang lebih berat.


Baca juga: 20 Rekomendasi Makanan untuk Penderita Hipertensi



FAQ


Hipertensi akan Mengakibatkan Apa?

Hipertensi dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan serius, seperti penyakit jantung, stroke, gagal ginjal, dan kerusakan pembuluh darah. Jika tidak dikelola dengan baik, tekanan darah tinggi dapat merusak organ tubuh dan meningkatkan risiko komplikasi fatal.


Apa yang Dirasakan Saat Hipertensi?

Saat hipertensi, seseorang bisa merasa pusing, sakit kepala, sesak napas, atau nyeri di dada. Namun, banyak orang dengan hipertensi tidak merasakan gejala apapun. Karena itu, pemeriksaan tekanan darah secara rutin penting untuk deteksi dini.


Minum Apa Biar Tensi Darah Turun?

Untuk menurunkan tekanan darah, Anda bisa minum air putih yang cukup, jus buah rendah gula seperti jus tomat, atau teh hijau. Mengonsumsi air kelapa dan minuman kaya kalium juga dapat membantu menurunkan tekanan darah.




Referensi:

  1. World Health Organization. Global report on hypertension: the race against a silent killer. (https://www.who.int/publications/i/item/9789240081062). Diakses pada 21 September 2024.
  2. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Hipertensi disebut sebagai silent killer, Menkes Budi imbau rutin cek tekanan darah. (https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-media/20230607/0843182/hipertensi-disebut-sebagai-silent-killer-menkes-budi-imbau-rutin-cek-tekanan-darah/). Diakses pada 21 September 2024.
  3. Hidayatullah, R., & Rokhmiati, E. (2023). Hipertensi sebagai silent killer: Edukasi kepada masyarakat di Desa Pekuwon, Kabupaten Bojonegoro. Jurnal Kesehatan Masyarakat Airlangga, 2023; 10(1): 201–210. (https://e-journal.unair.ac.id/jlm/article/download/54870/28920/308365). Diakses pada 21 September 2024.
  4. Muthia, A. S. F. (2023). Hipertensi sebagai silent killer: Studi literatur. Jurnal Keperawatan Medikal Bedah, 2023; 10(2): 45–50. (https://lib.fikumj.ac.id/index.php?bid=4369&fid=9317&p=fstream-pdf). Diakses pada 21 September 2024.
  5. Arini, S., Indriyanti, R., & Hidayati, D. (2021). Hipertensi sebagai silent killer: Kajian literatur. Higeia Journal of Public Health Research and Development, 2021; 10(1): 1–8. (https://journal.unnes.ac.id/sju/higeia/article/download/75362/26809/). Diakses pada 21 September 2024.
  6. Connolly, L. (2024). Hypertension: The silent killer. UC Davis Health. (https://health.ucdavis.edu/news/headlines/hypertension-the-silent-killer/2024/05). Diakses pada 21 September 2024.