Penyakit Jantung Koroner, Kenali Gejalanya

Jumat, 15 Maret 2024

RSPI Facebook linkRSPI twitter linkRSPI Linkedin link
RSPI link

Seorang pria dengan perut buncit mengeluh nyeri pada dada bagian tengah seperti tertindih benda berat

Penyakit Jantung Koroner, Kenali Gejalanya

Seorang pria dengan perut buncit mengeluh nyeri pada dada bagian tengah seperti tertindih benda berat. Rasa nyeri tersebut menjalar ke lengan sebelah kiri. Nyatanya, pria tersebut juga seorang perokok berat, dan mengidap penyakit kencing manis sejak tiga tahun yang lalu serta memiliki riwayat sakit darah tinggi.


Apa kira-kira penyebabnya?


Penderita tersebut rupanya menderita serangan jantung. Serangan jantung sejatinya adalah puncak manifestasi penyakit jantung koroner, yaitu penyempitan atau penyumbatan pada liang arteri koroner, akibat tumpukan lemak dan kolesterol.


Akibat penyumbatan liang arteri koroner tersebut, maka jantung sebagai organ pompa darah tubuh mengalami kekurangan oksigen dan nutrisi.


Rasa seperti ditindih beban berat di dada bagian tengah seperti yang diderita pria tersebut adalah keluhan klasik para penderita penyakit jantung koroner. Terkadang, leher juga terasa seperti tercekik.


Pada umumnya rasa sakit ini berlangsung 5-20 menit. Keluhan ini bisa muncul bersama aktivitas fisik. Kondisi yang harus diwaspadai adalah jika rasa sakit di dada muncul amat mendadak disertai keluarnya keringat dingin dan berlangsung lebih dari 20 menit. Biasanya, hal ini merupakan penanda serangan jantung.


Baca juga: Perkembangan Pengobatan Penyakit Jantung Koroner


Pengertian Serangan Jantung

Serangan jantung secara medis disebut sebagai infark miokard akut (IMA). Infark miokarda akut adalah kematian jaringan otot jantung diakibatkan oleh kerusakan aliran arteri koroner.


Penyempitan atau sumbatan liang arteri koroner diakibatkan oleh aterosklerosis, yaitu penumpukan lemak dan kolesterol pada dinding dalam liang arteri koroner.


Gambar 1 menggambarkan jantung manusia sebagai organ pompa, di mana salah satu liang arteri koroner mengalami penyumbatan sehingga sebagian daerah otot jantung yang seharusnya dialiri arteri koroner menjadi kekurangan oksigen dan nutrisi.


Jaringan otot jantung tersebut akhirnya mengalami kerusakan dan kematian jaringan. Semakin banyak dan semakin luas kerusakan otot jantung tersebut, maka semakin parah serangan jantung tersebut.

 


Baca juga: Siaga Satu Serangan Jantung!


Faktor-faktor Penyebab Jantung Koroner


1. Hiperkolesterol

Kolesterol akan menjadi biang persoalan jika menyusup ke dinding-dinding pembuluh darah. Dalam jangka panjang, tumpukan kolesterol akan membuat dinding pembuluh darah menebal dan mengeras, sehingga liangnya menjadi sempit.


2. Hipertensi

Pengidap tekanan darah tinggi atau hipertensi berisiko dua kali lipat mengidap penyakit jantung koroner. Risiko ini menjadi berlipat ganda jika pengidap tekanan darah tinggi juga menderita kencing manis, hiperkolesterol atau terbiasa merokok.


3. Diabetes Mellitus (DM)

Diabetes mellitus adalah penanda potensi ancaman terhadap berbagai organ tubuh, termasuk jantung. Risiko serangan jantung pada pengidap DM adalah dua sampai enam kali lipat lebih tinggi dibandingkan orang-orang tanpa DM.


4. Rokok

Setiap batang rokok mengandung 4.800 jenis zat kimia. Reaksi kimiawi yang mengikuti pembakaran tembakau menghasilkan senyawa-senyawa kimiawi yang terserap oleh darah melalui proses difusi. Diperkirakan, seperlima kematian akibat serangan jantung disebabkan oleh rokok.


5. Usia

Risiko mendapatkan serangan jantung atau penyakit jantung koroner meningkat pada pria diatas 45 tahun dan wanita diatas 55 tahun, terutama setelah menopause.


6. Riwayat keluarga pengidap penyakit jantung koroner

Riwayat anggota keluarga sedarah yang mengidap serangan jantung sebelum 55 tahun pada ayahnya atau sebelum 65 tahun pada ibunya meningkatkan risiko penyakit ini.


7. Jenis kelamin

Pria lebih rentan mengidap penyakit jantung koroner. Risiko pada kelompok pria dua kali lebih besar dibandingkan wanita.


Baca juga: Deteksi Dini Kelainan Jantung pada Dewasa Muda


Cara Mendeteksi Jantung Koroner


1. Elektrokardiografi (EKG)

Dalam kasus serangan jantung, rekaman EKG dapat menunjukkan lokasi penyumbatan arteri koroner. Apabila dokter meragukan adanya penyempitan arteri koroner maka uji beban jantung atau treadmill akan dilakukan. Uji beban ini dapat mengungkap penyempitan arteri koroner yang mengganggu aliran darah.


2. Ekokardiografi

Ekokardiografi memberikan informasi ada tidaknya gangguan gerakan jantung dan fungsi pompa jantung.


3. Multislice Spiral Computed Tomography (MSCT)

Alat ini mendeteksi penyakit jantung koroner dengan kemampuan high negative predictive value. Jika hasil pemindaian tidak menunjukkan adanya penyempitan, dapat dipastikan pasien tersebut tidak mengidap penyakit jantung koroner dengan tingkat kepercayaan 95-98 persen.


4. Kateterisasi Koroner

Pemeriksaan ini dilakukan dalam ruang khusus yang dilengkapi dengan kamera yang dapat diputar ke segala arah. Tindakan ini dilakukan dalam kondisi pasien yang sadar penuh setelah dibius lokal.


Selanjutnya, seutas selang kateter kecil berdiameter 2 mm dan panjang 1 meter diselipkan melalui pembuluh darah di pangkal paha atau lengan. Kateter tersebut akan menyusuri pembuluh darah besar hingga mencapai liang arteri koroner.


Proses perjalanan kateter akan dipindai oleh kamera. Setelah kateter tiba di liang arteri koroner, maka zat kontras akan disemprotkan untuk menampilkan visualisasi arteri koroner. Derajat, bentuk dan lokasi penyempitan arteri koroner akan segera terdeteksi di layar monitor.