Mendekati Si Anak Tidak Bisa Diam

Rabu, 06 Maret 2024

RSPI Facebook linkRSPI twitter linkRSPI Linkedin link
RSPI link

Anak usia sekolah berhak mendapat pendidikan yang sesuai kemampuan dan kebutuhannya

Mendekati Si Anak Tidak Bisa Diam

Karena sikapnya yang cenderung bergerak, anak hiperaktif di sekolah sering mendapat label anak nakal, sulit diatur, dan pembuat keributan di kelas. Kondisi ini sangat merugikan bahkan membuat citra diri negatif bagi si anak.


Bila anak dengan keterbatasannya dipaksa untuk fokus, maka anak cenderung dreaming. Akibatnya, anak mempunyai konsep negatif tentang sekolah; sekolah sangat tidak menyenangkan.


Akibat Anak Hiperaktif

Pada anak yang hiperaktif, pekerjaan sekolah atau tugas yang diberikan guru tidak dapat diselesaikan dengan cepat dan tepat. Ini disebabkan oleh beberapa hal, yaitu:


  • Konsentrasi yang mudah terganggu membuat anak tidak dapat menyerap pelajaran dengan optimal
  • Nilai pelajaran atau hasil belajar tidak sesuai dengan kemampuan intelegensi yang dimiliki anak
  • Anak akan mengalami gangguan pada pelajaran bahasa (membaca dan menulis) dan matematika


Untuk menolong anak hiperaktif, perlu ada pendekatan komprehensif, yaitu pendekatan dari ahli terkait, misalnya: orthopaedagoog untuk aspek pendidikan, psikiater untuk medikasi dan terapi perilaku, serta psikolog untuk pendampingan konseling keluarga.


Terapi untuk Si “Tidak Bisa Diam”

Karena anak hiperaktif cenderung ketinggalan dalam pelajaran di sekolah, maka diperlukan juga bantuan dengan pendekatan indivual, misalnya dengan terapi yang terkait dengan kebutuhan anak, seperti:


1. Terapi Remedial

Pengembangan kognisi
agar kemampuan belajar anak sesuai dengan usia kalender dan usia mentalnya. Maka
dalam pemberian program pre-akademik dan akademik, ada beberapa hal yang dilakukan: Pengolahan sikap dalam merespons belajar.
 Kemampuan anak mengikuti aturan dalam proses belajar mengajar.
 Kemandirian dalam belajar.
 Ketahanan konsentrasi sesuai dengan rentang waktu yang diperlukan. Kemampuan anak berkompetisi dengan teman latihan kecepatan dan ketepatan.


2. Terapi Okupasi

Diberikan untuk memaksimalkan fungsi organ yang mengalami keterbatasan. Aktivitas yang dilakukan ada beberapa bagian, yaitu: 
Self care: berpakaian, makan minum, toilet training, dan lain-lain. Leisure: bermain (bagaimana anak dapat merespons permainan).
 Produktivitas: melakukan aktivitas bermanfaat.


3. Terapi Wicara

Karena hiperaktif sering disertai dengan gangguan komunikasi, maka terapi wicara merupakan bagian dari program terapi yang diberikan karena bermanfaat agar anak mampu berbicara dan berkomunikasi dengan benar di lingkungan dimana anak berada. Anak dapat mengungkapkan perasaan, keinginan, ide, atau pikirannya terhadap sesuatu hal pada situasi yang tepat. Terapi wicara juga dapat meningkatkan rasa percaya diri anak dalam bersosialisasi dengan lingkungan.


Terapi yang diberikan pada anak akan bermanfaat bila ada kerjasama dengan orang tua serta ahli terkait. Akan lebih bijaksana bila mengenal kekurangan serta kelebihan anak sehingga program yang diberikan akan sesuai dengan kebutuhan anak.


Pendekatan di sekolah untuk anak hiperaktif:


  • Guru harus mengenal anak seutuhnya, bukan hanya kekurangan tapi juga kelebihan anak
  • Tempat duduk anak dekat meja guru agar mudah dikontrol dan dikendalikan
  • Perlu sikap tegas dan konsisten disertai dengan konsekuensi (sebab-akibat)
  • Meminimalkan labeling, tetapi meningkatkan positif-reinforcement, yaitu penguatan dengan pujian untuk sikap yang positif
  • Membangun lingkungan kelas dengan situasi yang kondusif
  • Melatih anak untuk menunda, sabar, dan belajar antre
  • Melatih anak untuk belajar mendengarkan dengan cerita yang menarik disertai dengan pesan moral sekaligus untuk membangun empati dan kepedulian anak