Insomnia Hilang, Tidur pun Tenang

Rabu, 06 Maret 2024

RSPI Facebook linkRSPI twitter linkRSPI Linkedin link
RSPI link

Tidur merupakan suatu kebutuhan manusia yang harus dipenuhi setelah menjalani aktivitas seharian

Insomnia Hilang, Tidur pun Tenang

Berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders fourth edition (DSM-IV) insomnia adalah suatu kesulitan dalam memulai tidur, mempertahankan tidur, atau tidur yang tidak berkualitas selama satu bulan atau lebih. Keadaan sulit tidur ini biasanya disertai dengan gangguan klinis yang signifikan.


Penyakit insomnia merupakan gangguan tidur yang paling sering dikeluhkan masyarakat perkotaan. Sebuah riset internasional yang telah dilakukan US Census Bureau, International Data Base tahun 2010 terhadap penduduk Indonesia menyatakan bahwa dari 238,452 juta jiwa penduduk Indonesia, sebanyak 28,035 juta jiwa (11,7 persen) terjangkit insomnia.


Angka ini membuat insomnia sebagai salah satu gangguan kesehatan paling banyak yang dikeluhkan masyarakat Indonesia. Tingginya angka insomnia tersebut, dikatakan memiliki kaitan dengan bertambahnya permasalahan yang terjadi dalam kehidupan, seperti depresi dan kecemasan.  


Gejala dan Penyebab Insomnia

Penderita insomnia sering mengeluh tidak bisa tidur, kurang lama tidur, tidur dengan mimpi yang menakutkan, dan merasa kesehatannya terganggu. Di era modern, insomnia tidak hanya diderita oleh orang tua, tapi juga dialami oleh masyarakat usia produktif karena faktor gaya hidup modern, stres, terlalu banyak mengonsumsi kafein, dan lainnya.


Dampak Insomnia

Meskipun banyak yang menganggap remeh, insomnia ternyata berdampak serius terhadap kesehatan. Termasuk memicu peningkatan nafsu makan sehingga menyebabkan obesitas dan penyakit metabolik seperti diabetes, hipertensi, jantung koroner, serta gangguan sistem imun. Dalam jangka panjang, orang dengan insomnia terancam mengalami penurunan produktivitas dan kualitas hidup. 


Penanganan Insomnia dengan Akupunktur

Kombinasi antara penanganan dengan terapi obat dan non-obat pada insomnia dapat memberikan hasil yang lebih maksimal. Secara farmakologi, sebagian besar tujuan pemberian obat hanya untuk mengurangi gejala, tetapi jika digunakan dalam jangka panjang dapat menimbulkan efek samping yang cukup berbahaya seperti sedasi, dizziness, hipotensi ortostatik, dan depresi fungsi pernapasan.


Akupunktur telah terbukti secara klinis dapat berperan dalam menangani insomnia dengan efek samping minimal. Tujuan terapi akupunktur untuk memperbaiki kualitas tidur sehingga dapat meningkatkan produktivitas dan kualitas hidup penderita, mengurangi onset terbangun di malam hari dan yang terpenting meminimalkan penggunaan obat-obatan.


Cara kerja akupunktur dalam mengatasi insomnia terutama dengan meningkatkan produksi beta endorfin yaitu senyawa kimia yang dapat memberikan rasa tenang, lebih berenergi dan bahagia, namun hal ini tidak menyebabkan ketagihan.


Terapi akupunktur dilakukan dua sampai tiga kali dalam seminggu sebanyak satu seri, dimana satu seri akupunktur terdiri dari 12 kali terapi. Berbagai metode dan modalitas terapi akupunktur yang dapat dilakukan yaitu akupresur, manual akupunktur, stimulasi listrik dan laserpunktur.