Terapi Akupunktur Tangani Migrain yang Mengganggu

Jumat, 30 Mei 2025

RSPI Facebook linkRSPI twitter linkRSPI Linkedin link
RSPI link

Akupunktur membantu meredakan migrain dengan merangsang titik-titik tertentu untuk mengurangi nyeri, mengendurkan otot, dan meningkatkan aliran darah.

Terapi Akupunktur Tangani Migrain yang Mengganggu

Menurut konsensus nasional Kelompok Studi Nyeri Kepala Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia, nyeri kepala merupakan keluhan yang sering ditemukan. Kasus ini memiliki prevalensi sebesar 90 persen sebagai penyakit yang kerap diderita oleh masyarakat. Salah satu jenis nyeri kepala yang sering ditemui adalah nyeri kepala tipe migrain.


Migrain dapat ditangani dengan berbagai cara, baik melalui pengobatan medis maupun terapi komplementer, seperti terapi akupunktur. Mari mengetahui lebih jauh tentang mekanisme terapi akupunktur dalam meringankan gejala migrain, keparahan serangan maupun kekambuhannya, sekaligus mendukung proses pengobatan medis yang diberikan oleh dokter.


Mengenal Gejala dan Penyebab Migrain

The International Headache Society mendefinisikan migrain sebagai gangguan sakit kepala primer yang berlangsung selama 4-72 jam. Jenis sakit kepala ini sering digambarkan sebagai sakit kepala dengan intensitas sedang atau berat, berdenyut-denyut, dan menyerang salah satu sisi kepala.


Selain itu, migrain juga dapat menyebabkan gejala lain, seperti mual, muntah, pucat, rasa dingin pada ekstremitas, dan sensitivitas terhadap cahaya (fotofobia) maupun suara (fonofobia). Serangan migrain yang dapat berlangsung selama beberapa jam sampai hari seringkali membuat penderita tidak dapat beraktivitas.


Baca juga: Penyebab Sering Sakit Kepala



Penyebab dan Faktor Risiko Migrain

Penyebab migrain memang belum diketahui secara pasti. Namun, ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya serangan migrain.


Faktor hormonal menjadi salah satu penyebabnya. Contohnya, pada perempuan, perubahan hormon sebelum dan sesudah menstruasi, kehamilan, maupun menopause, dapat meningkatkan risiko terjadinya migrain. Obat-obatan hormonal seperti kontrasepsi oral dan terapi sulih hormon dapat memperburuk keadaan migrain.


Selain itu, makanan dan minuman tertentu juga dicurigai dapat memicu timbulnya migrain. Jenis sakit kepala ini diduga dapat dipicu oleh konsumsi makanan dan minuman, seperti keju, makanan dengan kadar garam tinggi, pemanis aspartame, makanan yang mengandung monosodium glutamate, minuman beralkohol, dan minuman berkafein.


Tak hanya itu, stres di kantor atau rumah, cahaya terang (silau matahari), suara keras, bau yang kuat, perubahan pada siklus tidur, dan perubahan lingkungan juga dapat menjadi faktor pemicu migrain.


Baca juga: Kenali Jenis Sakit Kepala Anda


Penanganan Migrain dengan Akupunktur Medik

Pengobatan sakit kepala dan migrain biasanya bergantung pada obat-obatan yang diresepkan oleh dokter spesialis neurologi. Selain itu, dokter juga dapat melibatkan terapi nonfarmakologis sebagai terapi komplementer, terutama pada penderita yang kurang merespon pengobatan dengan baik. Salah satu terapi komplementer yang dapat disarankan oleh dokter adalah terapi akupunktur medis.


Akupunktur merupakan teknik terapi penusukan jarum halus pada titik-titik di permukaan tubuh. Terapi ini diadaptasi dari ilmu akupunktur klasik berdasarkan ilmu pengetahuan kedokteran modern meliputi anatomi, fisiologi, dan patologi, dengan memegang prinsip evidence based medicine, untuk mengobati suatu keadaan penyakit, baik sebagai pengobatan preventif, kuratif, rehabilitative dan paliatif.


Metode akupunktur yang digunakan untuk menangani migrain adalah akupunktur secara manual, dilakukan 2-3 kali seminggu dengan durasi 20-30 menit per sesi, total 12 kali. Setelah itu, dokter spesialis akupunktur akan melakukan evaluasi.


Akupunktur medis bekerja dengan merangsang sistem saraf dan memengaruhi berbagai neurotransmitter yang berperan terhadap serangan nyeri kepala, sehingga dapat mencegah serangan migrain, keparahan sakit kepala ini pun bisa dikurangi.


Baca juga: Periksa Sakit Kepala ke Dokter Apa?



Manfaat Akupunktur untuk Migrain

Peresepan obat pereda nyeri memiliki efek yang positif, yakni mengurangi keluhan pasien migrain, terlebih ketika digabungkan dengan obat antimigrain. Bila dikombinasikan dengan penggunaan obat anti migrain, akupuntur memiliki efektivitas yang lebih baik dalam meredakan keluhan ini. Selain itu, berikut ini adalah beberapa manfaat menjalani terapi akupunktur untuk migrain:


  • Mengurangi frekuensi serangan migrain serta lamanya serangan migrain
  • Mengurangi keparahan serangan migrain
  • Mengurangi kebutuhan akan konsumsi obat-obatan analgesik
  • Membantu mengelola stres dan ketegangan yang dapat memicu kekambuhan migrain


Baca juga: Agar Sakit Kepala Tak Terus Berulang


Anda juga dapat mengoptimalkan pemulihan sakit kepala dan migrain yang dirasakan dengan upaya pencegahan lainnya. Salah satunya adalah dengan menerapkan olahraga rutin. Pasalnya, olahraga dapat memperbaiki sirkulasi darah dalam tubuh, menghilangkan stres, dan meningkatkan kapasitas paru-paru yang bermanfaat untuk meningkatkan kadar oksigen dalam darah.


Jika mengalami migrain yang sering kambuh, Anda bisa berkonsultasi dengan dokter yang menangani untuk menentukan apakah akupunktur merupakan terapi komplementer yang sesuai. Bila disetujui oleh dokter, Anda bisa mencoba terapi akupunktur dengan dokter spesialis akupunktur di RS Pondok Indah.


RS Pondok Indah menawarkan klinik akupunktur dengan fasilitas modern dan nyaman. Setiap sesi terapi diawali dengan konsultasi serta pemeriksaan menyeluruh oleh dokter spesialis akupunktur berlisensi, sehingga memastikan keamanan dan efektivitas terapi.



FAQ


Apakah Akupuntur Bisa Menyembuhkan Migrain?

Akupunktur bisa membantu meredakan migrain dan gejalanya, tetapi terapi ini tidak bisa digunakan sebagai pengobatan utama untuk migrain. Terapi akupunktur untuk migrain dapat mengurangi frekuensi dan intensitas serangan migrain. Namun, penderita migrain biasanya tetap memerlukan penanganan medis dari dokter.


Titik-titik Apa Saja yang Distimulasi untuk Mengurangi Migrain?

Untuk mengurangi migrain, akupunktur menstimulasi titik di kepala, leher, tangan, dan kaki, seperti titik Hegu di tangan dan Taiyang di pelipis. Tusukan pada titik-titik ini bisa membantu meredakan ketegangan, melancarkan energi, dan mengurangi nyeri migrain.


Apakah Migrain Bisa Timbul Kembali Setelah Akupunktur?

Ya, migrain bisa muncul kembali setelah akupunktur. Sebab akupunktur hanya membantu mengurangi intensitas dan frekuensi nyeri, tetapi hasilnya bisa bervariasi. Migrain mungkin bisa kembali kambuh jika pemicunya, seperti stres atau pola makan, tidak teratasi.



Referensi:

  1. Liu, L., et al. Efficacy of acupuncture-related therapy for migraine: A systematic review and network meta-analysis. (https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/38505499). Diakses pada 11 Oktober 2024.
  2. Linde, K., et al. Acupuncture for patients with migraine: A randomized controlled trial. (https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/15870415). Diakses pada 11 Oktober 2024.
  3. Wang, Y., et al. Acupuncture for migraine without aura: A systematic review and meta-analysis. (https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/30007828). Diakses pada 11 Oktober 2024.
  4. Choi, G. H., et al. Acupuncture for acute migraine attacks in adults: A systematic review and meta-analysis. (https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/37419658). Diakses pada 11 Oktober 2024.
  5. Lee, J. H., et al. Acupuncture for migraine prophylaxis: A randomized controlled trial. (https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/22231691). Diakses pada 11 Oktober 2024.
  6. Lee, J. H., et al. Acupuncture for acute low back pain: A systematic review and meta-analysis of randomized controlled trials. (https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/37414585). Diakses pada 11 Oktober 2024.
  7. MacPherson, H., et al. Acupuncture and dry needling in the management of myofascial trigger point pain: A systematic review and meta-analysis of randomized controlled trials. (https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC3291669). Diakses pada 11 Oktober 2024.
  8. Lee, J. H., et al. Acupuncture for acute low back pain: A systematic review and meta-analysis of randomized controlled trials. (https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC7843562). Diakses pada 11 Oktober 2024.