Gemar Berolahraga? Waspada Cedera Tendon Achilles

Selasa, 05 Maret 2024

RSPI Facebook linkRSPI twitter linkRSPI Linkedin link
RSPI link

Meski memiliki kemampuan menahan bobot hingga sepuluh kali berat tubuh manusia, tendon achilles tetap berisiko mengalami cedera

Gemar Berolahraga? Waspada Cedera Tendon Achilles

Meski memiliki kemampuan menahan bobot hingga sepuluh kali berat tubuh manusia, tendon achilles tetap berisiko mengalami cedera. 


Dalam legenda Yunani, Achilles merupakan sosok yang perkasa. Begitu pula dengan salah satu tendon pada tubuh manusia. Tendon achilles mampu menahan bobot hingga sepuluh kali berat tubuh manusia. Walau begitu, bukan berarti tendon satu ini bisa terhindar dari cedera. 


Cedera tendon achilles dapat disebabkan oleh beberapa hal:


  1. Trauma tajam, seperti terkena pisau.
  2. Robekan spontan, seperti terjatuh dari ketinggian dengan posisi plantarfleksi pergelangan kaki. Penggunaan steroid (yang disuntikkan di achilles) pada penderita obesitas dapat meningkatkan risiko terjadinya robekan spontan.
  3. Trauma repetitif, seringnya berhubungan dengan olahraga yang melibatkan lompatan seperti sepakbola, berlari, basket, dan lainnya. Olahraga kontrak (basket, sepakbola, dan lainnya) memiliki faktor trauma tambahan yaitu trauma kontak (misal ditekel). 


Pada tahap awal, cedera pada bagian ini ditandai dengan timbulnya nyeri di sekitar tendon achilles, dari tulang calcaneus (tempat tendon achilles menempel). Rasa nyeri disertai kaku dirasakan pada pagi hari dan akan menurun setelah beraktivitas.


Saat berolahraga, disertai kombinasi dengan adrenalin, nyerti dapat tidak terasa. Jika penderita sudah mengalami proses degeneratif, dapat terjadi benjolan di tendon achilles. Sementara, pada kasus trauma tanpa luka, bila terjadi sobekan, penderita tidak mampu berjinjit dengan kaki yang mengalami trauma (meski pada posisi duduk masih dapat berjinjit). Pada kasus tertentu, ditemukan legokan di area tendon ini.


Ada beberapa hal yang dapat dilakukan ketika seseorang mengalami kondisi seperti tersebut. Pada kasus sobekan total, penderita dapat melakukan RICE (rest, ice, compression, elevation). Setelahnya, periksakan kondisi ke dokter spesialis bedah ortopedi dan traumatologi.


Sementara bila yang terjadi kasus kronis, pasisen disarankan menambah pemanasan sebelum beraktivitas/berolahraga, dikombinasikan dengan obat anti–inflamasi. Jika masih mengalami keluhan, segera periksakan ke dokter.


Cedera tendon achilles dapat didiagnosa dengan MRI, atau USG jika MRI tidak tersedia. Jika terbukti terdapat cedera pada tendon ini, terdapat beberapa penanganan yang dapat dilakukan, yaitu:


  1. Rekonstruksi dengan pembedahan pada pasien aktif yang mengalami cedera akut.
  2. Terkadang diperlukan penggantian tendon achilles pada kasus robekan akibat degeneratif (dengan tendon jempol atau peroneus brevis).
  3. Pada kasus degeneratif tanpa robekan, dapat dilakukan injeksi PRP dan stem cell, sementara penanganan dengan extracorporeal shock wave therapy (ESWT) masih dalam penilaian efektivitasnya.
  4. Pembedahan dapat dilakukan pada kasus tenosynovitis (peradangan tendon secara spontan) bila tindakan non-operatif tidak memberikan hasil. 


Namun, yang terpenting adalah menjaga agar tendon terkuat di tubuh ini tidak sampai mengalami cedera. Melakukan pemanasan agar tendon menjadi elastis dapat mengurangi risiko cedera. Pemanasan yang menjadi pilihan adalah calf stretching (berdiri dan jinjit di pinggir tangga).


Menjaga berat badan ideal juga menurunkan risiko terjadinya cedera pada bagian ini. Selain itu, perlu juga mempertimbangkan mengganti jenis olahraga dari yang kontak menjadi non-kontak.