Anuskopi pada Penderita Wasir, Perlukah?

Minggu, 03 Maret 2024

RSPI Facebook linkRSPI twitter linkRSPI Linkedin link
RSPI link

Anus dan rektum. Kedua bagian tubuh ini pasti bukanlah bagian favorit Anda untuk disinggung, apalagi dibahas. Namun, jika salah satu atau kedua bagian ini bermasalah, tentunya Anda akan merasa tidak nyaman, bukan?

Anuskopi pada Penderita Wasir, Perlukah?

Anus dan rektum merupakan ujung dari saluran makanan atau saluran pencernaan manusia yang juga dikenal dengan dubur. Ilmu yang mempelajari bagian ini disebut dengan proktologi.


Saat mencapai ujung saluran pencernaan, makanan dan dicerna telah menjadi suatu residu yang banyak mengandung bakteri, sehingga disebut dengan “kotoran”.


Walaupun menjadi jalan keluarnya “kotoran”, semua orang tentunya akan mengakui bahwa bila bagian tubuh ini bermasalah, akan merupakan gangguan yang menjadi suatu momok bagi kenyamanan hidup, sehingga muncul istilah “a pain in the …”


Kelainan di anus dan rektum yang paling sering terjadi adalah wasir. Salah satu gejalanya adalah adanya benjolan pada anus, atau adanya perdarahan dari lubang anus. Sedemikian seringnya gejala ini disebabkan oleh wasir, sehingga seringkali diagnosis tersebut diperoleh hanya dari keluhan penderita saja.


Hal ini dapat sangat merugikan penderita, karena berbagai penyebab lain juga dapat menyebabkan gejala tersebut. Kesalahan diagnosis dapat menyebabkan kesalahan terapi. Dan tentunya, bila terdapat penyebab yang lebih serius, maka waktu diagnosis yang lebih cepat akan sangat menentukan kemungkinan kesembuhan pada penderita.


Pemeriksaan daerah dubur biasanya tidaklah lengkap bila tidak disertai dengan pemeriksaan peneropongan atau anuskopi. Hal ini penting untuk mendiagnosis wasir. Bila masih ada keraguan, sebaiknya pemeriksaan juga diteruskan dengan peneropongan yang lebih menyeluruh terhadap seluruh usus besar, yakni dengan kolonoskopi.


Kolonoskopi diperlukan terutama pada usia di atas 50 tahun untuk menyingkirkan kemungkinan suatu keganasan sebagai penyebab perdarahan dari dubur. Menemukan suatu keganasan pada stadium dini akan sangat memperbesar kemungkinan kesembuhan dari pasien.


Dengan demikian, jelaslah bahwa suatu gejala perdarahan dari dubur bisa menjadi suatu hal yang harus ditanggapi dengan serius. Wasir sebagai penyebab perdarahan dari dubur ditegakkan setelah mempertimbangkan kemungkinan penyebab lain dengan seksama.


Bila memang ditemui wasir, tindakan yang dapat dilakukan saat ini semakin beragam, mulai dengan penyuntikan zat penggumpal, memasang band (semacam pengikat elastis) pada wasir, menarik wasir ke dalam dengan alat stapler, menggumpalkan pembuluh darah ke wasir dengan laser atau dengan bantuan ultrasound (HAL-RAR), ataupun dengan operasi konvensional. Beberapa tindakan bahkan dapat dilakukan di poliklinik secara rawat jalan.


Jika terdapat diagnosis lain, tentunya tindakan akan berbeda. Namun yang penting diingat adalah, pada diagnosis yang berbeda tersebut kadang ada faktor waktu yang berperan, di mana waktu yang lama antara mulainya penyakit hingga tindakan pengobatan kadang memainkan peranan yang sangat besar dalam kemungkinan penyembuhan.