Walau hepatitis A, B, dan C sama-sama menyerang organ hati dan punya gejala awal yang mirip, ketiganya adalah kondisi yang berbeda. Simak penjelasannya di sini!
Hepatitis merupakan penyakit hati (liver) yang disebabkan oleh peradangan akibat infeksi virus. Ada beberapa jenis virus hepatitis yang dapat menyerang organ hati, tiga di antaranya adalah virus hepatitis A (HAV), virus hepatitis B (HBV), dan virus hepatitis C (HCV). Namun yang paling sering ditemukan adalah infeksi hepatitis B, hepatitis A dan hepatitis C. Meski sama-sama disebabkan oleh infeksi virus, cara penularan ketiganya berbeda. Selain itu, penyebab penyakit, peluang sembuh, pengobatan, dan pencegahannya juga tidaklah sama.
Agar pencegahan dan penanganannya tepat, Anda perlu memahami perbedaan hepatitis A, B, C. Pasalnya, ketiga jenis hepatitis ini memiliki karakter yang berbeda. Selain itu, beberapa jenis hepatitis juga lebih sulit dideteksi dan berbahaya, sehingga perlu penanganan sedini mungkin untuk mengurangi keparahan penyakit, bahkan komplikasinya.
Untuk memudahkan Anda mengenali ketiga kondisi ini, simak penjelasan mengenai perbedaannya berdasarkan beberapa aspek berikut:
Perbedaan hepatitis A, B, dan C yang paling utama terletak pada penyebabnya. Hepatitis terjadi akibat infeksi virus dan jenis penyakit ini diberi nama sesuai dengan varian virus yang menyebabkannya.
Hepatitis A disebabkan oleh virus hepatitis A, hepatitis B disebabkan oleh virus hepatitis B, sedangkan hepatitis C disebabkan karena infeksi virus hepatitis C. Untuk memastikan jenis hepatitis yang diderita, diperlukan diagnosis melalui pemeriksaan langsung dari dokter spesialis penyakit dalam.
Perbedaan hepatitis A dan B dari segi gejalanya hampir tidak ada. Baik, hepatitis A maupun B sering kali tidak bergejala bila menginfeksi anak-anak.
Berikut ini adalah beberapa gejala umum yang muncul pada hepatitis A dan hepatitis B, antara lain:
Sementara untuk hepatitis C, kebanyakan penderitanya tidak merasakan gejala sama sekali selama bertahun-tahun hingga terjadi kerusakan hati. Ketika gejalanya muncul, umumnya penderita hepatitis C mengeluhkan gatal-gatal, perut dan kaki bengkak, mudah berdarah atau memar, muncul pembuluh darah menyerupai laba-laba pada kulit, serta linglung.
Baca juga: Mengenal Kelainan Hati Dari Hepatitis Sampai Kanker Hati
Cara penularan merupakan pembeda hepatitis A, B, dan C cukup signifikan. Hepatitis A merupakan jenis hepatitis yang paling mudah menular. Sebab virus hepatitis A dapat masuk ke tubuh manusia melalui rute fekal-oral atau dengan mengonsumsi makanan maupun minuman yang telah terkontaminasi feses penderita hepatitis. Oleh sebab itu, tidak heran bila gangguan kesehatan liver ini lebih banyak ditemukan pada lingkungan dengan sistem sanitasi yang kurang baik.
Sementara itu, hepatitis B ditularkan melalui darah dan cairan tubuh orang yang terinfeksi. Karena itu, hepatitis B dapat menular melalui hubungan seksual, berbagi jarum suntik, atau dari ibu yang menderita hepatitis B ke bayi saat proses melahirkan.
Sementara rute penularan hepatitis C hanya melalui kontak dengan darah penderita hepatitis. Jadi, kondisi ini biasanya menular melalui penggunaan jarum suntik yang tidak steril, transfusi darah, atau hubungan seksual. Hepatitis C tidak ditularkan melalui berbagi makanan atau minuman, sentuhan, ciuman, pelukan, atau penggunaan toilet umum.
Infeksi hepatitis A umumnya ringan, tetapi kondisi ini tetap berisiko mengalami perburukan, terutama pada lansia. Namun, hepatitis A juga bisa saja sembuh total dalam hitungan minggu atau bulan.
Lain halnya dengan hepatitis B, yang lebih sulit disebumbuhkan. Sebab infeksi hepatitis B pada awal perjalanan penyakitnya lebih sering tidak bergejala dan berkembang menjadi hepatitis kronis. Seseorang yang mengalami hepatitis B kronis harus menjalani pengobatan jangka panjang untuk mengontrol penyakit hati ini, agar tidak menyebabkan kerusakan hati.
Sementara pada hepatitis C, kondisi ini bisa sembuh sendiri dalam waktu 6 bulan dan ada pula yang berkembang menjadi kronis. Jika sudah kronis, orang dengan hepatitis C lebih berisiko mengalami sirosis hati.
Baca juga: Tes Fungsi Hati, Langkah Awal Menentukan Kesehatan Hati
Karena virus penyebabnya berbeda, pengobatan hepatitis A, B, C tentu juga tidak sama. Pasien hepatitis A biasanya tidak memerlukan pengobatan khusus dan hanya diharuskan untuk lebih banyak beristirahat, minum, mengonsumsi makanan bergizi seimbang, dan menghindari konsumsi minuman beralkohol.
Jika masih dalam tahap akut, pengobatan untuk hepatitis B juga serupa dengan hepatitis A. Namun, bila sudah berkembang menjadi hepatitis B kronis, pengobatan yang dilakukan adalah dengan pemberian antivirus atau imunomodulator.
Begitupun pada hepatitis C, pengobatannya dilakukan dengan pemberian obat direct-acting antiviral (DAA), seperti sofosbuvir, elbasvir-grazoprevir, atau ribavirin.
Hepatitis A dapat dicegah dengan pemberian vaksin, menjaga kebersihan diri dan lingkungan, memastikan makanan maupun minuman yang dikonsumsi selalu higienis, serta tidak berbagi penggunaan barang pribadi dengan penderita hepatitis A sampai mereka dinyatakan sembuh.
Selain hepatitis A, hepatitis B juga dapat dicegah dengan pemberian vaksin. Selain itu, pencegahan hepatitis B juga bisa dilakukan dengan tidak berbagi jarum suntik atau barang pribadi lainnya dan menghindari hubungan seks berisiko.
Berbeda dengan kedua jenis hepatitis di atas, saat ini belum ada vaksinasi untuk mencegah hepatitis C. Jadi, pencegahan utama hepatitis C dilakukan menghindari perilaku yang berisiko, seperti berbagi jarum suntik, kontak dengan darah yang terkontaminasi, dan melakukan hubungan seks yang tidak aman.
Dengan penanganan yang tepat, hepatitis A, B, C bisa disembuhkan atau dikontrol agar tidak sampai menyebabkan kerusakan hati. Oleh karena itu, segera jadwalkan janji temu dengan dokter spesialis penyakit dalam RS Pondok Indah cabang terdekat jika Anda mengalami keluhan yang mengarah pada hepatitis A, B, atau C.
Jangan tunda pemeriksaan agar pengobatan bisa segera dilakukan. Dengan begitu, Anda bisa pulih lebih cepat dan kembali beraktivitas normal.
Anda juga bisa mengunjungi Executive Health Check Up di RS Pondok Indah cabang terdekat untuk melengkapi status vaksin hepatitis. Dokter di EHCU RS Pondok Indah akan melakukan pemeriksaan dan menyarankan vaksin hepatitis yang sesuai dengan kondisi Anda untuk mencegah terjadinya peradangan hati, yang sekaligus melindungi kesehatan liver Anda.
Baca juga: Kunci Hindari Kanker Hati: Pemeriksaan Rutin dan Pencegahan
Hepatitis B relatif lebih berbahaya daripada hepatitis A. Sebab hepatitis B dapat berkembang menjadi infeksi kronis yang berisiko menyebabkan kerusakan hati, serius seperti sirosis dan kanker hati. Hepatitis A memang lebih mudah menular, tetapi infeksi hepatitis A umumnya lebih ringan dan risiko terjadinya komplikasi juga lebih kecil.
Meskipun demikian, perlu diingat bahwa keduanya dapat menyebabkan komplikasi serius jika tidak ditangani dengan baik. Selain itu, gejala hepatitis A dan B juga sulit dibedakan. Jadi, jika Anda mengalami gejala yang mengarah ke hepatitis A atau B, segera periksakan diri ke dokter spesialis penyakit dalam untuk diagnosis dan penanganan secepatnya.
Hepatitis C bisa sembuh dengan pengobatan antiviral jangka panjang, tetapi hepatitis B seringkali berkembang menjadi infeksi kronis yang tidak bisa disembuhkan. Hepatitis B kronis tidak bisa sembuh total, tetapi gejalanya bisa dikendalikan dengan pengobatan dan perawatan yang tepat.
Hepatitis B dan hepatitis C merupakan jenis hepatitis yang paling berbahaya. Sebab keduanya dapat menyebabkan infeksi kronis dan berisiko berkembang menjadi penyakit hati kronis, sirosis, bahkan kanker hati.
Tidak semua hepatitis memerlukan pengobatan seumur hidup. Misalnya, hepatitis A yang biasanya berupa infeksi akut yang dapat sembuh dalam waktu 2-6 bulan.
Namun, penderita hepatitis C mungkin membutuhkan pengobatan jangka panjang, tetapi masih mungkin disembuhkan. Sedangkan untuk kasus hepatitis B kronis, pengobatan mungkin diperlukan seumur hidup untuk menekan gejala yang dialami dan mencegah komplikasi.
Penyakit hepatitis bisa kambuh, tergantung jenis hepatitis dan kondisi individu. Hepatitis A biasanya tidak akan kambuh, sedangkan hepatitis B dan C bisa kambuh, terutama jika sudah menjadi kronis atau pengobatan tidak dijalani hingga tuntas.
Referensi: