By Tim RS Pondok Indah
Perbedaan Alzheimer dan Parkinson yang utama adalah gangguan yang dihasilkan. Jika Alzheimer erat dengan gangguan kognitif, Parkinson menyebabkan gangguan motorik.
Alzheimer dan Parkinson, sama-sama penyakit yang menyerang sistem saraf pusat. Selain organ yang terkena, sifat penyakit ini juga sama, yaitu makin memburuk seiring waktu. Ditambah lagi, Alzheimer dan Parkinson banyak dialami oleh orang berusia lanjut sehingga keduanya makin sulit untuk dibedakan.
Namun, kedua kondisi ini sebenarnya memiliki perbedaan yang sangat signifikan, yaitu dampaknya pada tubuh. Bila penyakit Alzheimer memengaruhi fungsi kognitif dan memori, Parkinson justru berdampak pada kemampuan fisik seseorang.
Mengenali perbedaan Alzheimer dan Parkinson sangatlah penting supaya kondisi ini bisa disadari sejak dini dan mendapatkan pengobatan yang tepat sesegera mungkin.
Untuk memahami perbedaan Alzheimer dan Parkinson lebih lanjut, ada baiknya Anda ketahui informasi dasar mengenai kedua penyakit neurodegeneratif ini terlebih dahulu.
Alzheimer merupakan gangguan pada otak yang menyebabkan penurunan pada daya ingat, kemampuan berpikir, dan perilaku. Kondisi ini belum bisa disembuhkan sepenuhnya, tetapi bisa dikendalikan gejalanya. Gejala Alzheimer berkembang secara bertahap dan kian memburuk dari waktu ke waktu.
Parkinson adalah gangguan neurologis yang memengaruhi kemampuan motorik. Akibatnya, seseorang dengan penyakit ini bisa mengalami kesulitan untuk bergerak, berjalan, dan mempertahankan keseimbangan tubuh. Sama seperti Alzheimer, Parkinson juga tidak bisa disembuhkan, tetapi gejalanya bisa dikendalikan.
Baca juga: Sindrom Geriatri, Berbagai Keluhan Lansia yang Dapat Disiasati
Ada beberapa hal yang membantu Anda mengenali perbedaan penyakit Alzheimer dan Parkinson, di antaranya:
Pada Alzheimer, gejalanya berupa penurunan kemampuan kognitif dan memori, mulai dari mudah lupa akan informasi yang diterima, sulit menyusun kalimat, sulit mengenali orang terdekat, perubahan perubahan suasana hati dan kepribadian, mudah marah, hingga kebingungan atau kesulitan dalam memutuskan sesuatu.
Sementara pada Parkinson, gejala utamanya adalah gangguan motorik, termasuk melambatnya gerakan tubuh, mudah terjatuh, otot terasa kaku, jalan tertatih-tatih, bahkan muncul tremor khas berupa gerakan jari tangan seperti menggulung pil (rolling pin).
Perbedaan Alzheimer dan Parkinson selanjutnya ada pada penyebab penyakit. Penyebab penyakit Alzheimer adalah penumpukan protein abnormal yang membuat kemampuan otak dalam mengatur daya ingat dan berpikir terganggu.
Sementara munculnya penyakit Parkinson dipicu oleh kerusakan atau kematian sel-sel saraf di otak yang memproduksi dopamin (zat kimia yang mengontrol gerak tubuh).
Baik Alzheimer maupun Parkinson berisiko dialami oleh orang yang memiliki keluarga dengan riwayat penyakit tersebut, dan orang yang pernah mengalami cedera kepala parah sebelumnya.
Perbedaannya, penyakit Alzheimer umum terjadi pada lansia yang berusia di atas 65 tahun, penderita penyakit jantung dan pembuluh darah, orang yang menjalani gaya hidup tidak sehat, serta orang yang kehilangan pendengaran, kecanduan minuman beralkohol, serta mengalami sindrom Down.
Sementara itu, penyakit Parkinson umumnya dimulai pada usia 50 tahun dan lebih berisiko terjadi pada pria serta orang yang terpapar bahan kimia beracun, seperti pestisida, secara terus-menerus.
Baca juga: Apa yang Dapat Kita Lakukan untuk Mencegah Alzheimer pada Lansia?
Penyakit Alzheimer dimulai dari gangguan memori dan kognitif, tetapi lama-kelamaan bisa berkembang bisa menjadi gangguan motorik.
Sementara penyakit Parkinson justru kebalikannya, yaitu diawali dengan gangguan motorik. Kemudian, seiring berkembangnya kondisi ini, penderita juga dapat mulai menunjukkan gejala demensia, seperti penurunan daya ingat dan kemampuan berpikir.
Penyakit Alzheimer merupakan salah satu jenis demensia. Namun, penyakit Parkinson tidak termasuk ke salah satu jenis demensia.
Demensia memang juga bisa terjadi pada penderita Parkinson, tetapi hanya saat penyakit ini sudah berada di tahap lanjut, yakni setelah munculnya gangguan motorik.
Dalam menegakkan diagnosis Alzheimer, dokter akan melakukan serangkaian pemeriksaan, termasuk pemeriksaan fisik dan pemeriksaan fungsi saraf (neurologis), tes darah, tes kesehatan mental, serta MRI atau CT-scan.
Sementara pada Parkinson, dokter akan melakukan berbagai pemeriksaan untuk menegakkan diagnosis, mulai dari pemeriksaan fisik dan neurologis, tes darah, MRI, hingga tes genetik.
Karena penyebabnya berbeda, penanganan Alzheimer dan Parkinson juga tentunya tak sama. Pada penyakit Alzheimer, penanganan dilakukan dengan pemberian obat-obatan untuk meningkatkan zat kimia otak yang mampu meredakan gejalanya, seperti donepezil, memantine, dan rivastigmine. Selain itu, dokter mungkin juga meresepkan obat untuk mengatasi gejala yang spesifik, seperti antidepresan atau antikejang.
Pada penyakit Parkinson, dokter meresepkan obat-obatan untuk meningkatkan atau menggantikan dopamin yang mampu memperbaiki kemampuan motorik pasien, seperti antikolinergik, carbidopa-levodopa, dan agonis dopamin. Jika pemberian obat tidak juga dapat mengendalikan gejala penyakit Parkinson, dokter akan melakukan tindakan operasi deep brain stimulation (DBC).
Itulah perbedaan Alzheimer dan Parkinson yang sering dikira serupa tetapi nyatanya tak sama. Untuk diagnosis yang lebih akurat, sebaiknya konsultasikan langsung dengan dokter jika mengalami keluhan yang menyerupai gejala penyakit Alzheimer atau Parkinson.
Jangan tunda pemeriksaan, segera jadwalkan janji temu dengan dokter spesialis neurologi RS Pondok Indah cabang terdekat untuk diagnosis yang tepat. Penanganan sedini mungkin sangat diperlukan untuk meningkatkan harapan hidup penderita penyakit Alzheimer maupun penyakit Parkinson.
Dokter spesialis saraf di RS Pondok Indah akan memberikan pelayanan medis terbaik yang didukung oleh fasilitas medis terkini untuk hasil pengobatan yang optimal.
Baca juga: Waspada Penyakit Alzheimer di Usia Muda, Ketahui Gejala dan Penyebabnya
Penyakit neurodegeneratif adalah kondisi di mana terjadi kerusakan dan kematian sel-sel saraf di otak (sistem saraf pusat) secara bertahap. Akibatnya, fungsi otak seperti ingatan, gerakan, dan kemampuan kognitif akan terganggu.
Jenis penyakit ini umumnya bersifat progresif dan tidak dapat disembuhkan. Pengobatan penyakit neurodegeneratif biasanya ditujukan untuk membantu memperlambat perkembangannya. Contoh penyakit neurodegeneratif meliputi Alzheimer, Parkinson, dan ALS.
Ya, seseorang bisa mengalami penyakit Alzheimer dan Parkinson secara bersamaan, meskipun relatif jarang terjadi. Karena keduanya termasuk penyakit neurodegeneratif yang mempengaruhi sel otak, gejalanya bisa tumpang tindih. Pada kasus yang parah, penyakit Parkinson juga dapat berkembang menjadi demensia.
Meskipun kedua penyakit ini memiliki dampak yang signifikan pada kualitas hidup, penyakit Alzheimer dianggap lebih parah dibandingkan penyakit Parkinson. Sebab, penyakit Alzheimer merupakan jenis demensia yang dapat menyebabkan penurunan fungsi kognitif, memori, dan komunikasi penderitanya. Akibatnya, penyakit Alzheimer tidak hanya mengganggu aktivitas sehari-hari penderitanya, tetapi juga dapat menyebabkan penderita kehilangan kemandirian dan membutuhkan perawatan yang lebih intensif.
Di sisi lain, penderita Parkinson biasanya bisa mempertahankan kemandiriannya lebih lama. Meskipun demikian, penyakit ini tidak boleh disepelekan, karena penyakit Parkinson tingkat lanjut juga bisa berkembang menjadi demensia.
Referensi: