Sindrom geriatri adalah berbagai masalah kesehatan yang sering terjadi pada orang yang berusia di atas 60 tahun. Kenali gejala, gangguan, dan cara mengatasinya.
Sindrom geriatri, atau geriatric syndrome, adalah sekumpulan masalah kesehatan yang sering ditemukan saat memasuki usia lanjut, atau berusia lebih dari 60 tahun. Beberapa keluhan ini bisa mengganggu kualitas hidup seseorang. Jadi, diperlukan beberapa upaya untuk meminimalkan keluhan yang termasuk dalam sindrom geriatri, serta mempersiapkan diri semaksimal mungkin sehingga hari tua bisa dijalani dengan lebih bermakna.
Proses penuaan memang tidak bisa dihindari, tetapi bukan berarti tidak ada yang bisa dilakukan untuk menikmati hari tua dengan lebih berkualitas. Ada beberapa cara untuk menyiasati berbagai keluhan yang mungkin muncul saat menginjak usia senja. Sekumpulan keluhan saat menginjak usia lanjut dikenal juga dengan istilah sindrom geriatri.
Sindrom geriatri merupakan sekumpulan kondisi medis maupun masalah kesehatan yang dialami lansia akibat proses penuaan. Sindrom ini menyebabkan lansia mengalami penurunan fungsi tubuh secara fisik dan psikis, yang kemudian menyebabkan mereka kesulitan menjalani aktivitas sehari-hari.
Ada 13 keluhan yang termasuk dalam sindrom ini dan biasa disingkat dengan 13 I, antara lain:
Keluhan sindrom geriatri pada lansia memiliki beberapa derajat, mulai dari yang ringan sampai sangat berat. Hal ini tentu dapat mengganggu aktivitas sehari-hari dan kualitas hidup. Meski kebanyakan terjadi karena proses penuaan, sebagian besar keluhan dapat ditangani.
Baca juga: Osteoporosis pada Lansia Bisa Dicegah dan Diobati
Dari semua kondisi yang termasuk dalam sindrom geriatri pada lansia, ada dua kondisi yang paling banyak dikeluhkan, yakni gangguan instabilitas postural dan gangguan kognitif. Berikut ini adalah penjelasan singkatnya:
Berupa gangguan yang menyebabkan ketidakstabilan saat mempertahankan posisi atau berjalan, sehingga lansia lebih berisiko untuk jatuh. Gangguan ini terjadi karena faktor internal yang dimiliki lansia, misalnya gangguan penglihatan, gangguan sensitivitas saraf karena diabetes, atau pengapuran (osteoarthritis) lutut. Faktor eksternal, seperti pencahayaan yang redup dan lantai basah, juga bisa menjadi penyebab gangguan ini.
Dapat berupa proses penuaan normal (normal aging forgetfulness), gangguan kognitif ringan, hingga gangguan kognitif berat (demensia).
Pada gangguan kognitif karena proses penuaan, biasa keluhan berupa gangguan memori ringan, sulit berkonsentrasi, dan kesulitan mengingat memori jangka panjang, yang akan membaik dengan sendirinya.
Gangguan kognitif yang perlu diwaspadai adalah gangguan memori jangka pendek, misalnya lupa dengan hal apa yang baru saja dilakukan atau dikatakan, sehingga mengulang-ulang pertanyaan. Selain itu, lansia juga akan kesulitan melakukan aktivitas sehari-hari, kesulitan untuk menyampaikan opini karena kesulitan berbahasa, hingga kesulitan membuat keputusan yang biasanya mudah dilakukan.
Baca juga: Mengenal Lebih Dalam Demensia
Secara umum, lansia dibagi menjadi tiga kategori, yaitu:
Kategori lansia memang lebih sering ditentukan dari usia kronologisnya, atau usia yang sesuai dengan tanggal lahirnya. Namun, ada juga usia biologis, yang merupakan usia aktual dari organ-organ tubuh setiap orang.
Seseorang yang menerapkan pola makan sehat sejak muda dan rajin berolahraga, bisa saja memiliki usia biologis yang lebih muda jika dibandingkan dengan usia kronologisnya. Sebaliknya, usia biologis bisa saja lebih tua dari usia kronologis seseorang yang menderita penyakit metabolik, seperti hipertensi dan diabetes, karena organ-organ tubuhnya mengalami penuaan dini.
Beberapa faktor inilah yang menyebabkan lansia di usia kronologis yang sama dapat memiliki status kesehatan yang berbeda-beda. Agar usia biologis lansia setara, bahkan lebih muda dibanding usia kronologis, upayakan untuk selalu menerapkan pola makan sehat, melakukan aktivitas fisik yang cukup, dan mengontrol berbagai penyakit yang diderita.
Baca juga: Cegah Infeksi Tuberkulosis Paru pada Lansia
Lansia yang memiliki risiko tinggi mengalami demensia, misalnya menderita hipertensi, diabetes, maupun memiliki riwayat stroke dan serangan jantung, perlu berobat secara rutin ke dokter. Kontrol ini bertujuan memastikan kondisi medis yang dialami lansia terkontrol dan bisa melakukan skrining sindrom geriatri sedini mungkin. Semakin awal penanganan gangguan kognitif ditangani, maka makin baik pula peluang penanganannya.
Pemeriksaan oleh dokter penyakit dalam wajib dilakukan pada lansia yang mengalami sindrom geriatri dengan beberapa gejala berikut:
Dokter akan melakukan pemeriksaan melalui wawancara untuk menentukan keparahan gangguan kognitif, serta mencari faktor risiko dan jenis sindrom geriatri yang dialami. Untuk menguatkan diagnosis, dokter bisa menyarankan pemeriksaan penunjang yang diperlukan, seperti pemeriksaan laboratorium dan pencitraan, seperti MRI kepala, untuk memastikan penyebab dan menentukan pengobatan selanjutnya.
Setelah itu, dokter akan menilai apakah gangguan kognitif yang dialami termasuk yang dapat kembali seperti sebelumnya (reversible) atau tidak, mencari penyebabnya, dan menentukan derajat keparahannya.
Dokter akan meresepkan obat untuk mengontrol penyakit lain yang dialami lansia, misalnya hipertensi, diabetes. Obat untuk mempertahankan memori, juga bisa diresepkan oleh dokter. Jadwal makan maupun pilihan olahraga juga akan disarankan untuk mempertahankan kesehatan otak lansia dan fungsinya.
Baca juga: Lansia Sulit Kendalikan Keinginan Berkemih?
Upaya keluarga dalam meringankan sindrom geriatri yang dialami lansia dengan melakukan olahraga otak, misalnya dengan bersama-sama mengerjakan TTS, mengaji, menemani lansia saat menjalankan hobinya, dan berolahraga ringan bersama.
Keluarga atau orang yang merawat lansia juga perlu mengajak mereka berbincang-bincang, menemani mereka saat beraktivitas, serta menghibur saat lansia sedih. Semua aktivitas sederhana tersebut dapat meringankan sindrom geriatri yang menyebabkan gangguan kognitifnya, karena penurunan memori juga dipengaruhi oleh perasaan, terutama kesedihan.
Dibandingkan mengatasi, akan lebih baik mencegah sindrom geriatri dengan menerapkan langkah-langkah berikut ini:
Anda juga dapat meringankan sindrom geriatri dengan membaca berbagai informasi mengenai gangguan memori atau demensia yang dibahas pada buku maupun media sosial terpercaya. Selain itu, banyak-banyaklah berbincang dengan orangtua di rumah untuk mencegah terjadinya sindrom geriatri pada orang tua Anda.
Jika ragu, bawalah orang tua Anda untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis penyakit dalam di RS Pondok Indah cabang terdekat. Selain berkonsultasi, dokter bisa menyarankan terapi yang sesuai untuk meringankan sindrom geriatri maupun keluhan yang dialami, bahkan dapat meningkatkan kualitas hidup lansia.