Mengenal Terapi TMS, Langkah Modern Penanganan Gangguan Saraf

Monday, 30 June 2025

RSPI Facebook linkRSPI twitter linkRSPI Linkedin link
RSPI link

TMS adalah terapi inovatif yang merangsang sel saraf otak dengan medan magnet untuk mengatasi depresi dan gangguan neurologis secara non-invasif. Simak selengkapnya!

Mengenal Terapi TMS, Langkah Modern Penanganan Gangguan Saraf

Transcranial Magnetic Stimulation atau terapi TMS mungkin masih terdengar asing bagi beberapa orang. Padahal, metode terkini dalam dunia medis ini, termasuk efektif untuk menangani berbagai gangguan otak dan saraf tanpa memerlukan tindakan bedah.


Kondisi apa saja yang bisa ditangani dengan terapi non-invasif ini? Simak penjelasan selengkapnya di bawah ini.


Apa itu Transcranial Magnetic Stimulation (TMS)?

Transcranial Magnetic Stimulation (TMS) adalah terapi yang menggunakan medan magnet untuk merangsang sel-sel saraf di otak. TMS dilakukan dengan menempelkan alat khusus, yang disebut coil.


Nantinya, alat ini akan menghasilkan aliran gelombang elektromagnetik yang dapat menembus tengkorak dan merangsang area spesifik di otak, sesuai dengan tujuan terapi. Misalnya, jika seseorang mengalami depresi, coil TMS akan ditargetkan pada area otak yang bertanggung jawab atas suasana hati. Medan magnet yang dihasilkan akan memicu aktivitas sel- sel saraf di area tersebut, yang pada gilirannya dapat memperbaiki ketidakseimbangan aktivitas otak.


Baca juga: Berbagai Perbedaan Alzheimer dan Parkinson yang Perlu Anda Tahu



Keunggulan Terapi TMS

Terapi TMS memiliki beberapa keunggulan, yakni:


  • Bersifat non-invasif dan dilakukan tanpa pembedahan maupun pembiusan, sehingga risiko komplikasi sangat minimal.
  • Tidak menimbulkan efek samping berat. Umumnya pasien hanya mengalami ketidaknyamanan ringan seperti rasa tidak nyaman di area stimulasi atau sakit kepala sementara.
  • Sesi terapi singkat.
  • Tidak memerlukan rawat inap dan pasien biasanya dapat langsung melanjutkan aktivitasnya tanpa perlu istirahat panjang.


Baca juga: Waspada Penyakit Alzheimer di Usia Muda, Ketahui Gejala dan Penyebabnya


Persiapan Terapi TMS

Sebelum menjalani TMS, pasien perlu berkonsultasi dengan dokter spesialis neurologi terlebih dahulu. Dokter akan melakukan pemeriksaan untuk menentukan area otak yang merupakan target untuk dirangsang selama terapi ini, serta memastikan bahwa tidak ada kontraindikasi yang dapat menimbulkan efek samping serius.


Indikasi Terapi TMS

Tidak hanya untuk penyakit saraf, TMS dapat digunakan untuk mengatasi beberapa kondisi kesehatan mental. TMS memberikan pendekatan baru dengan otak sebagai target utama terapi, tanpa harus melalui proses panjang seperti terapi pengobatan.


Beberapa penyakit yang dapat diatasi dengan TMS antara lain:



TMS memiliki peran besar dalam proses recovery pasien stroke. Terapi ini membantu menstimulasi area otak yang mengontrol gerakan tubuh, memfasilitasi pemulihan motorik.


Tak hanya untuk terapi motorik, TMS juga dapat membantu pemulihan gangguan bahasa, gangguan menelan, dan lainnya. Selain itu, TMS juga dapat mempercepat proses pemulihan secara umum, terlebih jika digabungkan dengan fisioterapi.


Kontraindikasi Terapi TMS

Meski cukup efektif, TMS tidak bisa dilakukan untuk semua pasien. Beberapa kontraindikasi absolut dari TMS adalah adanya riwayat pemasangan alat atau logam di area kepala. Namun, beberapa kondisi lain yang juga dapat membatasi penggunaan TMS, di antaranya:


  • Riwayat kejang atau epilepsi, karena TMS dapat meningkatkan risiko terjadinya kejang, sehingga diperlukan evaluasi menyeluruh untuk menilai risiko sebelum memulai terapi.
  • Pasien dengan implan medis, khususnya alat pacu jantung, ICD (defibrillator internal di jantung), atau perangkat lain yang terbuat dari logam. Sebab, perangkat-perangkat ini dapat berinteraksi dengan medan magnet yang dihasilkan oleh TMS, sehingga memerlukan penilaian khusus sebelum terapi dilakukan.


Baca juga: Mengenal Lebih Dalam Demensia



Prosedur Terapi TMS

Durasi TMS per sesinya berlangsung selama 30- 40 menit. Selama sesi, pasien akan diminta untuk duduk pada kursi khusus yang telah disediakan. Alat coil TMS kemudian akan ditempelkan di kepala, tepatnya pada lokasi otak yang menjadi target.


Saat stimulasi dimulai, pasien akan merasa seperti adanya ketukan ringan pada kepala. Setelahnya, beberapa pasien akan direkomendasikan untuk menjalani latihan fisioterapi, terapi wicara, atau terapi lainnya (sesuai dengan indikasi).


Jumlah sesi TMS yang dibutuhkan bervariasi, tetapi biasanya berkisar antara 5-10 sesi yang dilakukan berturut-turut. Adanya perkembangan kondisi pasien akan terus dievaluasi, sebagai upaya pemantauan efektivitas terapi TMS.


Efek Samping Terapi TMS

Umumnya, TMS tidak menimbulkan rasa sakit ataupun efek samping berat. Namun, beberapa pasien dapat merasakan efek samping ringan, seperti:


  • Sensasi berdenyut, kesemutan, atau kejang otot di area stimulasi
  • Sakit kepala
  • Ketidaknyamanan atau nyeri otot


Berbagai efek samping di atas biasanya bersifat sementara dan dapat hilang dengan sendirinya dalam beberapa menit sampai jam setelah sesi terapi.


Dalam kasus yang sangat jarang, kejang bisa saja terjadi, terutama pada pasien dengan riwayat kejang sebelumnya, sehingga pemeriksaan dengan dokter spesialis neurologi sejak awal sangat penting.


Baca juga: Bebas Saraf Terjepit


TMS adalah metode revolusioner yang menawarkan solusi baru dalam menangani berbagai gangguan saraf, tanpa memerlukan pembedahan. Dengan kemampuannya merangsang otak secara langsung, TMS memberikan pendekatan yang lebih cepat dan efektif, terutama bagi pasien yang tidak merespons pengobatan konvensional secara positif.


TMS hadir sebagai harapan baru bagi Anda yang mengalami keluhan kesehatan terkait dengan otak dan saraf, terutama ketika pengobatan konvensional belum memberikan hasil yang cukup memuaskan. Jadi, jangan menunda lagi, segera konsultasikan dengan dokter spesialis neurologi untuk mencari tahu apakah terapi TMS bisa menjadi bagian dari rencana pengobatan Anda.


Pelaksanaan terapi TMS bersamaan dengan metode lain dapat menjadi solusi bagi berbagai kondisi neurologis yang sulit ditangani sebelumnya. Di RS Pondok Indah, kami menyediakan layanan kesehatan yang komprehensif dengan didukung oleh tenaga medis kompeten, termasuk dokter spesialis berpengakaman, serta fasilitas medis berteknologi terkini. Semua ini dihadirkan untuk memastikan kesehatan Anda dan orang tercinta lebih optimal.


Baca juga: Multiple Sclerosis: Penyakit Autoimun yang Merusak Saraf 



FAQ


Siapa Saja yang Tidak Boleh Menjalani Terapi TMS?

Orang yang tidak dianjurkan menjalani TMS adalah mereka yang memiliki riwayat kejang epilepsi atau gangguan kejang lainnya. Sebab terapi ini berpotensi memicu kejang. Selain itu, individu dengan dengan implan perangkat medis seperti alat pacu jantung, defibrillator, atau implan logam di kepala juga tidak disarankan menjalani TMS.


Terapi TMS Digunakan untuk Mengobati Apa?

Terapi TMS dapat digunakan untuk mendukung proses pengobatan gangguan otak dan saraf, seperti pemulihan stroke, sakit kepala kronis dan penyakit Parkinson. Selain itu, terapi ini juga dapat digunakan untuk membantu mempercepat proses pemulihan pasien paska stroke.