BAB Berdarah pada Anak, Ini Penyebab dan Cara Mengobatinya

By Tim RS Pondok Indah

Thursday, 22 May 2025

RSPI Facebook linkRSPI twitter linkRSPI Linkedin link
RSPI link

BAB berdarah pada anak bisa disebabkan beragam hal, mulai dari konsumsi makanan tertentu sampai kondisi medis yang serius, seperti infeksi usus. Untuk lebih jelasnya, baca artikel ini sampai selesai!

BAB Berdarah pada Anak, Ini Penyebab dan Cara Mengobatinya

Normalnya, feses anak berwarna kuning hingga coklat dengan tekstur yang padat tetapi konsistensinya lunak, tidak terlalu keras atau kering, sehingga mudah dikeluarkan ketika buang air besar. Namun, dalam kondisi tertentu, feses anak bisa bercampur dengan darah, maupun tampak bercak darah, yang berwarna merah muda, merah terang, atau bahkan merah tua kehitaman.  


Perbedaan warna merah yang bercampur pada feses anak bisa memberikan arti yang berbeda-beda sehingga penanganan yang diberikan pun belum tentu sama. Sebagai orang tua, Anda perlu membekali diri dengan informasi BAB berdarah pada anak di artikel ini, supaya dapat mencegah munculnya penyakit serius.


Apa itu BAB Berdarah pada Anak?

BAB berdarah pada anak bisa merujuk pada kotoran yang bercampur dengan darah, ada sedikit bercak darah, maupun BAB hitam seperti aspal. Darah yang muncul pada feses anak ini bisa berasal dari anus, usus besar, usus halus, atau lambung. Kondisi ini umumnya tidak menimbulkan gejala, tapi beberapa anak bisa mengeluhkan nyeri saat BAB.


Meski tidak disertai keluhan lain, bukan berarti BAB berdarah bisa disepelekan. Bawa anak untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis anak untuk mendapatkan penanganan yang tepat. Terlebih jika darah yang ada di feses sangat banyak, bahkan disertai dengan demam tinggi. 



Baca juga: Waspadai Kolitis Ulseratif, Penyakit Radang Usus Besar yang Kronis


Gejala BAB Berdarah pada Anak

Gejala utama BAB berdarah pada anak adalah ditemukannya darah dalam kotoran anak. Adanya darah bisa saja ditemukan berwarna merah terang, merah muda, maupun merah gelap atau hitam. Berdasarkan warna darah yang ditemukan pada kotoran anak, berikut ini adalah penjelasan singkat terkait perkiraan sumber perdarahannya:


  • Darah berwarna merah terang menandakan pendarahan terjadi dari bagian bawah usus besar, rektum, atau anus
  • Darah berwarna merah tua atau coklat, menandakan adanya pendarahan pada usus bagian atas, seperti usus halus
  • Sedangkan jika darah adalah merah gelap atau hitam (melena), sumber perdarahan berasal di lambung, seperti akibat tukak lambung


Terkadang, darah juga tidak terlihat jelas pada feses. Namun, ketika feses diperiksa menggunakan mikroskop, darah bisa terlihat lebih jelas. Oleh karena itu, dibutuhkan pemeriksaan lebih lanjut untuk mengetahui penyebab BAB berdarah pada anak.


Selain ditemukannya darah pada feses, BAB berdarah pada anak juga terkadang disertai dengan gejala lain, antara lain:


  • Nyeri perut, atau pada bayi dikenali sebagai anak lebih sering menangis atau lebih rewel
  • Muntah
  • Tampak lemas
  • Diare
  • Jantung berdebar-debar saat diperiksa
  • Penurunan berat badan 
  • Sesak napas


Jika Anda menemukan darah pada feses anak, terlebih disertai dengan gejala lainnya, jangan menunda untuk segera membawa si Kecil berkonsultasi dengan dokter spesialis anak di RS Pondok Indah cabang terdekat.


Penyebab BAB Berdarah pada Anak

Terkadang, munculnya warna merah seperti darah pada feses anak bisa berasal dari makanan atau minuman yang ia konsumsi, seperti buah naga atau buah bit. Warna feses bahkan urine anak bisa berubah menjadi merah muda atau kemerahan. Kondisi ini tidak membutuhkan penanganan dari dokter karena warna merah pada feses bisa menghilang setidaknya dalam 2 hari.


Namun, darah yang ditemukan pada feses anak juga bisa disebabkan oleh beragam gangguan kesehatan, sebagai berikut ini:


1. Infeksi

Infeksi bakteri (E. coli), virus (rotavirus), atau parasit di saluran pencernaan bisa menyebabkan diare berdarah pada bayi dan anak-anak. Kondisi ini bisa terjadi apabila si Kecil mengonsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi.

Selain menemukan adanya darah pada feses anak, infeksi di saluran pencernaan anak juga disertai juga dengan gejala demam tinggi, sakit perut, lesu, dan anak jadi lebih rewel.


2. Penyakit radang usus (Inflammatory Bowel Disease)

Radang usus bisa menjadi salah satu penyebab BAB berdarah pada anak. Kondisi ini akan menyebabkan feses anak berdarah dan berlendir, penurunan berat badan, serta kram atau sakit perut.


3. Konsumsi obat-obatan tertentu

Konsumsi obat-obatan tertentu, seperti antibiotik, bisa menimbulkan efek samping berupa perdarahan pada saluran cerna yang menyebabkan BAB berdarah pada anak. Selain itu, konsumsi suplemen zat besi juga bisa menyebabkan kotoran berwarna gelap, bahkan BAB anak berdarah (meskipun sangat jarang). 


4. Ambeien

Anak-anak bisa mengalami ambeien, apalagi jika si Kecil sering mengalami sembelit dan mengejan ketika fesesnya keras. Kondisi ini bisa membuat anak merasa tidak nyaman hingga sakit perut, bahkan terdapat darah pada fesesnya.


5. Fisura ani

Fisura ani atau robeknya kulit anus bisa terjadi akibat mengejan dan mengeluarkan feses yang terlalu keras. Selain menyebabkan perdarahan saat buang air besar, fisura ani juga dapat membuat si Kecil mengalami kesakitan saat BAB.


6. Polip usus

Polip juvenil termasuk polip usus yang sering dialami oleh anak-anak. Adanya daging yang tumbuh di usus ini kebanyakan dialami oleh anak yang berusia di bawah 10 tahun. Kondisi ini menyebabkan BAB berdarah pada anak yang disertai dengan nyeri perut.


7. Alergi susu 

Sebagian anak yang mengalami alergi susu sapi juga bisa mengalami BAB berdarah dan feses lebih encer atau diare. Selain itu, anak juga bisa jadi lebih rewel, karena mengalami kolik, muntah, serta tidak mau makan.


Baca juga: Sindrom Iritasi Usus Besar: Kenali Penyebab, Gejala, dan Pengobatannya



Faktor Risiko BAB Berdarah pada Anak

Beberapa faktor yang meningkatkan risiko anak mengalami BAB berdarah:


  • Mengalami abses anus
  • Menderita ambeien
  • Mengalami gangguan pencernaan, seperti tukak lambung atau penyakit radang usus
  • Sedang mengonsumsi obat-obatan yang menimbulkan efek samping BAB berdarah, seperti suplemen zat besi atau obat antibiotik tertentu
  • Kurang asupan serat yang berasal dari buah, sayur, juga biji-bijian
  • Kebutuhan cairan harian tidak terpenuhi


Kapan Harus ke Dokter?

Anda harus segera memeriksakan si Kecil ke dokter spesialis anak di RS Pondok Indah cabang terdekat jika mengalami gejala berikut ini:


  • Ada darah di feses anak, baik berwarna terang atau gelap
  • Diare
  • Urine berwarna merah muda atau lebih pekat (seperti warna teh) 
  • Sakit perut hebat
  • Lemas, bahkan tidak bisa berdiri, dan tidak bertenaga
  • Demam
  • Pingsan


Diagnosis BAB Berdarah pada Anak

Untuk mendiagnosa BAB berdarah pada anak, dokter spesialis anak perlu melakukan wawancara pada orang tua, terkait makanan atau minuman yang dikonsumsi pada hari tersebut. Selain itu, dokter akan menanyakan warna darah yang muncul, konsistensi dan frekuensi tinja, serta gejala lain yang menyertai kondisi tersebut.


Dokter juga akan melakukan pemeriksaan fisik pada anak, seperti pemeriksaan perut dan pemeriksaan anus, serta adakah tanda-tanda dehidrasi pada anak. Untuk menegakkan diagnosa, dokter akan melakukan pemeriksaan tambahan, meliputi:


  • Kultur tinja, untuk mendeteksi infeksi bakteri, parasit, atau virus
  • Tes darah lengkap, untuk mengetahui adakah tanda anemia
  • USG perut dan CT scan, untuk mengetahui penyebab pasti BAB berdarah pada anak
  • Endoskopi, untuk mengetahui adakah pendarahan di usus atau lambung
  • Kolonoskopi, untuk mengetahui adakah pendarahan pada usus besar


Pengobatan BAB Berdarah pada Anak

Pengobatan BAB berdarah pada anak sangat tergantung pada penyebab yang mendasarinya, dengan tetap mempertimbangkan kondisi kesehatannya. BAB berdarah pada anak yang disebabkan oleh sembelit, umumnya tidak membutuhkan penanganan khusus. Anak mungkin hanya diresepkan obat pencahar khusus anak, probiotik, disertai dengan pola makan tinggi serat. 


Namun, untuk BAB berdarah pada anak yang disebabkan oleh kondisi medis tertentu, dibutuhkan penanganan lebih lanjut, meliputi:


  • Pemberian obat-obatan, seperti obat antibiotik untuk mengobati infeksi bakteri dan obat antiinflamasi untuk mengobati kolitis
  • Salep khusus untuk mengatasi fisura ani dan ambeien
  • Tindakan pembedahan, untuk mengobati BAB berdarah berulang yang disebabkan polip usus besar, intususepsi, atau tumor di saluran cerna anak


Komplikasi BAB Berdarah pada Anak

BAB berdarah pada anak yang tidak segera diobati dengan cara yang tepat bisa menimbulkan komplikasi berikut ini:


  • Anemia
  • Dehidrasi
  • Tumbuh kembang terhambat
  • Malnutrisi
  • Syok hipovolemik, jika darah yang keluar sangat banyak dan menyebabkan tekanan darah anak turun drastis


Pencegahan BAB Berdarah pada Anak

BAB berdarah pada anak bisa dicegah dengan melakukan beragam cara berikut ini:


  • Pastikan anak mengonsumsi serat yang cukup agar tidak sembelit dan meningkatkan risiko ambeien juga fisura ani
  • Rutin mengajak anak berolahraga untuk merangsang pergerakan usus dalam mencerna makanan dan menjaga kesehatan tubuh secara umum
  • Pastikan kebutuhan carian harian anak telah terpenuhi dengan memberikan air putih dan cairan yang cukup dalam sehari
  • Ajarkan anak untuk tidak menahan atau menunda BAB saat merasa mulas
  • Pastikan anak mencuci tangan dengan sabun serta air mengalir sebelum dan setelah makan, maupun setelah menggunakan kamar mandi


Baca juga: Mengenal Kanker Usus Besar (Kolorektal) yang Harus Diwaspadai



Sebagian kasus BAB berdarah pada anak bisa berhenti dengan sendirinya tanpa pengobatan khusus, misalnya pada kasus BAB berdarah yang disebabkan oleh sembelit ringan. Anda cukup memastikan anak mengonsumsi makanan berserat, minum cukup air putih, serta mengajaknya aktif bergerak, termasuk berolahraga, setiap hari.


Namun, jika BAB berdarah pada anak disebabkan alasan medis tertentu, seperti infeksi atau gangguan pencernaan, segera periksakan si Kecil ke dokter spesialis anak di RS Pondok Indah cabang terdekat untuk mendapatkan penanganan yang sesuai.


Ingat ya, BAB berdarah pada anak tidak boleh dianggap sepele karena bisa menimbulkan komplikasi serius dan menghambat tumbuh kembang anak. Jadi, jangan tunda membawa anak ke dokter jika ia mengalami BAB berdarah!


FAQ


Bagaimana Cara Pertolongan Pertama saat BAB Anak Berdarah?

Saat anak BAB berdarah, jangan panik dan lakukan langkah-langkah pertolongan pertama berikut ini:


  • Bersihkan area anus anak dengan lembut menggunakan air hangat dan sabun lembut
  • Perhatikan gejala lain yang mungkin dialami anak, seperti nyeri perut, muntah, lemas, dan tidak mau makan
  • Jika ada pembengkakan atau nyeri, kompres area anus dengan kompres dingin selama 10-15 menit.
  • Pastikan anak tetap terhidrasi
  • Pantau perkembangan kondisi anak dan perhatikan konsistensi serta frekuensi BAB anak


Sambil melakukan langkah-langkah di atas, jangan lupa untuk menjadwalkan janji temu dengan dokter spesialis anak agar si Kecil bisa mendapatkan penanganan lebih lanjut.


Apakah Berbahaya Jika BAB Anak Keluar Darah?

Keluar darah saat BAB bisa menjadi tanda adanya kondisi medis yang berbahaya, terutama pada anak. Darah dalam tinja bisa menandakan infeksi, peradangan, luka serius, atau masalah pencernaan lain yang perlu diagnosis dan pengobatan dari dokter.


Apa Penyebab Anak BAB Berlendir dan Berdarah?

Penyebab anak BAB berlendir dan berdarah bisa beragam, baik karena infeksi saluran pencernaan, radang usus, wasir, luka di area anus, maupun polip usus. Jika anak Anda mengalami kondisi ini, segera konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan diagnosis dan penanganan yang tepat, terutama jika disertai gejala lain seperti demam tinggi, muntah, bahkan muncul gejala dehidrasi.


Kapan Harus ke Dokter Jika Tinja Anak Berwarna Merah?

Anda harus segera membawa anak ke dokter jika tinja anak berwarna merah, terutama jika disertai gejala lain seperti nyeri hebat, demam, muntah, lemas, bahkan pingsan. Jangan menunda untuk membawa anak ke dokter, karena kondisi ini bisa menandakan masalah serius seperti infeksi atau peradangan usus yang membutuhkan diagnosis dan penanganan medis segera.


Referensi:

  1. Piccirillo M, et al. Gastrointestinal bleeding in children: diagnostic approach. Italian Journal of Pediatrics. 2024. (https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC10807079/). Diakses pada 12 Mei 2025.
  2. World Health Organization. Diarrhoeal disease. (https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/diarrhoeal-disease). Direvisi terakhir 7 MAret 2024. Diakses pada 12 Mei 2025.
  3. Cleveland Clinic. Hypovolemic Shock. (https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/22795-hypovolemic-shock). Direvisi terakhir 16 April 2022. Diakses pada 12 Mei 2025.
  4. Cleveland Clinic. Rectal Bleeding. (https://my.clevelandclinic.org/health/symptoms/14612-rectal-bleeding). Direvisi terakhir 8 Juni 2023. Diakses pada 12 Mei 2025.
  5. Johns Hopkins Medicine. What Can Your Child's Poop Color Tell You? (https://www.hopkinsmedicine.org/health/conditions-and-diseases/stool-color-guide). Diakses pada 12 Mei 2025.