By Tim RS Pondok Indah
BAB berdarah pada anak bisa disebabkan beragam hal, mulai dari konsumsi makanan tertentu sampai kondisi medis yang serius, seperti infeksi usus. Untuk lebih jelasnya, baca artikel ini sampai selesai!
Normalnya, feses anak berwarna kuning hingga coklat dengan tekstur yang padat tetapi konsistensinya lunak, tidak terlalu keras atau kering, sehingga mudah dikeluarkan ketika buang air besar. Namun, dalam kondisi tertentu, feses anak bisa bercampur dengan darah, maupun tampak bercak darah, yang berwarna merah muda, merah terang, atau bahkan merah tua kehitaman.
Perbedaan warna merah yang bercampur pada feses anak bisa memberikan arti yang berbeda-beda sehingga penanganan yang diberikan pun belum tentu sama. Sebagai orang tua, Anda perlu membekali diri dengan informasi BAB berdarah pada anak di artikel ini, supaya dapat mencegah munculnya penyakit serius.
BAB berdarah pada anak bisa merujuk pada kotoran yang bercampur dengan darah, ada sedikit bercak darah, maupun BAB hitam seperti aspal. Darah yang muncul pada feses anak ini bisa berasal dari anus, usus besar, usus halus, atau lambung. Kondisi ini umumnya tidak menimbulkan gejala, tapi beberapa anak bisa mengeluhkan nyeri saat BAB.
Meski tidak disertai keluhan lain, bukan berarti BAB berdarah bisa disepelekan. Bawa anak untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis anak untuk mendapatkan penanganan yang tepat. Terlebih jika darah yang ada di feses sangat banyak, bahkan disertai dengan demam tinggi.
Baca juga: Waspadai Kolitis Ulseratif, Penyakit Radang Usus Besar yang Kronis
Gejala utama BAB berdarah pada anak adalah ditemukannya darah dalam kotoran anak. Adanya darah bisa saja ditemukan berwarna merah terang, merah muda, maupun merah gelap atau hitam. Berdasarkan warna darah yang ditemukan pada kotoran anak, berikut ini adalah penjelasan singkat terkait perkiraan sumber perdarahannya:
Terkadang, darah juga tidak terlihat jelas pada feses. Namun, ketika feses diperiksa menggunakan mikroskop, darah bisa terlihat lebih jelas. Oleh karena itu, dibutuhkan pemeriksaan lebih lanjut untuk mengetahui penyebab BAB berdarah pada anak.
Selain ditemukannya darah pada feses, BAB berdarah pada anak juga terkadang disertai dengan gejala lain, antara lain:
Jika Anda menemukan darah pada feses anak, terlebih disertai dengan gejala lainnya, jangan menunda untuk segera membawa si Kecil berkonsultasi dengan dokter spesialis anak di RS Pondok Indah cabang terdekat.
Terkadang, munculnya warna merah seperti darah pada feses anak bisa berasal dari makanan atau minuman yang ia konsumsi, seperti buah naga atau buah bit. Warna feses bahkan urine anak bisa berubah menjadi merah muda atau kemerahan. Kondisi ini tidak membutuhkan penanganan dari dokter karena warna merah pada feses bisa menghilang setidaknya dalam 2 hari.
Namun, darah yang ditemukan pada feses anak juga bisa disebabkan oleh beragam gangguan kesehatan, sebagai berikut ini:
Infeksi bakteri (E. coli), virus (rotavirus), atau parasit di saluran pencernaan bisa menyebabkan diare berdarah pada bayi dan anak-anak. Kondisi ini bisa terjadi apabila si Kecil mengonsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi.
Selain menemukan adanya darah pada feses anak, infeksi di saluran pencernaan anak juga disertai juga dengan gejala demam tinggi, sakit perut, lesu, dan anak jadi lebih rewel.
Radang usus bisa menjadi salah satu penyebab BAB berdarah pada anak. Kondisi ini akan menyebabkan feses anak berdarah dan berlendir, penurunan berat badan, serta kram atau sakit perut.
Konsumsi obat-obatan tertentu, seperti antibiotik, bisa menimbulkan efek samping berupa perdarahan pada saluran cerna yang menyebabkan BAB berdarah pada anak. Selain itu, konsumsi suplemen zat besi juga bisa menyebabkan kotoran berwarna gelap, bahkan BAB anak berdarah (meskipun sangat jarang).
Anak-anak bisa mengalami ambeien, apalagi jika si Kecil sering mengalami sembelit dan mengejan ketika fesesnya keras. Kondisi ini bisa membuat anak merasa tidak nyaman hingga sakit perut, bahkan terdapat darah pada fesesnya.
Fisura ani atau robeknya kulit anus bisa terjadi akibat mengejan dan mengeluarkan feses yang terlalu keras. Selain menyebabkan perdarahan saat buang air besar, fisura ani juga dapat membuat si Kecil mengalami kesakitan saat BAB.
Polip juvenil termasuk polip usus yang sering dialami oleh anak-anak. Adanya daging yang tumbuh di usus ini kebanyakan dialami oleh anak yang berusia di bawah 10 tahun. Kondisi ini menyebabkan BAB berdarah pada anak yang disertai dengan nyeri perut.
Sebagian anak yang mengalami alergi susu sapi juga bisa mengalami BAB berdarah dan feses lebih encer atau diare. Selain itu, anak juga bisa jadi lebih rewel, karena mengalami kolik, muntah, serta tidak mau makan.
Baca juga: Sindrom Iritasi Usus Besar: Kenali Penyebab, Gejala, dan Pengobatannya
Beberapa faktor yang meningkatkan risiko anak mengalami BAB berdarah:
Anda harus segera memeriksakan si Kecil ke dokter spesialis anak di RS Pondok Indah cabang terdekat jika mengalami gejala berikut ini:
Untuk mendiagnosa BAB berdarah pada anak, dokter spesialis anak perlu melakukan wawancara pada orang tua, terkait makanan atau minuman yang dikonsumsi pada hari tersebut. Selain itu, dokter akan menanyakan warna darah yang muncul, konsistensi dan frekuensi tinja, serta gejala lain yang menyertai kondisi tersebut.
Dokter juga akan melakukan pemeriksaan fisik pada anak, seperti pemeriksaan perut dan pemeriksaan anus, serta adakah tanda-tanda dehidrasi pada anak. Untuk menegakkan diagnosa, dokter akan melakukan pemeriksaan tambahan, meliputi:
Pengobatan BAB berdarah pada anak sangat tergantung pada penyebab yang mendasarinya, dengan tetap mempertimbangkan kondisi kesehatannya. BAB berdarah pada anak yang disebabkan oleh sembelit, umumnya tidak membutuhkan penanganan khusus. Anak mungkin hanya diresepkan obat pencahar khusus anak, probiotik, disertai dengan pola makan tinggi serat.
Namun, untuk BAB berdarah pada anak yang disebabkan oleh kondisi medis tertentu, dibutuhkan penanganan lebih lanjut, meliputi:
BAB berdarah pada anak yang tidak segera diobati dengan cara yang tepat bisa menimbulkan komplikasi berikut ini:
BAB berdarah pada anak bisa dicegah dengan melakukan beragam cara berikut ini:
Baca juga: Mengenal Kanker Usus Besar (Kolorektal) yang Harus Diwaspadai
Sebagian kasus BAB berdarah pada anak bisa berhenti dengan sendirinya tanpa pengobatan khusus, misalnya pada kasus BAB berdarah yang disebabkan oleh sembelit ringan. Anda cukup memastikan anak mengonsumsi makanan berserat, minum cukup air putih, serta mengajaknya aktif bergerak, termasuk berolahraga, setiap hari.
Namun, jika BAB berdarah pada anak disebabkan alasan medis tertentu, seperti infeksi atau gangguan pencernaan, segera periksakan si Kecil ke dokter spesialis anak di RS Pondok Indah cabang terdekat untuk mendapatkan penanganan yang sesuai.
Ingat ya, BAB berdarah pada anak tidak boleh dianggap sepele karena bisa menimbulkan komplikasi serius dan menghambat tumbuh kembang anak. Jadi, jangan tunda membawa anak ke dokter jika ia mengalami BAB berdarah!
Saat anak BAB berdarah, jangan panik dan lakukan langkah-langkah pertolongan pertama berikut ini:
Sambil melakukan langkah-langkah di atas, jangan lupa untuk menjadwalkan janji temu dengan dokter spesialis anak agar si Kecil bisa mendapatkan penanganan lebih lanjut.
Keluar darah saat BAB bisa menjadi tanda adanya kondisi medis yang berbahaya, terutama pada anak. Darah dalam tinja bisa menandakan infeksi, peradangan, luka serius, atau masalah pencernaan lain yang perlu diagnosis dan pengobatan dari dokter.
Penyebab anak BAB berlendir dan berdarah bisa beragam, baik karena infeksi saluran pencernaan, radang usus, wasir, luka di area anus, maupun polip usus. Jika anak Anda mengalami kondisi ini, segera konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan diagnosis dan penanganan yang tepat, terutama jika disertai gejala lain seperti demam tinggi, muntah, bahkan muncul gejala dehidrasi.
Anda harus segera membawa anak ke dokter jika tinja anak berwarna merah, terutama jika disertai gejala lain seperti nyeri hebat, demam, muntah, lemas, bahkan pingsan. Jangan menunda untuk membawa anak ke dokter, karena kondisi ini bisa menandakan masalah serius seperti infeksi atau peradangan usus yang membutuhkan diagnosis dan penanganan medis segera.
Referensi: